Laman media Wired yang kami sadur hari ini, mempublikasikan sebuah hasil observasi dari tiga peneliti di Jerman.
Observasi mereka menemukan bahwa, ada mekanisme unik yang terjadi pada kaki, ketika kita sedang mengajaknya melangkah.
Peneliti biomekanik dari Technical University of Munich yaitu Daniel Renjewski yang diketahui menyusun laporan penelitian itu.
Renjewski membuatnya bersama rekan akademisi di Departemen Sport Science University of Munich, yakni Susanne Lipfert. Serta ada satu lagi rekan mereka, bernama Michael Günther.
Dalam penelitian itu diketahui, ada tiga fase yang terjadi ketika seseorang sedang melangkah.
Step pertama adalah pendaratan, yaitu ketika tumit kalian menyentuh lantai; step kedua adalah fase dukungan tunggal, yaitu ketika kalian sedang menyeimbangkan kaki-kaki kalian; yang ketiga adalah ketika kalian melaju ke depan menggunakan jemari kaki kalian untuk mengayun ke depan.
Renjewski dalam laporan itu mengungkap, saat kita berjalan, kaki kita yang sedang menopang badan akan memantul dua kali sebelum berayun untuk melakukan langkah berikutnya.
"Artinya, ada sebuah mekanisme lutut menekuk dan memanjang satu kali saat kaki kalian pertama kali mendarat. Lalu memantul sekali lagi tepat sebelum kaki kalian lepas landas," tulisnya, seperti kami kutip dari media Wired, Kamis (5/1/2023).
Sistematika cara berjalan manusia ini memprioritaskan ketahanan untuk berjalan daripada mempercepat laju jalannya. Dengan mekanisme tersebut, sebetulnya membantu mereka dalam mengupayakan peningkatan desain prostetik dan robotik.
Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan, kaki manusia adalah suatu keanehan dalam ruang lingkup keilmuan makhluk hidup. Karena kaki manusia mempunyai sudut 90 derajat antara tungkai dan kaki, hal tersebut sangat berbeda dengan desain tubuh hewan.
Kebanyakan kaki hewan didesain untuk berjalan dengan berjinjit, yang menggunakan telapak kaki sebagai tumpuan kaki mereka. Namun manusia mempunyai mekanisme berjalan dengan menggunakan tumit hingga ujung kaki. Selain itu, kaki kita relatif rata dan lebih berat membuat kita tetap tegak saat berdiri.
Renjewski menambahkan, berjalan dengan mekanisme ini memberikan manusia purba sebuah kelebihan untuk berburu, dengan mengejar hewan buruan mereka hingga kelelahan.
Hanya saja meski demikian, sebetulnya kaki manusia tidak bisa dibuat untuk berlari cepat seperti hewan yang berkaki empat. Kaki kita tidak didesain untuk itu, maka pola berjalan manusia berkembang untuk memberi kita keunggulan jarak, bukan kecepatan.
Renjewski juga meminta kita mengingat-ingat gaya cheetah berburu. Ia memangsa satu buruan dalam satu hari, namun mereka butuh beristirahat untuk beberapa hari agar dapat memulai perburuannya lagi. Kondisi itu dikarenakan cheetah mempunyai mekanisme otot dan daya gerak yang berbeda dengan manusia.
"Mekanisme sederhananya seperti ini, pantulan kedua dari mekanisme kita berjalan adalah sari pergelangan kaki. Alih-alih menggerakkan ayunan tersebut dari pinggul, tubuh kita menggerakkan kaki dengan lebih sedikit energi. Itu memungkinkan nenek moyang dapat mengintai mangsanya berjam-jam atau berhari-hari, tanpa perlu memulihkan diri lagi," terangnya lebih lanjut.
Sementara itu, Susanne Lipfert mengatakan, saat manusia berjalan kaki tetap menginjak hingga 70% dari siklus langkah, untuk membantu kita tetap seimbang pada kecepatan yang lebih lambat.
Mereka menyadari pantulan kedua dalam gaya berjalan manusia adalah saat lutut agak membungkuk. Tepat sebelum kaki akan lepas landas melakukan sebuah langkah, ini memberikan pergelangan kaki dorongan terakhir yang dibutuhkan untuk melemparkan kaki ke langkah berikutnya.
Peter Adamczyk, yang dimintai komentar oleh Wired soal ini menyatakan, laporan ini adalah cara penyederhanaan yang bagus, dari apa yang mungkin akan kita pahami bersama sebagai mekanika rumit dari kaki.
Ahli biomekanik di University of Wisconsin-Madison itu selanjutnya memaparkan, pada dasarnya mereka (para peneliti) menghitung cara gaya dari seluruh tubuh kalian untuk menahan pergelangan kaki terhadap torsinya sendiri.