Menganalisis Badai Twitter Dan Tiktok, Bagaimana Masa Depan Media Sosial?

Uli Febriarni
Senin 14 November 2022, 23:46 WIB
social media / freepik

social media / freepik

Laporan Forbes mengulas sesuatu yang mungkin nyaris luput dari analisis kita, dari dua peristiwa besar dunia teknologi dan media sosial.

Pertama, pada 1 November 2022 Elon Musk mengambil kepemilikan penuh dari Twitter dan segera mulai membahas reformasi kunci, termasuk menagih pengguna Twitter centang biru untuk ruang Twitter mereka dan memberhentikan sebagian besar staf, yang memicu badai kritik dan serangan dari media lain.

Kedua, bukan hanya Twitter yang menemi badainya. Di hari yang sama, komisaris FCC Brendan Carr menyerukan pelarangan platform media sosial populer TikTok karena kedekatannya dengan pemerintah China dan Partai Komunis.

Dalam tulisan Forbes.com, Carr mengatakan keterangan seperti berikut, "Saya tidak percaya ada jalan ke depan untuk hal lain selain larangan,". Dan selanjutnya tidak berbeda dengan larangan yang diberlakukan Amerika Serikat pada raksasa peralatan telekomunikasi China Huawei.

Kedua cerita tersebut secara tidak langsung merangkum dua model platform media sosial di masa depan: sebagai alat bagi pemerintah untuk mempengaruhi dan mengontrol warganya, atau sebagai papan suara bagi warga untuk mempengaruhi pemerintah melalui pertukaran ide dan pendapat secara bebas.

Twitter Dan Gedung Putih

Upaya Elon Musk untuk menjadikan Twitter sebagai ruang kebebasan berbicara ternyata sangat kontroversial. Dia mendapat kecaman berat, bahkan dari Gedung Putih.

Namun, Musk tampaknya bertekad untuk terus maju menjadikan Twitter sebagai saluran untuk wacana yang bebas dan independen dan meluncurkan kampanyenya sendiri melawan 'informasi yang salah' (pengganggu favorit pemerintahan Biden) dengan memeriksa fakta presiden sendiri.

Tidak heran Biden kesal, bahkan dalam konferensi persnya baru-baru ini, ia juga menunjukkan kekesalannya. Dengan menyatakan bahwa hubungan Musk dengan investor asing yang membantu mendanai kesepakatannya untuk membeli Twitter, -termasuk Arab Saudi dan Qatar- , adalah sesuatu yang 'harus dilihat' sebagai kemungkinan ancaman terhadap keamanan nasional AS.

Ini tampak ironis, karena Gedung Putih tampaknya tidak memiliki keraguan tentang hubungan TikTok dengan militer dan intelijen China.

Carr dari FCC menggemakan kekhawatiran yang diungkapkan Biden di Forbes secara berkali-kali. Tentang data Amerika Serikat yang mengalir kembali ke China melalui TikTok dan risiko Beijing menggunakan TikTok untuk secara diam-diam memengaruhi proses politik di Amerika Serikat.

Forbes juga tahu, perihal TikTok melanggar janjinya untuk tidak membagikan data yang dikumpulkan dari pengguna Amerika kepada pemerintah China. Forbes mendapatkan laporan bahwa perusahaan induk TikTok, ByteDance, memberitahu karyawan untuk mendorong pengiriman pesan pro-Beijing ke pengguna A.S, dari salah satu aplikasi beritanya. Di China sendiri, tentu saja, baik ByteDance maupun TikTok (dikenal sebagai Douyin) adalah pelayan yang patuh dari pengawasan total negara China.

Meskipun Carr mengakui FCC tidak memiliki kekuatan untuk memberlakukan larangan, tidak ada dunia yang di sana Anda dapat memberikan perlindungan yang memadai pada data.

"Sehingga Anda dapat memiliki keyakinan yang cukup bahwa itu tidak menemukan jalan kembali ke tangan [Partai Komunis China]," kata Carr, masih dalam laporan yang sama, dikutip pada Senin (14/11/2022).

Namun ada juga yang setuju dengan ini. Salah satu yang setuju adalah Senator Demokrat Mark Warner dari Virginia, seperti dikutip dalam wawancara media Axios.

