Tokopedia, Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM), Siberkreasi, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI berkolaborasi meluncurkan Modul Literasi Digital, Kamis (15/12/2022).
Co Founder & Vice Chairman Tokopedia, Leontinus Alfa Edison mengungkap, sebagai platform lokapasar (marketplace), mereka sudah lebih dari 13 tahun mempertahankan komitmen dan tekad. Untuk membuat ekosistem digital yang dari sana 'semua orang bisa memulai dan mencari apa saja'.
Platform belanja yang populer dengan sebutan 'toko ijo' ini, memiliki catatan pertumbuhan merchant yang signifikan. Terutama, terdorong dengan adanya pertumbuhan digitalisasi di masa pandemi Covid-19.
"Awal 2020, merchant kami hanya 7,3 juta. Sekarang kami ada lebih dari 12 juta merchant. Ini yang luar biasa bukan hanya karena didorong pandemi, tapi ternyata kita bisa," ujarnya, dalam peluncuran yang diselenggarakan daring itu.
Digitalisasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Bukan Sekadar Jadi Potensi
Menurut Leontinus, kalau kita ingin mendorong pemulihan ekonomi, maka digitalisasi menjadi salah satu poin yang sangat penting.
Akan percuma dan tentu pertumbuhan ekonomi tetap akan berjalan lambat, apabila di era masa kini, Indonesia yang memiliki pulau-pulau namun stakeholdernya memiliki pemahaman dan adopsi digitalisasi yang pelan atau tidak dibantu oleh yang lebih mengerti. Baik itu dari sisi UMKM, talenta digital, masyarakatnya.
"Karena itu Tokopedia bersama mitra, terutama saat ini bersama CfDS UGM, Siberkreasi, Kemenkominfo RI, berkomitmen memperkuat dan memperluas pemahaman digitalisasi untuk UKM-UMK, merchant. Tentu berikutnya, masyarakat kita pada umumnya yang menjadi konsumen, mereka jadi lebih mengerti digitalisasi juga," imbuhnya.
Tokopedia juga telah berkontribusi membantu pemerintah, dalam memenuhi target kehadiran talenta digital di negara ini. Dimulai sejak 2019, perusahaan ini membuat Startup Summit, diikuti pertemuan di tahun-tahun berikutnya.
Para talenta digital, yang belajar bersama Tokopedia dalam Startup Summit itu, mempersiapkan diri menghadapi berbagai macam hal yang terkait digital dan keamanan.
"Ini komitmen agar konvensi perekonomian digital kita sungguh-sungguh terjadi. Bukan hanya prediksi atau sekadar potensi," terangnya.
Modul Literasi Digital berisikan apa saja yang kita butuhkan agar bisa beraktivitas aman dan nyaman di dunia digital, tak terkecuali saat bertransaksi di lokapasar (marketplace). Termasuk juga berbelanja di platform Tokopedia.
"Aman dulu nih, lalu nyaman dalam beraktivitas dan bertransaksi di marketplace Tokopedia. Jadi penting sekali, aman kami taruh yang pertama, supaya UMKM juga belajar dan mengerti. Kami berharap Kominfo bisa menggunakan modul literasi ini dan disebarluaskan," ungkapnya.
Apa Itu Data Pribadi?
Executive Secretary of Research and Partnership CfDS UGM, Anisa Pratita Kirana menjelaskan, sebetulnya saat ini masih banyak masyarakat yang belum tahu apa itu data pribadi. Termasuk juga soal bagaimana kita sebagai pengguna, punya tanggungjawab menjaga data pribadi kita sendiri.
Kita perlu memahami apa itu data pribadi, lanjut Anisa. Isu data pribadi saat ini menjadi isu yang cukup ramai diperbincangkan. Ada banyak sekali arti atau definisi data pribadi di luaran sana.
Namun secara umum, data pribadi adalah data-data yang dapat dikumpulkan dan dapat mengidentifikasi aktivitas atau kehidupan individu atau seseorang. Dibagi menjadi data umum dan data spesifik.
Data umum yakni nama, tempat tanggal lahir, kewarganegaraan, atau beberapa data yang apabila dikumpulkan bisa mengarah pada satu partikular atau satu individu spesifik.
Data pribadi spesifik adalah data yang rentan bocor dan membutuhkan perlindungan lebih khusus dan lebih canggih. Misalnya data biometrik, genetika, anak, catatan kesehatan dan data keuangan pribadi. Ini adalah data pribadi spesifik yang memerlukan perlindungan secara lebih khusus.
Kominfo RI: SOP Dan Teknologi Bagus Tapi Pengguna Tidak Paham, Percuma
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo RI Semuel Abrijani Pangerapan mengapresiasi yang dilakukan Tokopedia, Siberkreasi, CfDS dalam menyusun modul leterasi digital ini. Karena ini adalah bentuk kolaborasi dan tanggung jawab untuk menjaga ruang digital.
Dalam Undang-undang No.27/2022 tentang Perlindungan Data Pribadi yang belum lama disahkan, sebagai stakeholder atau pemegang kepentingan, ada amanah yang harus dijalankan.
Stakeholder ada tiga pihak, yakni subjek data, pengendali data, prosesor data, pengawas. Percuma kalau pengendali sudah komplit persyaratan, tetapi subjek data tidak diedukasi, ini akan berimbas pada pengendali.
"Karena begitu subjek data berkompromi, orang lain yang menggunakan, si subjek data pasti komplainnya ke pengendali. Padahal yang ceroboh adalah penggunanya sendiri," tuturnya.
Untuk itu, program peluncuran Modul Literasi Digital ini sangat penting agar masyarakat turut andil dalam menjaga data.
"Contoh, Tokopedia punya SOP bagus, teknologi mutakhir, menjaga keamanan data. Tetapi penggunanya tidak, tetap saja yang dikomplain Tokopedia. Padahal saat dilihat dari transaksi log file, ternyata ada transaksi kompromisasi data antara pengguna dan pihak lain," ucapnya.
Modul ini, membantu menjelaskan secara detail regulasi perlindungan data pribadi yang komplit, namun dengan paparan yang lebih mengena bagi masyarakat.
"[Peluncuran modul literasi digital] supaya ketahanan kita terhadap data ini bisa lebih komprehensif dan menyeluruh," terangnya.
Ada banyak modus kejahatan di dunia maya, kali terakhir penipuan dilakukan dengan mengatasnamakan kurir. Mengingat saat ini belanja di marketplace jamak dilakukan masyarakat.
"Kita perlu membangkitkan rasa kritis masyarakat untuk tidak langsung percaya. Minimal sejenak berpikir kritis 'Ada apa ini?', 'Siapa yang sesungguhnya menghubungi saya?', 'Kenapa itu terjadi?'. Karena kalau sedang mengambil tindakan refleks, bahaya," tegasnya.