Techverse.asia - CarbonEthics, perusahaan rintisan (startup) carbon offset asal Indonesia, hari ini mengumumkan bahwa mereka telah merampungkan putaran pendanaan awal senilai Rp32,24 miliar atau setara dengan US$2,1 juta yang dipimpin oleh Intudo Ventures, juga dengan dukungan dari beberapa angel investor.
Pendanaan tersebut mengikuti pendanaan awal senilai US$220 ribu pada tahun lalu, yang didanai oleh Ecoxyztem dan Spiral Ventures.
Sejauh ini, CarbonEthics pun telah melakukan studi pra-kelayakan untuk proyek karbon di lahan yang luasnya lebih dari 4,2 juta hektare dengan potensi proyek karbon lebih dari satu juta ton CO2e, menanam sekitar 280 ribu biota, meliputi rumput laut, mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Baca Juga: Platform Dekarbonisasi Real Estate Accacia Mengumpulkan Putaran Pra-seri A Sebesar 6,5 Juta Dolar AS
Dengan pendanaan awal yang didapat ini memungkinkan CarbonEthics untuk mendapatkan proyek banyak karbon serta turut melibatkan lebih banyak pakar teknis.
Pada 2030 yang akan datang, startup ini berupaya untuk melindungi dan memulihkan setidaknya delapan juta hektare lahan serta menciptakan dampak CO2e lebih dari 160 juta, sambil membangun ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50 ribu masyarakat lokal.
Co-founder sekaligus CEO CarbonEthics Bimo Soewadji menyampaikan, pencapaian emisi nol bersih (net-zero) tak cuma krusial dalam melindungi bumi dari risiko perubahan iklim, namun juga membuka peluang pertumbuhan yang menguntungkan.
"Kami turut mengundang lebih banyak mitra supaya bisa bergabung dalam mengembangkan inisiatif iklim yang berdampak besar serta mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan yang menguntungkan manusia dan planet ini," katanya.
Baca Juga: Praktik Dekarbonisasi untuk Ekonomi Hijau Berkelanjutan
CarbonEthics didirikan pada Mei 2019, yang memfokuskan pada pengembangan ekosistem karbon biru (blue carbon), sekaligus melebarkan cakupannya pada ekosistem hijau serta lahan gambut.
Dengan solusi iklim berbasis alam, startup ini memadukan dampak komersial dan lingkungan, merestorasi ekosistem yang rusak guna mendukung bisnis dalam perjalanan dekarbonisasi mereka dan menciptakan sumber pendapatan anyar.
Tak berhenti di situ, CarbonEthics juga tengah mengembangkan proyek-proyek berbasis alam berkualitas tinggi untuk memulihkan keseimbangan iklim sekaligus meningkatkan penghidupan masyarakat setempat dan mendukung keanekaragaman hayati.
Tujuannya adalah menjadi mitra pilihan pertama untuk dekarbonisasi melalui pemahaman mendalam tentang metodologi dan lanskap regulasi, serta masyarakat setempat untuk memastikan keberhasilan proyek dan laba atas investasi.
Baca Juga: Putri Yoshiaki Murakami Dirikan Kadan Capital, Startup di Indonesia Turut Jadi Sasaran Investasi
Adapun tiga layanan inti yang ditawarkan oleh CarbonEthics, yang pertama ialah proyek karbon berbasis alam yang melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati. Kedua, penanaman pohon guna mendukung rehabilitasi ekosistem, utamanya blue carbon.
"Ketiga, konsultasi karbon yakni menyediakan konsultasi Enviromental, Social, dan Governance (ESG) guna membantu klien kami mencapai target pengurangan karbon dan mematuhi regulasi yang berlaku," paparnya.
Klien-klien yang pernah bekerja sama dengan CarbonEthics antara lain Badan Usaha Milik Negara (BUMN), lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan perusahaan swasta. Sejumlah klien ternama seperti Ernst & Young, Danone, hingga Allianz.
Baca Juga: UMG Idealab Sebut Startup Baru Dapat Untung Setelah 3 Tahun Didirikan
Di sisi lain, CarbonEthics pun telah menargetkan untuk mencatatkan produknya di pasar perdagangan internasional seperti Jepang dan Singapura. Proyek-proyek unik kelautan serta pesisir Indonesia adalah negara kepulauan, diharapkan dapat menarik minat bisnis global.
Alasan CarbonEthics ingin mencatatkan perdagangannya di dua negara itu karena Singapura sudah lebih dahulu mengagas perdagangan kredit karbon. Singapura pun punya ambisi untuk menjadi pusat global bagi bisnis yang berusaha menangani perubahan iklim. Sedangkan Jepang juga mulai meniagakan kredit emisi yang telah disertifikasi pemerintah pada Oktober 2023.
"Pencatatan perdagangan di Singapura bisa saja terwujud dan untuk yang di pasar Tokyo, Jepang sedang dipertimbangkan. Sebab, Jepang punya standarnya sendiri, jadi kami harus memeriksa apakah Jepang bisa menerima CarbonEthics," kata Chief Impact Officer CarbonEthics Jessica Novia.
Baca Juga: Alibaba dan GoTo Umumkan Kemitraan Strategis