5 Prediksi Kaspersky Tentang Privasi Data Dan Keamanan Siber Masa Depan: Ada Asuransi Untuk Kebocoran Data?

Uli Febriarni
Selasa 29 November 2022, 16:25 WIB
logo kaspersky / kaspersky

logo kaspersky / kaspersky

Sebagai perusahaan vendor perlindungan keamanan komputer, Kaspersky punya beberapa prediksi mengenai seperti apa privasi data dan perkembangan teknologi informasi di masa depan. Tentunya, prediksi ini juga terkait dengan kepentingan bisnis dan pemerintah yang saling bersinggungan.

Ahli di Kaspesky menilai, peristiwa geopolitik dan ekonomi pada 2022, serta tren teknologi baru, akan menjadi faktor utama yang memengaruhi lanskap privasi pada 2023. 

1. Sebagian besar halaman web 'dirayapi' dengan pelacak tak terlihat

Pelacak ini mengumpulkan data perilaku, yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan terutama untuk iklan bertarget. Meskipun ada banyak perusahaan berbeda dalam bisnis iklan berbasis perilaku pengguna internet, Meta, Amazon, dan Google adalah pemimpin yang tidak diragukan lagi.

Namun, perusahaan yang disebut semua tadi adalah perusahaan AS, dan di banyak wilayah, pihak berwenang semakin berhati-hati dalam berbagi data dengan perusahaan asing. Sejumlah negara telah memiliki kebijakan mengatur privasi para warganya. Dan hal itu akan diikuti negara-negara lain yang belum punya regulasi serupa. 

Sementara itu, perusahaan teknologi besar mungkin membelanjakan lebih banyak untuk keamanan data daripada perusahaan yang lebih kecil. 

2. Smartphone akan menggantikan lebih banyak dokumen kertas

Soal poin ini, mungkin sudah terlihat sejak sekarang. Banyak orang menggunakan ponsel pintar mereka untuk bekerja, menggantikan kertas-kertas bahkan komputer mereka. 

Menggunakan ponsel pintar atau perangkat pintar lain untuk membayar tagihan, misalnya melalui NFC (mis., Apple Pay, Samsung Pay) atau kode QR (mis., Swish di Swedia, SBPay di Rusia atau WeChat di China) berkembang pesat. 

Di masa depan, kartu debit dan kredit akan dianggap seperti plastik usang, terutama di mana pembayaran tanpa uang tunai sudah mendominasi.

Mengapa ini terjadi? Karena ponsel pintar pada perkembangannya dapat digunakan sebagai ID. Katakanlah bagaikan versi digital dari KTP, paspor, atau SIM dan dapat digunakan sebagai pengganti plastik dan kertas model lama.

"Faktanya, beberapa negara bagian AS sudah menggunakan atau berencana menggunakan ID digital dan SIM yang disimpan di Apple Wallet," ungkap ahli di laman Kaspersky, dikutip pada Selasa (29/11/2022).

Menyimpan ID di dalam ponsel, membawa kenyamanan sekaligus risiko. Contoh kenyamanan dari sistem yang diterapkan dengan benar misalnya, memungkinkan usia kita secara otomatis terverifikasi oleh toko, ketika kita membeli alkohol. Tanpa kita perlu mengeluarkan kartu identitas di kasir. 

Sisi risiko, ketika kita menggunakan ponsel pintar untuk menyimpan data pribadi dalam jumlah yang semakin banyak, maka ada tuntutan serius pada keamanan perangkat seluler dan cara menjaga privasi untuk menyimpan data.

3. Manusia adalah ancaman keamanan siber perusahaan 

Sekalipun perusahaan menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang semakin komprehensif, mulai dari perlindungan titik akhir hingga XDR (eXtended Detection & Response) dan bahkan perburuan ancaman proaktif, manusia tetap menjadi mata rantai terlemah.

Menurut perkiraan, 91% dari semua serangan siber dimulai dengan email phishing, dan teknik phishing terlibat dalam 32% dari semua pelanggaran data yang berhasil. Selain itu, banyak kerugian yang dapat ditimbulkan oleh karyawan yang tidak puas ('orang dalam' perusahaan) atau perusahaan lain yang bergabung untuk tujuan jahat.

Untuk mengurangi ancaman ini, perusahaan dapat berinvestasi dalam solusi pencegahan kebocoran data serta pendidikan pengguna yang lebih menyeluruh, untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber.

4. Khawatir dengan privasi metaverse tapi pakai smartphone dan IoT

Sementara para skeptis terus memperdebatkan apakah metaverse adalah pengubah permainan atau hanya iseng-iseng, perusahaan teknologi dan pembuat konten terus memoles teknologinya.

Misalnya saja Meta, baru-baru ini mengumumkan Meta Quest Pro, dan headset Apple dikabarkan akan muncul pada 2023. Namun, beberapa menimbulkan kekhawatiran tentang privasi metaverse.

Selain itu, dimulai dari sekarang dan akan terus berlanjut di masa depan, berturut-turut semakin jamak perangkat rumah pintar, kota pintar dengan pengawasan video di mana-mana, mobil yang dilengkapi dengan banyak kamera. Selanjutnya, adopsi IoT lebih lanjut, digitalisasi layanan yang berkelanjutan akan membuat privasi pribadi, setidaknya di kota, menjadi masa lalu. Jadi, sementara metaverse berjanji untuk menghadirkan pengalaman offline ke dunia online, dunia online sudah menguasai dunia fisik.

5. Asuransi atas terjadinya kebocoran data

Sudah banyak pakar privasi memberikan saran tentang cara mengamankan akun dan meminimalkan jejak digital kita. Namun, menjalani kehidupan modern yang nyaman memiliki biaya untuk privasi. Misalnya, suka tidak suka, ketika kita memesan pengiriman makanan atau menggunakan layanan transportasi online, maka akan menghasilkan geodata sensitif.

Para ahli di Kaspersky, telah melihat beberapa faktor yang menurut mereka akan sangat memengaruhi cara aliran data, kemungkinan kebocoran. Baik itu antar negara, bisnis, maupun individu.

Bisa saja, karena kesalahan konfigurasi, serangan peretas, dan 'orang dalam' yang jahat, data mungkin bocor dan muncul untuk dijual di web gelap atau bahkan di web terbuka untuk dilihat semua orang.

Perusahaan juga perlu mengambil langkah-langkah untuk melindungi data, karena pelanggaran atas privasi data menyebabkan kerusakan reputasi. Maka, dibutuhkan pengawasan peraturan yang tergantung pada undang-undang setempat, bila perlu diikuti denda yang berat.

Kesadaran privasi sedang tumbuh saat ini, dan orang mungkin mulai mengambil tindakan pencegahan. Salah satu cara untuk melakukannya mungkin dengan memastikan diri mereka terhindar dari tindak pelanggaran data.

"Meskipun sudah ada layanan yang mengganti kerugian jika terjadi pencurian identitas, kami dapat mengharapkan penawaran asuransi yang lebih luas di masa mendatang," ujar laman itu. 

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)