Sejumlah mahasiswa Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) Jurusan Sains Institut Teknologi Sumatera (ITERA), melakukan proyek pembuatan teleskop reflektor DIY (do it yourself).
Tim pembuatan teleskop tersebut, didominasi oleh para mahasiswa semester tujuh. Mereka dibimbing langsung oleh dosen dan tim dari Pusat Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) dan Pusat Meteorologi Klimatologi Geofisika (MKG) ITERA.
Kegiatan pembuatan teleskop tersebut menjadi implementasi kegiatan pembelajaran project based learning, mata kuliah Optik Astronomi.
Selain memberikan pemahaman secara praktikum, mahasiswa juga mendapat pengalaman baru membuat sebuah teleskop.
Tugas proyek pembuatan teleskop reflektor DIY juga menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapatkan oleh mahasiswa.
Seluruh komponen utama teleskop dicetak menggunakan printer 3D, lalu dirangkai dengan batang besi dan aluminium.
Dosen pengampu mata kuliah Optik Astronomi, Alka Budi Wahidin mengungkap, dari keseluruhan komponen yang digunakan untuk membentuk teleskop ini, hanya komponen cermin primer dan cermin sekunder saja yang harus dibeli dari luar negeri.
"Di Indonesia belum ada yang memproduksinya,” terang Alka, dikutip dari laman ITERA, Rabu (18/1/2023).
Meskipun harus membeli dari luar negeri, dua komponen ini relatif mudah didapatkan dan hanya menunggu sekitar satu bulan sampai komponen tersebut sampai di ITERA.
Lebih detail, dosen lainnya, Hendra Agus Prastyo menjelaskan, teleskop reflektor yang dibuat menggunakan cermin primer dengan diameter 114 cm dan panjang fokus 900mm.
Desain teleskop reflektor menggunakan desain teleskop reflektor berjenis Newtonian.
Teleskop ini sudah diuji dan bisa digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh.
"Pembuatan teleskop reflektor ini merupakan kerja sama antara dosen pengampu, mahasiswa, serta OAIL-MKG. Proyek ini harus dikembangkan, agar bangsa kita mampu memproduksi teleskop sendiri," ujar Hendra.
Salah satu mahasiswa Prodi SAP yang terlibat dalam proyek pembuatan teleskop ini, Ahmad Romadhon, menyebut kalau teleskop yang tim mereka buat diberi nama Optik Astronomi Teleskop 2022 (OAT22).
Ini menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa. Sebab, selama dua bulan mereka harus mengumpulkan bahan, mencetak dengan teknologi 3D printer, hingga menginstal.
"Ketika mencari komponen utama seperti cermin khusus untuk teleskop dengan diameter 114 mm, kami juga mengalami kesulitan. Karena belum ada yang membuatnya di Indonesia, sehingga kami harus membeli cermin tersebut ke luar negeri melalui online shop," jelas Ahmad.
Hal tersebut menurut Ahmad cukup memakan waktu, namun ia mengaku senang dapat terlibat dalam proyek ini dan merasakan pengalaman baru.
Sekaligus ia mendapatkan ilmu praktik secara langsung membuat teleskop yang salama ini kebanyakan diproduksi di luar negeri.
"Membuat teleskop dapat membantu kita belajar tentang mekanisme optik dan teknologi, serta memberikan kesempatan untuk mengamati dunia luar dengan jelas dan detail yang luar biasa," pungkasnya.
Berbicara mengenai teleskop, di dunia astronomi, teleskop Hubble dan James Webb telah lebih dahulu mendapatkan tempat di hati ilmuwan dan pecinta astronomi.
Belum lama ini, teleskop James Webb Space (JWST) dari NASA, dikabarkan mendapatkan gambaran baru dari galaksi yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Teleskop itu mendapatkan penglihatan atas milky-way yang berbentuk galaksi, beserta bintang-bintangnya. Penampakannya berupa bentangan atau stellar bars, dari pusat galaksi ke piringan terluar. Penampakan milky-way tersebut, diklaim berasal dari masa ketika alam semesta baru berusia 25% dari usianya saat ini.
NASA dapat memastikan hal tersebut, karena teleskop yang mereka ciptakan ini mempunyai kegunaan khusus dapat mengintip jauh ke masa lalu.
Teleskop Webb menggunakan inframerah dari spektrum elektromagnetik, yang dapat melihat cahaya untuk mempelajari setiap fase dalam sejarah kosmik.
Laman Space mengatakan, empat instrumen ilmiah teleskop dirancang khusus untuk menangkap cahaya inframerah. Berkat instrumen itu, teleskop mampu mengintip debu kosmik, untuk mempelajari objek luar angkasa yang lebih dingin atau objek yang sangat jauh.
Sebelum penemuan ini, Teleskop Luar Angkasa Hubble juga menangkap gambar tersebut yang dinamai EGS-23205.
Hanya saja gambar tersebut tidak begitu jelas, teleskop tidak bisa mendeteksi ukuran zaman secara detail. Sementara itu, Webb menangkapnya secara jelas. Termasuk gambaran bentuk spiral dengan batang bintang-bintang yang jelas dalam galaksi tersebut.
Profesor Astronomi The University of Texas, Shardha Jogee mengatakan bahwa, lingkup bintang yang tergambar dari data Teleskop Hubble baru bisa terlihat jelas dari gambar yang diambil oleh Teleskop Webb.
Hal itu menunjukkan, teleskop Webb sangat luar biasa untuk melihat struktur yang mendasari galaksi terbuat.
Semoga teleskop OAT22 bisa dikembangkan sedemikian rupa, supaya bisa semakin optimal memantau langit luar ya.