"Donald Trump benar di TikTok bertahun-tahun yang lalu. Jika anak-anak Anda menggunakan TikTok, kemampuan China untuk memiliki pengaruh yang tidak semestinya adalah tantangan yang jauh lebih besar. Dan ancamannya jauh lebih langsung daripada konflik bersenjata aktual apapun," kata Warner.

Dengan membandingkan TikTok dengan rencana Musk untuk Twitter, maka ada dua model yang bersaing untuk tujuan media sosial.

Di satu sisi, itu dapat membentuk dan memanipulasi pola pikir pengguna dengan kedok preferensi dan hiburan, sambil menyalurkan data kepada pemerintah untuk digunakan melawan musuh-musuhnya dan untuk membungkam suara perbedaan pendapat.

Di sisi lain, ini bisa menjadi forum yang bebas dan terbuka untuk bertukar ide dan pendapat, yang membatasi kebebasan berbicara dengan ringan. Tetapi juga diarahkan untuk melindungi privasi pengguna, termasuk kebebasan mereka untuk berbicara.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno05 November 2024, 18:21 WIB

Infinix Inbook Air dan Inbook Air Pro Plus Diniagakan di Indonesia

Kedua laptop ini menyasar konsumen level menengah ke atas.
Infinix Inbook Air Pro Plus. (Sumber: Infinix)
Techno05 November 2024, 17:51 WIB

Google Maps Punya Fitur AI Baru yang Didukung oleh Gemini

Berbincang santai dengan Gemini AI atau dapatkan petunjuk berkendara yang lebih baik.
Google Maps kini ditenagai dengan Gemini AI. (Sumber: Google)
Techno05 November 2024, 17:25 WIB

Spesifikasi Xiaomi Pad 7 Series, Ada 3 Pilihan Warna

Tablet pintar ini tersedia dalam dua pilihan model.
Xiaomi Pad 7. (Sumber: Xiaomi)
Techno05 November 2024, 16:37 WIB

Harga dan Spek POCO C75 yang Dipasarkan di Indonesia, Mirip Redmi 14C?

C75 ditenagai dengan chipset MediaTek Helio G8 Ultra.
POCO C75. (Sumber: POCO)
Startup05 November 2024, 16:04 WIB

Demo Day BEKUP 2024: Sukses Dapatkan 24 Startup dari 6 Kota di Indonesia

Demoday BEKUP 2024 Perluas Peluang Kolaborasi dan Permodalan Para Startup.
Demo Day BEKUP 2024 yang diinisiasi Kemenparekraf dibuka pada Senin (4/11/2024). (Sumber: Kemenparekraf)
Startup05 November 2024, 14:31 WIB

TransTRACK Perkuat Kolaborasi Bisnis dengan Perusahaan Australia

MoU ini turut menandai langkah awal ekspansi strategis TransTRACK ke Australia.
TransTRACK jalin kesepakatan dengan perusahaan asal Australia. (Sumber: dok. transtrack)
Startup05 November 2024, 14:18 WIB

Paper.id Meluncurkan Horizon Card: Kartu Kredit Digital Khusus untuk Perusahaan

Layanan ini mendukung proses pengadaan barang dan jasa bagi perusahaan.
CEO Paper.id Yosia Sugialam. (Sumber: istimewa)
Startup05 November 2024, 13:08 WIB

Percepat Transformasi Digital, Granite Asia dan INA Resmi Jalin Kolaborasi

Granite Asia bersama Indonesia Investment Authority berkomitmen untuk mempercepat transformasi digital dalam negeri.
INA berkolaborasi dengan Granite Asia guna mempercepat transformasi digital. (Sumber: istimewa)
Lifestyle04 November 2024, 20:23 WIB

5 Alasan Barang Mewah Bekas Kini Banyak Dicari oleh Konsumen

Terdapat sejumlah faktor yang membuat barang bekas banyak dicari orang.
Ilustrasi barang mewah tas Goyard. (Sumber: Goyard)
Lifestyle04 November 2024, 19:03 WIB

G-SHOCK Hadirkan Seri G-STEEL GM700 Berlapis Logam, Punya 3 Model Jam Tangan

Casio merilis jam tangan berlapis pogam yang didasarkan pada model analog-digital dynamic GA700.
Casio G-SHOCK GM700G-9A (kiri) dan GM700-1A. (Sumber: Casio)