GorryWell Kembangkan Kecerdasan Buatan, Bisa Analisis Pola Tidur hingga Tingkat Stres

GorryWell. (Sumber: Dok. GorryWell)

Techverse.asia - GorryWell, perusahaan startup yang bergerak di bidang health-tech, saat ini mereka tengah mengerjakan teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) dalam aplikasinya.

Perusahaan menyebut, kurang lebih ada 20 ribu pengguna yang telah mengunduh (download) aplikasi GorryWell di perangkat mereka, dan menjajal banyak fitur guna membantu memantau dan mengoptimalkan gaya hidup yang sehat secara menyeluruh.

"Teknologi monitoring gaya hidup atau kesehatan enggak hanya berguna buat individu saja, tapi juga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan, karena produktivitas tim sangat ditentukan oleh kebugaran psikologis dan fisik," jelas Co-founder dan Chairman GorryWell William Susilo dalam siaran persnya kami lansir, Jumat (26/1/2024).

Baca Juga: Everpro x IMNU, Bantu Mengembangkan Bisnis Online Milik Nahdliyin

Dikatakannya, apabila suatu ekosistem perusahaan punya program wellness dengan pemantauan tingkat kebugaran karyawan yang menyeluruh dan berkelanjutan, serta didukung oleh top management.

"Kinerja bisnis dari perusahaan cenderung berbanding lurus dengan komitmen pelaksanaan program tersebut," katanya.

Alasannya, kekinian banyak kasus kecelakaan kerja di berbagai pabrik, menurunnya produktivitas karyawan senior akibat risiko penyakit kronis seperti pre-diabetes maupun jantung, hingga karyawan muda yang kerap stres dan merasa lelah.

"Ini adalah parameter yang harus menggerakkan perusahaan, untuk memulai menciptakan budaya hidup sehat yang menyeluruh di seluruh lapisan organisasi," kata dia.

Baca Juga: Penetrasi Asuransi di Indonesia Masih Rendah, Qoala Plus Tingkatkan Produktivitas Mitra

Aplikasi GorryWell sendiri mampu mendeteksi tingkat stres maupun kelelahan karyawan lewat analisis dinamika pola dan kualitas tidur, data tingkat stres yang terkuantifikasi melalui pengukuran heart rate variability, sekaligus aktivitas harian si pemakai.

Fitur di aplikasi kesehatan ini dapat menjadi landasan dalam menerapkan employee wellness dan employee assistance program di dalam perusahaan.

Tentang pengembangan kecerdasan buatan, menurut William, hal tersebut merupakan langkah guna merespons pengelolaan data gaya hidup yang sekarang ini masih sporadis dan tak tertata dengan baik.

"Data gaya hidup itu termasuk pola tidur, pola makan, pola aktivitas fisik, dan tingkat stres yang punya potensi korelasi yang signifikan terhadap produktivitas individu serta risiko penyakit kronis," ujarnya.

Baca Juga: Mesh Bio: Startup Kesehatan Asal Singapura yang Bakal Perluas Layanan ke Tiga Negara Asia, Indonesia Salah Satunya

Sejauh ini GorryWell telah mengembangkan kecerdasan buatan dalam aplikasinya yang memiliki kemampuan untuk mengelola sekaligus menganalisis gaya hidup, mulai dari pola makan, pola tidur, aktivitas fisik, hingga pengukuran tingkat stres seseorang.

"Data tersebut adalah dasar yang dipakai dalam menyusun fitur resep makanan, bahan penyampaian konsultasi oleh wellness coach, dan penyajian rekomendasi panduan gaya hidup lainnya yang dipersonalisasi," paparnya.

Di sisi lain, berdasarkan data Asian Bank Development, budaya employee wellness dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja sampai 70 persen dan meningkatkan profit 21 persen. Ini pun meningkatkan kepuasan pelanggan 10 persen, menurunkan tingkat absensi karyawan hingga 41 persen, dan menurunkan pergantian karyawan 24 persen serta meningkatkan skor ESG.

Baca Juga: Startup Platform Psikologi, Roomansa Dapat Pendanaan Ratusan Juta Rupiah

"Perusahaan yang memberikan perhatian khusus terhadap kesejahteraan karyawan cenderung memiliki tingkat retensi yang lebih tinggi, produktivitas yang meningkat, dan biaya kesehatan yang lebih rendah dalam jangka panjang," ujarnya.

Sedangkan menurut kajian dari program studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), tercatat bahwa AI punya potensi untuk mendukung proses diagnostik oleh dokter.

AI pun berpeluang memudahkan para dokter dan tenaga kesehatan dalam memantau sekaligus menginterpretasi data gaya hidup individu yang sebelumnya tak terukur dan tidak terstruktur, sehingga rekomendasi tindakan pencegahan maupun upaya kuratif jadi lebih efektif.

"Hal tersebut bisa membantu mengoptimalkan produktivitas dokter, dengan mengurangi waktu yang diperlukan oleh mereka dalam mencerna sekaligus mengartikan data gaya hidup pasien dalam rentang waktu yang jangka panjang," ujarnya.

Baca Juga: Yoona Terus Rangkul Kesehatan Reproduksi Perempuan, Optimalkan Pendanaan Seri A

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI