Seiring berkembangnya teknologi informasi dan aktivitas di platform digital, literasi digital semakin diperlukan. Literasi digital perlu diberlakukan bukan hanya dalam lingkungan rumah, melainkan juga lingkungan belajar, akademis, profesional.
Penerapan literasi digital dapat membuat masyarakat lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi.
Baca Juga: Kamu Bekerja 365 Hari Tanpa Satu Haripun Berlibur? Katakan Selamat Datang Pada Burnout
Dari masa ke masa literasi digital mengalami perubahan, baik itu ke arah negatif maupun positif. Hal itu juga dipahami oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI), yang kemudian meluncurkan hasil survei 'Indeks Literasi Digital Tahun 2022'.
Survey literasi digital ini terbagi menjadi tiga segmen, yaitu pendidikan, pemerintahan (TNI dan Polri) dan masyarakat umum.
Jika dilihat dari survey, diketahui pada segmen Pendidikan poinnya 3,70. Sedangkan segmen pemerintahan 3,74, dan di segmen masyarakat umum 3,50.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo RI, Semuel A Pangerapan mengungkap, survey ini dilaksanakan bekerjasama dengan media Katadata dan saat ini telah memasuki tahun ketiga.
Diharapkan, lewat survey ini pemerintah bisa mengukur bagaimana tingkat literasi digital masyarakat dan selanjutnya dapat menyikapi bagaimana pendekatan literasi yang bisa diberikan kepada masyarakat.
Selain itu ia menyatakan, ada kenaikan dalam sejumlah aspek literasi digital masyarakat di Indonesia. Peningkatan tersebut sebesar 0,05 dalam poin angka.
"Dari sebelumnya 3,49 sekarang sudah mencapai 3,54 angka agregat," kata dia, dalam laman kementerian terkait, dikutip pada Kamis (2/2/2023).
Baca Juga: 5 Teknik Live Selling yang Bisa Dicoba untuk Pemula, Konsisten yang Utama
Menurutnya, kenaikan ini lebih dominan dalam aspek budaya digital dan etika digital. Sedangkan untuk aspek keamanan digital, masih membutuhkan perhatian dan upaya bersama seluruh pemangku kepentingan.
Semuel menjelaskan, secara spesifik nampak peningkatan dari aspek budaya digital dan etika digital, yang saat ini berada di angka 3,48. Kemudian, untuk digital skill atau keterampilan digital masih berada di sekitar 3,52. Untuk etika digital diketahui mengalami peningkatan ke poin 3,68.
"Ini adalah hasil yang kami dapatkan dari survey pada tahun lalu," sebutnya.
Ia selanjutnya menyinggung kembali perihal aspek indeks keamanan (safety), yang masih perlu diperhatikan, karena angkanya masih rendah. Yakni, sebesar 3,12.
Rendahnya indeks inilah, yang kemudian ditengarai menjadi penyebab masih banyaknya masyarakat tertipu dan teperdaya, oleh pihak-pihak yang memiliki niat jahat dalam ruang digital.
Semual menambahkan, sejak 2020 Kementerian Kominfo RI telah melakukan tiga kali survei Indeks Literasi Digital Nasional. Survei itu ditujukan untuk mengetahui status literasi digital.
"Hasil pengukuran kami bagi dengan wilayahnya. Bagaimana di wilayah-wilayah tertentu, memang ada perbedaan," ujarnya.
"Kalau kita lihat misalnya di Yogyakarta, literasi digital masyarakatnya 3,64. Begitu pula di Kalimantan Barat, jumlahnya sama. Ketiga adalah Kalimantan Timur dan keempat Papua Barat, masing-masing mendapat nilai 3,62. Selanjutnya, di urutan lima ada Jawa Tengah dengan tingkat literasi digital masyarakatnya sebesar 3,61,” jelasnya.
Baca Juga: Bulan Depan Baidu Bakal Rilis Pesaing ChatGPT, Apa Namanya Ya?
Lebih lanjut, Semuel menyatakan bahwa hasil survei juga menunjukkan upaya peningkatan literasi digital masyarakat di setiap provinsi. Ini dibutuhkan agar program literasi digital bisa tepat sasaran.
"Tujuan pengukuran ini untuk mengetahui pemahaman literasi digital masyarakat di Indonesia. Kami ingin tahu peta di mana saja yang literasi digitalnya perlu untuk ditekan lebih masif lagi," imbuhnya.
Hasil pemetaan literasi digital Indonesia ini, merupakan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan tingkat kecakapan dan pengetahuan digital; sekaligus memberikan gambaran kondisi dan peluang di setiap wilayah Tanah Air.