LKBN Antara mengungkap, proses rekrutmen bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau RBB telah dinodai kecurangan 39 orang peserta. Sebanyak 39 orang itu langsung dinyatakan gugur dalam ujian.
Menteri BUMN Erick Thohir menilai, apa yang dilakukan 39 peserta itu merupakan perbuatan tidak terpuji. Ia meminta, peserta yang terbukti curang berdasarkan tangkapan sistem teknologi digital Kementerian BUMN, agar ditindak tegas.
Akun Instagram @fhci.bumn yang kami akses pada Kamis (19/1/2022) menuliskan, seluruh peserta yang terlibat kasus perjokian rekrutmen bersama BUMN, di-blacklist.
Saat ini, Kementerian BUMN dan Forum Human Capital Indonesia (FHCI) secara intens terus menelusur dan menyelidiki, indikasi kecurangan para oknum yang berusaha mencederai proses RBB yang telah dilakukan secara transparan dan profesional.
Kementerian BUMN dan FHCI tidak segan membawa kasus ini ke ranah hukum.
Untuk diketahui, ditemukannya para peserta yang curang, tidak lepas dari Proctoring System Online Test. Online proctoring atau pengawasan online itu mendeteksi kecurangan secara otomatis, ketika peserta sedang mengerjakan tes. Semisal deteksi multi-face, melakukan tangkapan layar, menggunakan multi tab, gerak-gerik mencurigakan.
Mengenal Online Proctoring yang Konon Anti-Cheating
Online proctoring, seperti yang kami temukan dalam laman Talentics, secara harfiah berarti pengawasan secara online dengan menggunakan perangkat kompatibel. Perangkat yang mendukung proses tersebut antara lain webcam, mikrofon, dan koneksi internet stabil.
Online proctoring juga disebut sebagai remote proctoring, merupakan bentuk penilaian digital, yang diikuti permintaan akses ke layar ujian di hadapan mereka.
Offline proctoring sulit dipastikan kualitas pengawasannya, karena metodenya tidak memiliki catatan untuk cross-check apakah pengawas melakukan pekerjaannya dengan benar.
Sangat mudah bagi kandidat untuk menipu dan meniru, jika asesmen dilakukan tanpa online proctoring.
Sedangkan ketika menerapkan online proctoring, mencontek dengan meminta bantuan teman; merujuk ke artikel di sebuah buku; menggunakan smartphone bisa terdeteksi.
Teknologi online proctoring mengurangi kemungkinan-kemungkinan peserta melakukan kecurangan dalam tes.
Masih dari laman yang sama, diketahui ada tiga (3) jenis online proctoring yang selama ini lazim digunakan.
1. Live Proctoring
Pengawasan langsung, memungkinkan penyelenggara ujian memantau umpan audio-video dan berbagi layar secara real-time.
2. Automated Proctoring
Pengawasan otomatis berbasis kecerdasan buatan secara real-time. Pengawasan ini menggunakan analitik canggih bersama dengan face recognition, menandai aktivitas kecurangan selama ujian.
3. Recorded Proctoring
Pengawasan ini tidak memerlukan pemantauan secara real-time. Tetapi umpan audio, video bersama dengan layar peserta direkam selama pengujian. Penyelenggara melakukan cross-check terhadap hasil rekaman atau tangkapan layar.
Teknologi Penopang Online Proctoring
Biasanya, untuk mengikuti tes online yang menerapkan online proctoring dibutuhkan PC Desktop, laptop, tablet, dan jaringan internet yang memadai untuk mengerjakan soal. Peserta kerap tidak disarankan mengikuti ujian menggunakan smartphone.
Penyelenggara tes juga meminta agar peserta memiliki webcam fungsional dan mikrofon untuk pengawasan audio dan video; browser yang kompatibel untuk menjalankan platform.
Dengan begitu, gerak-gerik peserta tes dideteksi sejumlah teknologi anti-cheating canggih yang menggantikan pengawas fisik. Teknologi ini merekam aktivitas yang tidak diperlukan selama tes berlangsung.
