Startup yang menyediakan platform akomodasi dan perhotelan RedDoorz menargetkan ekspansi hingga 4.500 properti pada akhir 2024. Jumlah itu sekitar 1,2-1,5 kali lebih banyak dibandingkan 2023.
Indonesia diproyeksikan tetap menjadi penyumbang utama pertumbuhan perusahaan yang mencapai 85% secara keseluruhan.
Dalam keterangan resmi perusahaan, RedDoorz menyatakan mereka berfokus pada pertumbuhan organik dan anorganik, dengan ekspansi pasar di Indonesia dan Filipina, sebagai bagian dari strategi ke depan.
Founder dan CEO RedDoorz, Amit Saberwal, mengungkap bahwa total peluang yang dapat mereka jangkau di pasar Indonesia dan Filipina sangat besar, dan masih ada ruang untuk tumbuh dengan strategi multi-brand.
"Bali pun akan menjadi fokus area utama untuk pertumbuhan di Indonesia," ujarnya, dikutip Kamis (22/8/2024).
Baca Juga: Logo Polytron Nampang di Jersey Tim Sepak Bola Italia Como 1907
Di Indonesia, salah satu fokus utama RedDoorz adalah Bali, dengan mengedepankan merek The Lavana, di mana perusahaan berencana mencapai 100 mitra vila pada akhir 2024, serta dapat tumbuh dua kali lipat dalam satu tahun ke depan.
Untuk mencapai target tersebut, RedDoorz telah menerapkan berbagai inisiatif yang akan menjadi fokus utama ke depannya. Contohnya, adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digunakan dalam penetapan harga, manajemen keuangan, dan sistem pelayanan tamu.
Berikutnya, menjangkau lebih banyak mitra properti yang berkualitas untuk merek premium RedDoorz, seperti SANS dan URBANVIEW, yang telah tumbuh sebanyak 1,3-1,5 kali dibandingkan tahun sebelumnya (YoY). Begitu juga merek The Lavana yang fokus pada akomodasi eksklusif di Bali dan Lombok.
Selain itu, strategi Merger dan Akuisisi (M&A) juga termasuk dalam rencana RedDoorz ke depannya, karena perusahaan ingin memasuki pasar yang lebih luas, dan terbuka untuk negara lain yang memiliki potensi besar di kawasan Asia-Pasifik, seperti Thailand.
Baca Juga: ASUS ROG Umumkan 3 Monitor Gaming Premium di Gamescom 2024
Baca Juga: Mark Zuckerberg Sebut Meta Butuh Daya Komputasi Lebih Besar untuk Latih Llama 4
Country Director RedDoorz Indonesia, Mohit Gandas, menjelaskan bahwa perusahaan melihat pemulihan pasca pandemi Covid-19 lebih lambat untuk segmen hotel budget dibandingkan dengan hotel bintang 3-5. Hal ini dianggap sebagai tantangan yang dihadapi pemilik properti dari segi pendapatan.
Selain itu, Mohit menyoroti keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi yang menunjang mitra untuk mengelola properti, dan mendatangkan pendapatan melalui berbagai saluran penjualan.
RedDoorz telah memanfaatkan strategi penetapan harga dinamis berbasis AI, untuk mengoptimalkan tarif kamar berdasarkan permintaan, musim, dan tren pasar, sehingga pendapatan pemilik properti bisa maksimal
"Dengan sentuhan teknologi yang dihadirkan RedDoorz, melalui pengelolaan harga sekaligus memberikan akses mitra pemilik properti terhadap permintaan/pasar melalui saluran penjualan kami," ," jelas Mohit.
Selain itu, RedDoorz berkomitmen terhadap keberlanjutan dan dampak di bidang sosial. Salah satu upayanya yakni, kemitraan dengan sejumlah pihak seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, melalui pemberian beasiswa kepada mahasiswa Politeknik Pariwisata Indonesia.
Baca Juga: Rapat Menggunakan Zoom Kini Bisa Diikuti Oleh 1 Juta Peserta
RedDoorz juga diketahui berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 2027. Pihak perusahaan melihat, kinerja operasional perusahaan membaik setelah melakukan berbagai strategi pemulihan pasca pandemi Covid-19.
Strategi itu membuat RedDoorz berhasil menumbuhkan arus kas operasional positif hingga empat kali lipat dari periode sebelum pandemi COVID-19 per Juli 2023, didorong efektivitas secara signifikan, yang mampu mengurangi tingkat cash burn rate hingga 70 persen (yoy) pada semester I-2023.
Dilaporan Antara, kondisi tersebut juga membuat perusahaan optimistis dapat mencapai Group Break Even Point (BEP) pada triwulan IV 2023, dan meraih EBITDA positif pada 2024.