Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mencanangkan pembayaran parkir di sejumlah kantong parkir menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Kini, langkah percepatan digitalisasi dimulai di pasar rakyat atau pasar tradisional.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman bersama paguyuban pedagang pasar dan pedagang kaki lima (PKL) se-Kabupaten Sleman melakukan kunjungan ke Pasar Potrojayan, Kapanewon Prambanan.
Baca Juga: Punya Gerd Atau Maag, Tapi Gemas Ingin Minum Kopi? Simak Tips Aman Menyesap Kopi Berikut Ini
Kegiatan itu merupakan upaya Pemkab Sleman, untuk memberikan ilustrasi atau gambaran digitalisasi pasar utamanya penerapan QRIS, dalam transaksi jual beli baik oleh konsumen maupun pedagang.
Atau dengan kata lain, pedagang dan calon pembeli yang ada di sana diajari bertransaksi menggunakan QRIS.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, Mae Rusmi Suryaningsih menyebut, QRIS sudah digunakan di sejumlah tempat seperti Foodcourt (Pujasera : Pusat Jajanan Serba Ada) Denggung, PKL Malam, dan sejumlah pasar tradisional.
Sejauh ini, Pemkab Sleman telah menerapkan penggunaan QRIS di delapan pasar tradisional dari total 42 pasar binaan Dinas Perindag Kabupaten Sleman.
"Di Kabupaten Sleman ada sekitar 80 pasar, dan di bawah binaan Dinas Perindag ada 42 pasar, eencananya di tahun ini akan dilakukan percepatan digitalisasi," kata Mae, dalam keterangannya, diterima pada Kamis (19/1/2023).
Baca Juga: Mulai Belajar Belanja Ke Pasar Tradisional, Walau Kalap Tetap Lebih Hemat
Mae juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan di tahun berikutnya Dinas Perindag akan merangkul pasar tradisional lain, termasuk pasar desa. Langkah ini demi percepatan digitalisasi, guna menciptakan kondisi ekonomi digital di Kabupaten Sleman.
Mae berharap digitalisasi pasar akan mempermudah transaksi masyarakat, dan mengenalkan para pedagang untuk transaksi digital tanpa manual lagi.
Ia juga ingin program ini dapat menggandeng kaum milenial untuk berbelanja di pasar tradisional.
"Sehingga harapannya banyak kaum milenial, -kaum muda yang males bawa duit itu-, mau ke pasar tradisional," kata Mae.
Seorang peserta kunjungan pedagang dari Pasar Sambilegi, Arum, mengatakan bahwa lewat kunjungan itu ia mendapat manfaat dan pelajaran tentang penerapan QRIS, sebagai salah satu langkah percepatan digitalisasi pasar.
Bukan hanya kunjungan ke pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga membuka rangkaian kegiatan Gerakan Meramaikan Pasar Rakyat Sleman atau disingkat Gempar Sleman, di Ibarbo Park.
Mae Rusmi menjelaskan, adanya program Gempar Sleman turut menjadi upaya untuk mendorong revitalisasi pasar. Baik dari sisi sarana dan prasarana maupun manajemen.
"Revitalisasi manajemen juga sudah kami lakukan, baik pembayaran retribusi juga pelayanan online dengan pemanfaatan QRIS," jelas Mae.
Baca Juga: Masih Nyaman Bayar Pakai Uang Tunai Ketimbang QR/QRIS? Bisa Boros
Pembayaran melalui QRIS, sambungnya, diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk bertransasaksi secara aman.
"Dinas Perindag Sleman selanjutnya akan menggandeng pasar tradisional lain untuk mempercepat digitalisasi pasar ini," tandasnya.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo menyatakan dukungan penuh adanya gerakan itu. Menurutnya, kegiatan tersebut dapat meningkatkan minat masyarakat khususnya generasi muda, untuk semakin meramaikan pasar rakyat di tengah persaingan pasar modern.
Terlebih lagi, dengan inovasi pemanfaatan QRIS, diharapkan proses transaksi dapat semakin mudah, praktis, meminimalisasi adanya transaksi ilegal dan peredaran uang palsu.
Bupati berharap, seluruh pasar di Kabupaten Sleman dapat melakukan transaksi digital secara merata.
"Ke depannya, saya harapkan seluruh pasar yang dikelola oleh Pemkab Sleman menerapkan sistem transaksi dan pembayaran digital. Dengan mengikuti tren belanja dan transaksi secara online, tentunya dapat meningkatkan omzet di para pedagang pasar dan PKL yang ada di Sleman," tutur Kustini.