5 Cara Bertahan di Industri Kecantikan Indonesia

Uli Febriarni
Kamis 24 Oktober 2024, 16:13 WIB
(ilustrasi) Tim di klinik Diri Care (Sumber: Diri Care)

(ilustrasi) Tim di klinik Diri Care (Sumber: Diri Care)

Industri kecantikan dan produk perawatan pribadi di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang dengan potensi yang sangat besar.

Sektor ini bernilai US$7 miliar (sekitar Rp109,1 miliar) dan diproyeksikan akan mencapai US$10 miliar (sekitar Rp155,8 miliar) pada 2027, dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang sehat sebesar 10%.

Sementara itu, Bank Dunia memprediksi, ekonomi Indonesia akan tetap tangguh pada 2026, dengan tingkat pertumbuhan PDB rata-rata 5,1% per tahun.

"Generasi muda baru, meningkatnya pendapatan yang dapat dibelanjakan, pertumbuhan kelas menengah, dan ekonomi yang terus berkembang, semuanya memberi banyak prospek bagi perusahaan kecantikan; baik di dalam negeri maupun global," demikian analisis East Ventures, dikutip Kamis (24/10/2024).

Inti dari pertumbuhan ini adalah munculnya merek-merek lokal, yang mengukir ceruk pasar mereka dengan menawarkan produk-produk yang disesuaikan dengan jenis kulit, iklim, dan preferensi budaya Indonesia.

Seiring dengan semakin dipahaminya dan ditanggapinya kebutuhan yang beragam ini, industri kecantikan Indonesia memiliki peluang nyata untuk membangun identitas yang unik, dan memengaruhi pasar kecantikan regional dan global.

Baca Juga: Husqvarna Meluncurkan Norden 901 Expedition 2025, Cek Spesifikasi Lengkapnya

Produk perawatan kulit Base (sumber: Base)

Co-Founder dan CEO BASE, Yaumi Fauziah Sugiharta, berpendapat bahwa meningkatnya permintaan perawatan kulit di masa kini tidak dapat dipungkiri.

Ia melihat hal ini sejalan dengan tren konsumen secara umum, yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia semakin tertarik pada perawatan kulit.

Mereka ini mencari produk yang menawarkan manfaat kesehatan kulit yang nyata. Seperti contohnya, permintaan akan perlindungan UV telah tumbuh secara substansial, didorong oleh edukasi yang meluas tentang pentingnya penggunaan tabir surya.

Maka, banyak merek—lokal dan global yang merambah pasar Indonesia—telah memanfaatkan hal itu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Lebih jauh, ada pergeseran yang jelas ke arah produk perawatan kulit yang lebih disesuaikan dan diproduksi secara lokal; merek-merek mengambil bahan-bahan dari Indonesia untuk memenuhi kondisi kulit setempat.

"Langkah ini mencerminkan tren yang lebih besar yang dikenal sebagai 'glokalisasi', di mana kosmetik disesuaikan dengan preferensi pelanggan lokal, sambil mengikuti tren global," tuturnya.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke-10, Ducati Scrambler Rizoma Cuma Ada 500 Unit

Tak hanya itu, konsumen saat ini juga semakin banyak menggunakan produk bersertifikat halal dan ramah lingkungan dalam rutinitas perawatan kulit mereka.

Kesadaran akan lingkungan menjadi pertimbangan utama di kalangan konsumen, khususnya para ibu dan generasi muda.

Toko luring Sociolla (sumber: Grand Indonesia)

Pertumbuhan e-commerce di Indonesia tidak dapat diremehkan, salah satu platform yang menangkap ceruk ini adalah Sociolla.

Namun setelah beberapa lama, kehadirannya di pasar daring tidak dianggap cukup. Seiring waktu, perusahaan mulai menghadapi kesulitan dari sisi penjual dan pembeli. Para pelanggan menekankan bahwa mereka perlu mencoba produk kecantikan ini secara langsung sebelum membeli, sementara penjual perlu meyakinkan pembeli tanpa pengalaman fisik.

Oleh karena itu, kehadiran secara luring diperlukan.

Co-Founder dan CEO Social Bella, Christopher Madiam, tak dapat memungkiri bahwa walau pemilik merek beralih ke digital untuk mendobrak pasar, namun ritel luring tidak akan pernah berhenti.

Selama pandemi, di mana semua orang berinvestasi dalam teknologi online, Sociolla justru melakukan hal yang sebaliknya dan berinvestasi besar-besaran pada platform offline, kata dia.

"Kami berhasil mengamankan lokasi terbaik untuk toko kami, dan berkembang sangat cepat," tuturnya.

Bahkan di kota-kota lapis 2 dan lapis 3, antusiasme terhadap produk kecantikan terasa nyata, yang selanjutnya memacu pertumbuhan Sociolla.

Christoper menyebut, di balik keberhasilan ini terdapat pelajaran mendasar, yaitu memahami pasar lokal, denyut nadi tren yang muncul, dan perubahan kebutuhan konsumen.

Sociolla juga menyeimbangkan secara konstan antara ambisi dan adaptasi.

Dengan membangun platform teknologi yang dapat diskalakan dan efisien, Sociolla tidak hanya memastikan integrasi yang lancar antara saluran online dan offline, tetapi juga mempertahankan harga yang konsisten, tantangan yang sangat sulit dalam bisnis ritel.

Baca Juga: Oppo x Sony Pictures, Bawa Fitur AI Generatif yang Dibalut Venom

Sementara itu, Co-Founder dan COO Diri Care, Armand Amadeus, meyakini bahwa kehadiran klinik kecantikan offline tetap dibutuhkan oleh konsumen.

