Universitas Gadjah Mada (UGM), mencapai penghematan energi berkat pemakaian pembangkit listrik tenaga matahari (PLTS) hingga 20.000 kWh, terhitung per Desember 2022.
Baca Juga: Prediksi Nasib Motor BBM Tahun Ini, Masih Laku?
Capaian penghematan ini, terpantau setelah UGM berhasil mengembangkan perangkat smart meter dan dashboard sistem informasi monitoring energi. Total ada 14 titik bangunan di UGM yang dijadikan lokasi pilot project smart meter. Pemasangan smart meter ini merupakan hasil kerja sama Smart System Research Group, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, Direktorat Aset, DSSDI, Tim Asessmen dan Surveyor PLTS UGM.
Baca Juga: Terbiasa Bekerja Keras Bagai Kuda? Mulai Sekarang, Atur Napas Dan Luangkan Waktu Untuk Beristirahat
Ketua tim peneliti dari Smart System Research Group, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, I Wayan Mustika menjelaskan, impelemtasi pemasangan 14 perangkat smart meter dilaksanakan pada November 2022. Rinciannya, delapan titik digunakan untuk monitoring konsumsi energi listrik dalam gedung, dan enam titik digunakan untuk monitoring energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS.
Enam titik smart meter untuk pemantauan energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS, di antaranya dipasang pada PLTS gedung IFFLC dan JBIC Fakultas Kehutanan, gedung BA Fisipol, gedung A Fakultas Hukum, gedung R. Soegondo FIB, dan gedung KLMB Fakultas Geografi.
"Enam titik monitoring PLTS ini sebenarnya merupakan pilot project dari implementasi smart meter untuk PLTS. Pada Desember 2022 diperoleh informasi, energi listrik hasil dari monitoring PLTS secara realtime sebesar 19.889,73 kWh," terangnya, dikutip dari laman UGM, Kamis (5/1/2023).
Dimungkinkan, jumlah energi listrik yang dihasilkan lebih dari itu, karena sebagian sistem PLTS belum termonitor secara daring.
"Jika diasumsikan investasi instalasi (CAPEX) sistem PLTS diabaikan, maka energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS ini bersifat gratis, terbarukan, dan zero carbon emission," tuturnya.
"Jika energi listrik yang dihasilkan sistem PLTS gratis, tentunya akan menghemat besarnya tagihan listrik dari utilitas seperti PLN. Karena sebagian energi listrik sudah didukung oleh PLTS," lanjut Wayan.
Ia kemudian melakukan simulasi perhitungan tarif listrik PLN untuk Desember kemarin bagi UGM, dengan asumsi biaya listrik per satu kWh sebesar Rp735.
Dari perhitungan itu, maka listrik gratis yang dihasilkan oleh enam sistem PLTS yang susah termonitor smart meter tadi, setara dengan penghematan tagihan listrik sebesar Rp735/kWh x 19.889,73 kWh=Rp14.618.951,55. Padahal, hasil energi PLTS di UGM pada Desember 2022 belum optimal, karena kondisi musim penghujan.
Maka demikian, dengan angka penghematan Rp15 juta dalam satu bulan, mereka mengasumsikan rata-rata biaya listrik yang dapat dihemat oleh adanya sistem PLTS pada 6 gedung di UGM adalah Rp180 juta rupiah per tahun.
Meski sudah terpasang PLTS di beberapa titik dalam kampus UGM, Wayan menuturkan, tetap ada banyak cara dilakukan untuk bisa menghemat konsumsi energi listrik. Termasuk melalui kebijakan dan sosialisasi hemat energi.
Bisa juga dengan penerapan manajemen penggunaan energi berbasis target konsumsi maksimum tiap bulan. Dan hal ini sudah diterapkan pada sistem monitoring https://smartcampus.ugm.ac.id/building, sehingga masing-masing bangunan perlu mendefinisikan target konsumsi bulanan dan sistem akan mengalokasikan target akumulatif harian tidak boleh dilewati.
"Apabila target akumulatif harian terpenuhi, maka sistem akan memberikan peringatan berbentuk visual dan juga notifikasi telegram ke staf Aset," imbuhnya.
Wayan menyebut, monitoring produksi PLTS bulanan secara daring dan evaluasi produksi tiap bulan penting dilakukan, untuk merencanakan pemeliharaan.
Menurutnya, produksi PLTS yang maksimal akan mengurangi biaya tagihan listrik ke PLN.
"Secara umum, penghematan tagihan listrik UGM akan dapat dicapai apabila dua hal ini dapat terpenuhi. Yaitu konsumsi energi listrik dalam bangunan mengalami tren penurunan, dan produksi listrik pada sistem PLTS berada dalam kondisi optimal," tuturnya.