Presiden Joko Widodo mendorong pemerintah daerah untuk dapat menerapkan teknologi digital, dalam penanganan kasus kekerdilan (stunting), dengan menggunakan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE).
Dorongan itu disampaikan ulang oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya, seperti Techverse.Asia kutip dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Kamis (5/1/2023).
Budi juga menyebut Kabupaten Sumedang, yang dinilai menjadi Kabupaten yang menerapkan SPBE dengan baik, sebagai basis data dalam menurunkan kasus stunting di daerah.
Di lain sisi, Kabupaten Sumedang juga memiliki proses bisnis dan sistem data yang terintegrasi. Selain membangun sistem pemerintahan berbasis elektronik yang bagus, pemerintah setempat juga sudah berhasil mengorkestrasi orang, business process, dan sistem data elektroniknya menjadi satu.
"Sehingga beberapa program pemerintahan, bukan hanya stunting sebenarnya, Bupati Sumedang)juga sudah memperbaiki program kemiskinan, program kemudahan memberikan izin, itu jadi jauh lebih baik," kata Budi.
Pada lima tahun terakhir, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan dari 32,2 persen pada 2018, menjadi 8,27 persen pada 2022.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir mengatakan, mereka menggunakan aplikasi berbasis teknologi yang dinamakan sistem pencegahan stunting terintegrasi (Simpati). Menurut dia, penggunaan Simpati telah turut berkontribusi dalam penanganan stunting di Sumedang. Melalui platform tersebut, seluruh pemangku kepentingan mampu memahami cara mengatasi stunting.
Setiap bulan penimbangan balita, petugas di Posyandu memasukkan data lingkar kepala, berat badan, tinggi badan dalam sistem Simpati. Kemudian di setiap desa akan ada berbagai kendala yang diketahui dari tiap keluarga.
Dony menjelaskan, aplikasi tersebut menyajikan sejumlah data dan informasi yang jelas. Mulai dari desa dengan angka prevalensi stunting yang tinggi, data statistik anak yang terkena stunting, hingga penyebab terjadinya stunting di desa tersebut.
Dengan data yang ada, maka penanganan stunting di setiap desa akan berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi.
"Jadi tiap desa ada kendala, permasalahan stunting yang berbeda-beda, kemudian melalui artificial intelligence kami memberikan rekomendasi. Jadi penanganan stunting diintervensi tiap desa berbeda. Inilah bagian dari mengolaborasikan seluruh komponen yang ada untuk menangani stunting," kata dia.
Lebih lanjut, Simpati selanjutnya akan diberikan kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan agar dapat direplikasi oleh daerah lain.
Ia menyakini, kebijakan, program, dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah harus berdasarkan saintifik dan data, untuk selanjutnya dapat dikelola dengan memanfaatkan teknologi digital. Selain itu, kolaborasi dengan pihak lain juga diperlukan untuk mendukung keberlangsungan program tersebut.
"Kami berkolaborasi dengan Telkomsel. Seluruh kader Posyandu kami dilatih bagaimana dia paham akan stunting, paham aplikasi dan diberikan smartphone. Satu posyandu satu," terangnya.
"1.705 posyandu kami diberikan smartphone, terima kasih kepada Telkomsel. Saya bersyukur atas bantuan tersebut," lanjut dia.
Sementara itu di Daerah Istimewa Yogyakarta, sekumpulan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengembangkan aplikasi untuk mendeteksi dini stunting. Dalam laman universitas, aplikasi yang dinamakan STUNTECH itu, selain sebagai alat deteksi dini stunting juga memudahkan penggunan dalam tanpa maupun riwayat kesehatan anak.
STUNTECH dikembangkan oleh Putri Rahmadyani Condroasih (FKKMK), Roihatul Jannah (SV), M. Fahru Rozi (SV), Kevin Agusto Sastramiharja (SV), dan Nur Ismail Rizkyawan (FT) melalui Program Kreativitas Mahasiwa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM dan memperoleh sumber dana dari Kemendibudristek.
Putri mengatakan, awal pengembangan aplikasi STUNTECH berawal dari tingginya prevalensi stunting di tanah air. Ditambah dengan beragam masalah gizi pada anak, yang dapat memberikan dampak signifikan dan serius terhadap kesehatan masyarakat.
"Kami memandang perlu pengembangan teknologi berupa aplikasi dan website, yang menghimpun data pemeriksaan antropometri anak untuk deteksi dini stunting, dan menyediakan all-in-one platform bagi penderita stunting yang aksesibel," tutur Putri.
Sementara itu Roihatul Jannah menambahkan, aplikasi yang mereka buat tidak hanya memberikan laporan atau peringatan dini apabila terdapat indikasi stunting.
Aplikasi itu juga dilengkapi oleh fitur-fitur seperti data riwayat kesehatan dan kondisi kesehatan anak, fitur edukasi berupa informasi mengenai stunting dan rekomendasi kandungan gizi pada makanan beserta pengingat makan.
Ingin menggunakan aplikasi STUNTECH ini juga? Sudah dapat diunduh melalui tautan https://bit.ly/STUNTECH, cek di sana ya