Ada sedikitnya empat teknologi anti-cheating, yang dimanfaatkan untuk mendukung online proctoring. Apa saja?
- ID Verification
ID verification dalam tes online memberikan perusahaan pilihan untuk memverifikasi dan mengaktifkan data peserta saat pengawasan.
Segera setelah peserta mengeklik tautan tes, bukti identitasnya diverifikasi dengan mencocokkan seluruh detail pendaftaran saat mereka melamar.
Melalui pengawasan layar, pengawasan video, dan pengawasan audio, -biasanya ditandai dengan kemunculan pop-up permintaan izin akses-, online proctoring yang tersedia 24/7 akan mendeteksi apakah ID yang dilampirkan memang sah milik peserta.
- Biometric Scan
Teknologi biometrik mampu mendeteksi fitur tubuh peserta dan mengotentikasi identitas seseorang, berdasarkan karakteristik fisik. Antara lain struktur wajah, pola iris, dan suara.
Sistem biometric scan memastikan keaslian data kandidat selama proses rekrutmen, untuk menghindari kecurangan.
Biometric scan membantu memastikan peserta tidak melakukan kecurangan, karena tes online dimulai dengan menggunakan face recognition.
Teknologi ini tidak akan mengizinkan peserta ujian atau joki untuk melaksanakan tes. Karena wajah mereka berbeda dengan foto yang terlampir pada data akhir pelamar, saat mereka submit pendaftaran.
- Camera Supervision
Didukung dengan teknologi untuk melakukan pengawasan jarak jauh menggunakan kamera, online proctoring dapat merekam atau menangkap layar ujian para peserta tes.
Browser akan meminta izin untuk mengaktifkan kamera selama peserta mengikuti tes.
Dengan demikian selama ujian berlangsung, sistem akan otomatis merekam aktivitas mereka di depan kamera. Seperti ketika mereka melakukan hal-hal mencurigakan atau bahkan hilang dari tampilan layar selama beberapa waktu.
Hasil akhir dari sistem yang otomatis menandai gerak-gerik tersebut, disertai detail sewaktu mereka melakukannya dan detil keterangan yang dicurigai.
- Secure Browser
Teknologi ini dapat membatasi akses peserta tes, terhadap laman atau tab yang telah ditentukan, atau aplikasi dan situs web apa saja yang diizinkan untuk dibuka selama asesmen berlangsung.
Sistem inilah yang disebut oleh laman FHCI BUMN sebagai pendeteksi multi-tab.
Sistem secara otomatis mematikan aplikasi atau situs web lain yang berjalan di sistem, sambil membatasi fungsi pada keyboard dan mouse kandidat.
Secure browser memberikan kontrol navigasi lengkap kepada perusahaan dengan menonaktifkan perekaman layar, proyeksi layar, aplikasi berbasis desktop, dan aplikasi/halaman berbasis web (kecuali diizinkan).
Teknologi ini juga menonaktifkan fitur copy-paste.
Keuntungan Menggunakan Online Proctoring
Head of Assessment Center–GML Performance Consulting, Aurora Isabelle Bangun mengatakan, ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam pelaksanaan remote proctoring.
Beberapa peserta mungkin akan merasa nyaman, karena dapat mengerjakan tes di rumah atau di manapun, dan dapat mengabaikan kehadiran web camera.
Namun pada beberapa peserta lainnya, mereka akan merasa bahwa web camera menjadi distraksi dan keterbatasan dalam pergerakan tubuh dan mata. Web camera ini seakan-akan mengintimidasi dan menimbulkan kecemasan.
Melansir pandangan Isabelle dari Linkedin, menurutnya dalam sebuah penelitian yang dilakukan Miami University, diketahui bahwa kecemasan yang dihasilkan dari remote proctoring memang memberikan dampak negatif terhadap hasil dari online test.
"Peserta tidak dapat merasa rileks dan merasa diawasi secara berlebihan, sehingga mengakibatkan menurunnya hasil tes dan assessment center yang dikerjakannya," tulisnya.
Di lain sisi, investasi teknologi untuk bisa menerapkan online proctoring tidaklah murah.