Vilo raih pendanaan dalam bentuk venture debt (kredit ventura) dari OCBC Ventura.
CEO Vilo, Vincent Kusuma mengatakan, pendanaan dari OCBC NISP Ventura akan dimanfaatkan untuk melakukan inovasi produk dan melancarkan ekspansi bisnis.
"Pendanaan tersebut juga diperuntukkan pada pengembangan inovasi produk yang nantinya dapat melahirkan peluang pasar baru," ujarnya, dikutip Jumat (24/11/2023).
Kemitraan finansial ini, menurut Vincent, juga akan memperkuat posisi Vilo di pasar gelato sebagai salah satu pemain utama di industri F&B di Indonesia, dengan berbagai macam variasi produk gelato baru yang ditawarkan.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Terapkan Kebijakan Kepemilikan ID Digital, Buat Apa?
"Kami berharap dapat memberikan nilai yang lebih besar kepada para pelanggan dan mitra kami," ungkap Vincent kepada Marketeers,
Sejak didirikan pada 2017 oleh Vincent Kusuma bersama dengan Christian Susilo dan Tomi Lunardi, Vilo bertujuan untuk menghadirkan gelato lokal yang mampu bersaing dengan merek internasional.
Kini, Vilo telah menciptakan lebih dari 300 varian rasa gelato, termasuk kolaborasi dengan merek ternama, seperti Twinings, Ovomaltine, Baileys, Oatly, Chatime, dan lainnya. Lebih dari itu, saat ini Vilo telah memproduksi lebih dari 21 ton gelato per bulan, dan mengoperasikan lebih dari 20 outlet di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Direktur Utama OCBC NISP Ventura, Darryl Ratulangi, mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) bukan hanya sekadar kebutuhan pokok, melainkan telah menyentuh sisi gaya hidup di masyarakat. Oleh sebab itu, OCBC NISP Ventura melihat adanya kesempatan yang menjanjikan untuk bisnis di sektor tersebut.
"Kemitraan dengan Vilo ini diharapkan dapat mengembangkan bisnis mereka dan membawa gelato untuk dapat dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas," tuturnya.
Darryl menjelaskan, saat ini perusahaan tengah dalam proses merampungkan kesepakatan pendanaan pada 2-3 portofolio baru menjelang akhir 2023.
Baca Juga: Google Bard Bisa Jawab Pertanyaan tentang Video YouTube
"Kami memang sedang mengembangkan venture debt dengan fokus pada area consumer retail, termasuk F&B, dan healthcare. Kami melihat ada peluang di mana sektor tersebut masih underbanked, tetapi [sektor ini] tidak terlalu cocok untuk investasi dengan skema venture capital," ujar Darryl, dalam wawancaranya bersama DailySocial.
Sejak beroperasi di 2020, OCBC NISP Ventura telah mengucurkan pendanaan ke 15 startup lainnya di berbagai vertikal. Termasuk agritech (EdenFarm), e-commerce enabler (Sirclo), fintech (AwanTunai, GajiGesa), online media (IDN Media, USS Networks), dan proptech (99 Group, Dekoruma, Rukita).
Ia menambahkan, OCBC Ventura memiliki metrik berbeda-beda untuk mengukur sinergi portofolio dari ragam sektor yang dimasukinya. Ia meyakini, tidak ada satu metrik sama yang dapat diaplikasikan ke seluruh portofolio, tetapi perusahaan terus mendorong kemitraan untuk menciptakan produk dan solusi bagi pelanggan.
Baca Juga: Instagram Membuat Reels Publik Kini Bisa Diunduh Semua Orang
Skema venture debt menjadi instrumen keuangan baru yang diperkenalkan OCBC Ventura, agar startup dapat mengoptimalkan modal dan mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Skema tersebut kini banyak digunakan oleh bank maupun pemodal ventura di Indonesia. Bagi founder, venture debt dinilai memiliki risiko lebih rendah dan lebih nyaman untuk diambil, karena tidak mengurangi porsi kepemilikan saham perusahaan. Founder tetap dapat memegang kendali perusahaan.