MeshBio Raih Pendanaan Rp55 Miliar, Digunakan untuk Kembangkan Digital Twin

Mesh Bio Terima Pendanaan Seri A Rp55 Miliar (Sumber: MeshBio)

Startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura, Mesh Bio, memperoleh pendanaan seri A sebesar US$ 3,5 juta atau sekitar Rp55 miliar.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan turut diikuti oleh Elev8, Seed Capitals, dan beberapa investor lainnya. 

Pendanaan ini memungkinkan Mesh Bio untuk menawarkan teknologi digital twin atau kembar digital kepada para penyedia layanan kesehatan, serta memperluas penerapan solusi ini di Hong Kong dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Filipina. 

Baca Juga: Kompetisi ZIC 2024: Perusahaan Startup Berpeluang Dapat Uang Tunai Rp1 Miliar

Co-Founder dan Chief Executive Officer Mesh Bio, Dr. Andrew Wu, mengaku senang dengan pengumuman penutupan pendanaan Seri A Mesh Bio ini.

"Langkah penting ini memberdayakan kami untuk memperluas solusi kesehatan digital untuk manajemen penyakit kronis di Asia Tenggara," kata Andrew, dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (30/1/2024).

Ia mengatakan, Asia Tenggara mempunyai banyak kebutuhan layanan kesehatan yang belum terpenuhi. Oleh karena itu, perusahaan berfokus untuk mengatasi kesenjangan ini secara efektif.

Menurut Andrew, dengan dukungan East Ventures, MeshBio siap mendukung transformasi digital yang cepat pada sistem layanan kesehatan di wilayah ini untuk meningkatkan taraf hidup.

Investasi baru ini diterima tiga bulan setelah Mesh Bio mendapatkan persetujuan peraturan, dan melakukan uji coba penerapan salah satu teknologi digital twin, dengan sistem kesehatan masyarakat di Singapura. Hal ini dinilai sebagai peluang besar dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien dengan penyakit kronis.

Baca Juga: Antler Investasi Pre-Seed untuk 37 Startup

Pada Oktober 2023, Mesh Bio menerima persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (Health Sciences Authority/HSA) untuk memasarkan HealthVector® Diabetes sebagai perangkat lunak dari alat medis.

HealthVector® Diabetes saat ini dalam tahap uji coba implementasi di beberapa rumah sakit. Seperti Singapore General Hospital (SGH), Tan Tock Seng Hospital (TTSH), dan beberapa poliklinik terpilih untuk potensi penerapan klinis.

Tingginya prevalensi penyakit kronis mulai dari diabetes hingga penyakit jantung, di Asia Tenggara, telah mendorong lebih banyak dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi untuk menangani pasien dengan penyakit kronis.

"Solusi Mesh Bio memberikan data pasien dan analisis prediktif yang membekali para dokter dengan informasi dan diagnosis tentang pasien mereka dan penyakit yang mereka derita," ungkapnya.

Sementara itu, DARA® Health Intelligence Platform milik Mesh Bio, memungkinkan pemberian layanan berbasis data. Sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan kesehatan.

Perusahaan mencatat layanan ini telah digunakan oleh lebih dari 120 pusat kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Indonesia untuk pemeriksaan kesehatan preventif. Mesh Bio telah memperluas platform untuk manajemen penyakit kronis melalui HealthVector® Diabetes.

Baca Juga: Linktree Rilis Fitur untuk Penjadwalan dan Pengarsipan Tautan

Baca Juga: Shopee Jadi Pilihan Banyak UMKM Sebagai Tempat Jualan

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Wilson Cuaca, mengaku senang dapat terus mendukung Mesh Bio.

"Dalam lanskap layanan kesehatan yang berkembang pesat saat ini, Mesh Bio hadir dengan menawarkan teknologi terdepannya, yang dirancang untuk merevolusi perawatan pasien," ujarnya.

Wilson mengatakan, pendekatan inovatif Mesh Bio dalam memanfaatkan analisis prediktif merupakan terobosan baru, memungkinkan layanan kesehatan yang lebih personal dan preventif.

"Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dalam mentransformasikan sistem pelayanan kesehatan di Asia Tenggara dan sekitarnya," kata dia.

Mesh Bio didirikan pada 2018 oleh Andrew Wu sebagai Co-Founder dan Chief Executive Officer dan Arsen Batagov sebagai Co-Founder dan Chief Technology Officer. Putaran pendanaan sebelumnya mencakup putaran pendanaan awal sebesar US$ 1,8 juta pada Oktober 2021.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI