Nanoteknologi adalah ilmu yang berkembang dengan cepat, yang menawarkan peluang besar untuk menargetkan dan memodifikasi perilaku sel dan jaringan di skala nano. Nanoteknologi menggunakan material buatan manusia dan inorganik, yang biasanya kurang dari 100 nanometer.
Baca Juga: Golfi, Robot Statis Yang Dapat Bermain Golf Seperti Tiger Woods
Menurut jurnal Emerging Topics in Life Sciences, tahun 1980-an menjadi titik awal nanoteknologi, yakni kapasitas untuk menyintesis, memanipulasi, dan memvisualisasikan suatu zat pada skala nanometer.
Nanoteknologi melibatkan interaksi komponen selular dan molekuler serta materi yang direkayasa. Di level nano, sifat fisik, kimia, dan biologis material berbeda dengan yang kita tahu. Contoh produk nanoteknologi di masa kini adalah vaksin Moderna dan BioNTech/Pfizer yang berdasarkan formulasi lipid nanopartikel.
Baca Juga: Bagian Motor Yang Wajib Dicek Sehabis Touring, Mur Dan Baut Termasuk
Dan untuk terus mengembangkan teknologi nano, Universitas Padjadjaran (Unpad) menjalin kerja sama dengan Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC). Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Rektor Unpad, Prof.Rina Indiastuti dan Sekretaris Jenderal INIC, DSaeed Sarkar.
Kolaborasi ini diusulkan dengan mempertimbangkan persamaan kepentingan antara Unpad dan Universitas Teheran, universitas tempat Sarkar mengajar, yaitu nanoteknologi.
Secara spesifik, kolaborasi ini tentang bagaimana nanoteknologi digunakan dalam peralatan medis dan obat-obatan untuk menghasilkan proses penyembuhan yang cepat dan minim efek samping.
Baca Juga: Baru Dipecat? Beri Rehat Batinmu, Tidak Usah Terburu Terima Pekerjaan Baru
Sarkar menyatakan bahwa, kolaborasi ini sangat penting untuk mendorong penerapan nanoteknologi di sektor medis kedua negara, serta meningkatkan efektivitas biaya-nya.
"Penggunaan nano sangat efektif dan minim efek samping," kata Sarkar.
Ia kemudian menjelaskan lebih jauh tentang bagaimana nano sense technology bisa mendiagnosis sel kanker dalam 10 detik, serta mendeteksi keseluruhan bagian tumor secara akurat.
Sebelumnya, kanker bisa kembali tumbuh karena proses pengangkatan tumor masih meninggalkan sedikit sisa yang akan berkembang menjadi tumor baru dalam 1-2 tahun. Dengan nanoteknologi, persentase kanker tumbuh kembali dapat diperkecil.
Selain itu, ada pula obat-obatan nano-based yang bisa digunakan untuk menangani kanker dengan lebih aman. Hal tersebut dikarenakan obat-obatan ini langsung menuju tumor kanker tanpa merusak organ-organ tubuh lain selama prosesnya.
Namun, obat nano-based sangat mahal. Harganya bisa mencapai 800 dolar per injeksi karena teknologi yang digunakan untuk membuatnya masih sangat baru. Hal ini bisa diatasi jika riset dan penerapan nanoteknologi lebih digencarkan lagi. Hal inilah yang menjadi tujuan kolaborasi ini.
"Jika kita benar-benar ingin membantu masyarakat, kita harus fokus ke riset dan perkembangannya," lanjut dia.
Sarkar menambahkan bahwa, sebagai program lain kolaborasi pengembangan nanoteknologi atas kedua belah pihak, pelaksanaan summer school untuk para mahasiswa sarjana juga bisa dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan pengenalan mahasiswa terhadap konsep nanoteknologi dan penggunaannya di bidang medis.
Pertukaran pelajar antara Unpad dan Universitas Teheran juga sedang melalui tahap diskusi, mengingat besarnya keterlibatan UT dalam nanoteknologi, baik di bidang riset maupun pendidikan.
Rektor Unpad, Prof.Rina Indiastuti menyetujui usulan untuk mengadakan seminar gabungan dan lokakarya mengenai topik-topik seputar nanoteknologi, seperti nanofarmasi. Termasuk juga upaya pengembangan nanoteknologi tersebut.
Menurut dia, kolaborasi ini bisa menjadi permulaan dari partisipasi Unpad dalam pendidikan mengenai nanoteknologi.
"Di Unpad, masih belum ada program pembelajaran yang spesifik mengenai nanoteknologi, tetapi kami sudah memiliki pusat risetnya," ujar Rini.