Pernah melihat minyak berwarna hitam karena telah digunakan untuk berkali-kali penggorengan?
Walaupun minyak dapat berubah warna menjadi hitam bahkan sebelum dipakai dua kali, -misalnya karena menggoreng sesuatu berbahan gula, telur dan bahan tertentu lainnya-, tapi minyak jelantah selalu terlihat berwarna gelap.
Minyak jelantah sebagai minyak yang telah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan, dikategorikan sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan dan merugikan kesehatan.
Ada alasan di balik tidak disarankannya penggunaan minyak jelantah untuk lebih dari dua hingga tiga kali penggorengan. Karena bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) seperti peroksida, epioksida, dan lain-lain yang terbentuk akibat proses penggorengan.
Tidak hanya itu, setiap kali kamu ingin menggunakan kembali minyak jelantah, ingatlah bahwa kualitas minyak sudah sangat turun.
Tetapi kalau memang ingin nekat menggunakan jelantah karena alasan tertentu yang mendesak, sebelum kembali menggunakan minyak jelantah untuk keperluan memasak, periksa terlebih dahulu kondisi minyak dengan mencium baunya. Jika sudah berbau tengik, maka sudah waktunya untuk menggunakan minyak baru dan mengalihkan kegunaan minyak tersebut untuk keperluan lain.
Selain itu, saring dulu minyak jelantah menggunakan saringan kopi atau saringan dengan lubang tipis, agar sisa penggorengan sebelumnya tidak ikut tergoreng ulang.
Mengetahui masih ada sebagian masyarakat kita yang menggunakan jelantah berulang, dengan berbagai penyebab, maka tim dosen dan mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia Jurusan Sains Institut Teknologi Sumatera (ITERA) memberikan pelatihan kepada masyarakat.
Mereka mengenalkan cara pemurnian minyak jelantah menggunakan bahan lempung alam atau dikenal dengan bleaching earth.
Upaya pemurnian menggunakan bahan alami tersebut, bertujuan menghilangkan zat-zat berbahaya akibat penggunaan minyak secara berulang.
Pengabdian masyarakat yang diadakan di Desa Padangrejo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Tim pengabdian masyararakat Prodi Kimia ITERA ini terdiri dari beberapa orang dosen yang diketuai oleh M. Alvien Ghifari. Sedangkan mahasiswa Kimia ITERA yang terlibat antara lain Arfa sari Goreta Ginting, Lisen Miduk Sihombing, Glory Angelina, Jean Christian A, dan Fasya.
Alvien Ghifari menjelaskan, seringkali kelangkaan minyak menyebabkan masyarakat secara terpaksa menggunakan minyak goreng beberapa kali.
Penggunaan minyak goreng bekas atau minyak jelantah dapat menimbulkan penyakit akibat zat-zat hasil reaksi selama proses penggorengan berulang. Zat-zat berbahaya tersebut dapat dikurangi dengan cara penjernihan melalui penyerapan menggunakan Lempung Alam.
Selain mengedukasi masyarakat Desa Padangrejo soal bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan minyak goreng secara berulang, pengabdian ini juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat setempat tentang upaya penjernihan minyak goreng yang telah digunakan.
"Guna menghilangkan residu berbahaya yang terkandung di dalam minyak jelantah. Terlebih dalam pelatihan ini, warga juga bisa mendapatkan bahan yang mudah didapat yaitu Lempung Alam ( Bleaching Earth) sebagai bahan penjernih minyak goreng," ungkapnya, dilansir dari laman universitas, Sabtu (19/11/2022).
Penjernihan menggunakan bahan alami berupa tanah lempung alam, yang biasanya mudah didapatkan di daerah yang memproduksi batu bata, genteng, hingga keramik. Ciri-ciri lempung alam biasanya ketika dalam kondisi kering tanah retak-retak, dan jika basah bersifat liat.
Tahapan penjernihan dilakukan dengan mencampur minyak goreng sekitar satu gelas dengan 2,5 sendok makan lempung. Lalu menghangatkan campuran itu sambil diaduk selama kurang lebih 10-30 menit.
Kemudian hasil campuran minyak dan lempung alam didiamkan selama satu hari, dan disaring sebelum digunakan.
"Lempung alam relatif alam karena digunakan juga diproses pengolahan minyak sawit," tandas Alvien.
Sepertinya untuk kamu yang terpaksa menggunakan minyak jelantah saat memasak, bisa mencobanya. Mudah kok mempraktikkannya.