Deputi Gubernur Bank Indonesia (Deputi Gubernur BI) yang baru saja ditetapkan, Filianingsih Hendarta mengungkapkan ada beberapa proyek yang kini sedang dikejar oleh BI.
Salah satunya, kata Filianingsih, adalah penerapan sistem pembayaran QRIS (QR Code Indonesian Standard) di Malaysia. Fili menargetkan sistem ini mulai terlaksana pada 17 Agustus 2023.
"Mudah-mudahan jadi hadiah ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus," kata dia, dikutip dari Tempo, Rabu (15/2/2023).
Ia menjelaskan bahwa, uji coba sistem pembayaran QRIS di Malaysia akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Tak hanya di Malaysia, BI juga tengah mengurus pelaksanaan uji coba serupa di Singapura dan Thailand.
Adapun penerapan QRIS di Malaysia dilakukan melalui kerja sama antara BI dengan Bank Negara Malaysia (BNM). Melalui kerja sama itu, masyarakat di Indonesia dan Malaysia dapat melakukan pembayaran ritel dengan QRIS atau QR Code Pembayaran Malaysia, DuitNow pada merchant offline dan online.
Sebelumnya, BI menyatakan kerja sama ini dilakukan guna memberikan kemudahan dan memperluas pilihan pembayaran bagi masyarakat di kedua negara. Sehingga, pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan efisiensi transaksi, mendukung digitalisasi perdagangan dan investasi, serta memperkuat stabilitas makroekonomi.
Selain itu, kerja sama itu juga bertujuan untuk mempromosikan penggunaan Local Currency Settlement/LCS (penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal) secara lebih luas.
Kerjasama Penggunaan QRIS Terus Dijajaki Ke Lebih Banyak Negara
Inisiatif QRIS antarnegara ini, menurut Fili, juga sejalan dengan agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia terkait Cross-border Payments Roadmap dalam upaya menjaga momentum yang diinisiasi sejak dua periode Presidensi G20 sebelumnya. Spesifik untuk mengatasi tantangan pembayaran antarnegara.
Sementara itu dalam sebuah wawancara, Fili mengatakan BI juga akan terus memperluas kerja sama pembayaran menggunakan QRIS ini.
Apalagi saat ini diketahui, BI telah melakukan pembicaraan dengan People's Bank of China, bank sentral China. Tujuannya, agar pembayaran QRIS ini juga bisa dilakukan di negara tersebut.
"Kalau dengan China, kami sudah bicara dengan People's Bank of China. Nah itu yang sedang kami bicarakan, jadi kami sedang melihat sistemnya dan segala sesuatu ketentuannya. Langkah kerjasama ini masih dalam proses diskusi," jelas dia, seperti diakses dari laman Bisnis Indonesia.
Dia menambahkan, BI juga membidik kerja sama pembayaran antar negara berbasis QR Code dengan Arab Saudi.
Kerja sama ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat Indonesia yang pergi umrah atau haji untuk bertransaksi.
"Kami sudah bicara dengan Saudi Arabia Monetary Authority. Kalau China, dia sudah ada QR-nya, tapi kalau Arab Saudi QR-nya sedang dikembangkan," tutur Fili.
Keuntungan Pembayaran Menggunakan QR dan QRIS
Baik QR dan QRIS sebetulnya sama-sama menggunakan kode khusus dalam pengaplikasiannya.
Bedanya, QRIS bisa digunakan oleh berbagai layanan pembayaran, sementara kode QR 'eksklusif' hanya untuk layanan pembayaran atau dompet virual tertentu.
Untuk konteks penerapannya di Indonesia, pengaplikasian kode QR/QRIS saat ini tak main-main. Dari warung makan, hotel, jasa parkir, sampai tukang bakso gerobak langganan kita, kini menerima pembayaran pakai QR/QRIS. Kebiasaan baru ini semakin banyak diterapkan penjual.
Namun secara global, tentu saja, dengan penggunaan QR/QRIS, proses jual-beli lebih praktis, pedagang terhindar dari kerepotan menghitung kembalian. Kelebihan lainnya lebih mudah memisahkan rekening pribadi dan bisnis, terhindar dari uang palsu, transaksi antar negara tercatat otomatis.
Sementara itu, beberapa keuntungan yang bisa dirasakan kita bila membayar menggunakan QR/QRIS, antara lain:
(1) Mudah. Tinggal memindai kode digital
(2) Tidak perlu gesek kartu, tidak perlu menekan PIN
(3) Tidak perlu repot menghitung lembaran atau koin uang
(4) Lupa bawa dompet tapi sudah di depan kasir? cukup keluarkan telepon genggam!