Misalnya, mereka yang berjuang melawan jerawat dapat mencari perawatan lebih lanjut untuk mengatasi bekas jerawat mereka setelah menggunakan produk Diri Care, yang hanya dapat dilakukan secara offline di klinik.

Baca Juga: Apple Intelligence Diperluas di iOS 18.2 Versi Beta Pengembang, Ada Berbagai Tambahan Ini

Baca Juga: Akhir Tahun, Galaxy AI Akan Mendukung 20 Bahasa

Maka bila disimpulkan, beberapa faktor kunci yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan di pasar kecantikan Indonesia, yaitu:

  • Kemampuan penetrasi pasar: Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih memiliki ruang gerak yang signifikan untuk tumbuh.

  • Urbanisasi dan modernisasi : Seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang pindah ke daerah perkotaan, mereka pun terpapar pada tren kecantikan global, yang menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap produk kecantikan premium dan canggih.

  • Optimalisasi semografi kaum muda : Indonesia memiliki populasi besar Gen Z dan milenial yang melek teknologi, menjadikannya pasar yang menarik bagi merek kecantikan.

    Konsumen yang lebih muda ini tidak hanya lebih cenderung bereksperimen dengan produk kecantikan baru, tetapi juga memiliki daya beli yang lebih tinggi.

  • Integrasi teknologi : Perusahaan rintisan dapat dengan cepat menemukan dan memahami permintaan konsumen melalui penjualan dan analitik langsung ke konsumen (D2C).

    Ini memungkinkan mereka untuk memperkenalkan produk mereka lebih cepat sebagai respons terhadap perubahan lanskap pasar.

    Selain itu, berkat teknologi, perusahaan rintisan dapat mengelola upaya pemasaran mereka dengan lebih baik.

  • Peka perubahan pasar: Hal ini terlihat misalnya lewat adanya kebutuhan atas skincare hybrid, produk dengan fungsi perpaduan antara perawatan kulit dan tata rias.

    Harus diakui, produk kecantikan hibrida yang menawarkan produk multifungsi, telah mengubah permainan dalam industri kecantikan.

    Pergeseran ini menghadirkan peluang unik bagi merek untuk berkembang dengan berinvestasi dalam inovasi skincare hybrid, langkah ini ditangkap salah satunya oleh ESQA.

Produk tata rias dari ESQA (sumber: ESQA)
Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Hobby22 Februari 2025, 16:51 WIB

Mau Beli Akun atau Joki Gim? BangJohn Bisa Jadi Opsi

Platform ini Tawarkan Solusi Transaksi yang Aman dan Nyaman bagi Gamers.
BangJohn memungkinkan konsumen untuk jual, beli, dan joki gim. (Sumber: istimewa)
Techno21 Februari 2025, 23:29 WIB

Instagram Tambahkan Sejumlah Fitur DM Baru dalam Pembaruannya

Pembaruan DM meliputi berbagi musik, penjadwalan pesan, penerjemahan, dan banyak lagi.
Sejumlah pembaruan di pesan langsung (DM) Instagram. (Sumber: Meta)
Culture21 Februari 2025, 18:19 WIB

Sarkem Fest 2025 Digelar 2 Hari, Ini Daftar Acaranya

Sarkem Fest menampilkan tradisi ruwahan apeman.
Sarkem Fest 2025.
Techno21 Februari 2025, 18:08 WIB

Wacom Intuos Pro Dirombak Total, Tersedia dalam 3 Ukuran

Jajaran Intuos Pro 2025 telah dirampingkan dan dilengkapi kontrol dial mekanis baru yang dapat disesuaikan..
Wacom Intuos Pro. (Sumber: Wacom)
Lifestyle21 Februari 2025, 17:51 WIB

NJZ Menjadi Bintang dalam Kampanye Denim Musim Semi 2025 Calvin Klein

Pengumuman ini merupakan yang pertama setelah perubahan nama mereka menjadi NJZ.
Member NJZ jadi model untuk koleksi pakaian musim semi 2025 dari Calvin Klein. (Sumber: Calvin Klein)
Techno21 Februari 2025, 17:08 WIB

Apple Tak Lagi Produksi iPhone 14 dan Setop Pakai Port Lightning

Apple telah beralih ke USB-C yang dimulai dari iPhone 15.
iPhone 14 (Sumber: Apple.com)
Automotive21 Februari 2025, 16:15 WIB

IIMS 2025: KIA Pajang New Sonet dan New Seltos, Begini Spek dan Harganya

Kedua SUV ini siap menemani perjalanan perkotaan hingga petualangan luar kota.
KIA New Sonet dipajang di IIMS 2025. (Sumber: KIA)
Techno21 Februari 2025, 15:23 WIB

Oppo Find N5 Rilis Global, Ponsel Lipat Tertipis di Dunia Saat Ditutup

Ini adalah perangkat lipat yang sangat tipis dengan baterai jumbo.
Oppo Find N5 dalam warna Cosmic Black dan Misty White. (Sumber: Oppo)
Automotive20 Februari 2025, 19:40 WIB

VinFast VF 3 Diniagakan di Indonesia, Ada Promo untuk Pembelian di IIMS 2025

Mobil ini bisa menjadi kompetitor untuk Wuling Air ev.
VinFast VF 3. (Sumber: vinfast)
Techno20 Februari 2025, 19:05 WIB

Huawei Rilis 3 Perangkat Baru, Ada Tablet hingga Gelang Kebugaran

Ketiga gadget ini dihadirkan bersamaan dengan ponsel lipat tiga pertama di dunia milik perusahaan.
Huawei memberi pembaruan untuk tablet pintar MatePad Pro 13.2 inci. (Sumber: Huawei)