Techverse.asia - Glints dan Monk's Hill Ventures (MHV) menerbitkan laporan terbaru mereka terkait dengan kinerja perusahaan startup di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini.
Laporan ini mengambil data lebih dari 10 ribu karyawan perusahaan startup, 183 pendiri dan bos startup, dan 72 interview dengan pendiri ataupun operator startup yang ada di Indonesia, Vietnam, Singapura, hingga Taiwan.
Baca Juga: Waste and Wishes Indonesia Dapat Pendanaan dari GoTo Impact Foundation
Di laporan itu disebutkan bahwa gaji para pekerja startup mengalami penurunan yang lumayan drastis sepanjang tahun lalu. Yang mana posisi junior engineering paling terdampak dari hal ini.
Salah satu penyebabnya ialah terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran di sektor teknologi. Kondisi ini semakin diperparah dengan pemotongan biaya perusahaan agar tetap bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Posisi teknisi junior menjadi yang paling terdampak di seluruh wilayah (Asia Tenggara) yang kemudian diikuti oleh penurunan gaji di beragam posisi engineering lainnya," ujar Co-founder sekaligus Group General Manager (GM) Glints Steve Sutanto dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (9/10/2024).
Baca Juga: Hasil Kajian Hacklab Jogja Tech Salary Guide 2022: Gaji Paling Tinggi Rp16 Juta
Indonesia sendiri mencatatkan penurunan gaji yang paling tinggi di kawasan ini, yakni sebesar tujuh persen. Adapun untuk posisi frontend dan backend developer juga mengalami penurunan tertinggi dibandingkan dengan seluruh posisi engineering di Tanah Air.
Di tengah penurunan gaji di posisi teknis, namun ada peningkatan di sejumlah bidang lain, seperti gaji para periset user interface (UI)/UX. Gaji untuk peniliti UI/UX tercatat naik sampai 7,8 persen, sedangkan gaji perancang UI/UX melonjak hingga 3,4 persen.
"Hal tersebut menandakan bahwa peran UI/UX semakin diakui di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, sedangkan gaji untuk posisi Business Development (BD) dan Sales secara regional meningkat sampai 20 persen. Ini menandakan perhatian yang lebih besar dari perusahaan rintisan utnuk mencapai profitabilitas di tengah dunia yang kian terdigitalisasi, yang mana posisi non-teknologi seperti BD dan Sales tetap punya peranan penting.
Baca Juga: Salary Survey 2023: 82 Persen Perusahaan di Indonesia Siap Naikkan Gaji Tahun Ini
Terpisah, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (Menkop dan UKM) Teten Masduki menuturkan bahwa kini banyak perusahaan startup di Indonesia yang masih ada di tahap awal alias early stage, di mana ini adalah fase paling rentan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan rintisan.
"Supaya bisa mendukung keberlangsungan dan perkembangan startup-startup, program inkubasi dengan pendampingan sangat penting di fase early stage. Sebagian besar startup kita masih ada di tahap tersebut," paparnya.
Jawatannya pun telah menghadirkan program startup global yang ditujukan agar bisa membantu perusahaan startup tahap awal supaya bisa bersaing di pasar internasional. Berdasarkan data dari Kemenkop UKM, dalam kurun tiga tahun terakhir, lebih dari 700 startup telah ikut berpartisipasi dalam program inkubasi tersebut.
Baca Juga: Bootcamp IndoBisa 2024 Memasuki 2 Tahap Akhir, Bantu Siapkan Startup Bertemu Investor
"Sudah ada ratusan perusahaan startup yang mengikuti program kami akan bisa tembus sampai ke market internasional," imbuhnya.
Teten juga menekankan potensi yang besar yang ada di sektor-sektor tertentu, seperti agrikultur, kesehatan, hingga pendidikan sebagai peluang yang dinilai signifikan bagi startup dalam negeri. Dengan pendampingan yang tepat, startup-startup di tiga sektor tersebut punya kans untuk tumbuh pesat di masa yang akan datang.
"Startup perlu memahami soal model bisnis yang mereka usung, khususnya di tiga sektor itu, yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih jauh lagi," ungkapnya.
Baca Juga: Startup Insurtech Rey Dapat Pendanaan Puluhan Miliar, Siap Transformasi Proteksi Kesehatan