ChatGPT terdaftar sebagai 'penulis' atau rekan penulis dari sedikitnya 200 buku yang dipajang di Amazon's Kindle Store, menurut media Reuters.
Diduga, jumlah sebenarnya dari buku yang ditulis bot kemungkinan jauh lebih tinggi dari itu. Karena kebijakan Amazon, tidak secara eksplisit mengharuskan penulis untuk mengungkapkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam karya mereka.
Beberapa hal di bawah ini adalah contoh terbaru dari tulisan buatan AI, yang membanjiri pasar. Tulisan-tulisan itu juga berperan dalam pembuatan konten yang meragukan, secara etis sejak alat gratis OpenAI dirilis November tahun lalu.
Seorang salesman Rochester, New York, yakni Brett Schickler, ia mengatakan kalau ia bisa melihat ada banyak orang yang membangun karir mereka dari penggunaan bot ChatGPT.
"Gagasan menulis buku akhirnya tampak mungkin," menurut lelaki yang perusahaannya itu menerbitkan buku anak-anak di Kindle Store, dilansir Techverse.Asia, Rabu (22/2/2023).
Bahkan, kisah Schickler yang diterbitkan sendiri, The Wise Little Squirrel: A Tale of Saving and Investing, adalah cerita anak setebal 30 halaman ditulis dan diilustrasikan oleh AI. Buku itu dijual seharga $2,99 untuk salinan digital dan $9,99 untuk versi cetak.
Meskipun Schickler mengatakan bahwa buku tersebut menghasilkan kurang dari $100 sejak dirilis pada Januari, ia hanya menghabiskan beberapa jam untuk membuatnya dengan petunjuk ChatGPT. Seperti contoh, menulis cerita tentang seorang ayah yang mengajari putranya tentang literasi keuangan.
Contoh lain konten buatan AI di Kindle Store, termasuk cerita anak-anak The Power of Homework; koleksi puisi berjudul Echoes of the Universe; dan epik fiksi ilmiah tentang rumah bordil antar bintang, Galactic Pimp: Vol. 1.
Direktur Eksekutif Authors Guild, Mary Rasenberger menjelaskan, kondisi itu adalah sesuatu yang benar-benar perlu mereka khawatirkan.
"Buku-buku ini akan membanjiri pasar dan banyak penulis akan kehilangan pekerjaan," kata dia.
Sehingga, menurut Mary, harus ada transparansi dari penulis dan platform; tentang bagaimana buku-buku ini dibuat.
"Atau, Anda akan mendapatkan banyak buku berkualitas rendah," ujarnya.
Sementara itu, publikasi fiksi ilmiah Majalah Clarkesworld untuk sementara menghentikan pengiriman cerita pendek mereka. Setelah menerima banjir artikel yang diduga menggunakan AI tanpa pengungkapan, seperti dilansir PCMag.
Editor dari majalah ini, yaitu Neil Clarke tidak merinci bagaimana dia mengidentifikasi mereka. Ia mengenali diduga cerita yang dibantu bot, karena ditemukan beberapa pola yang sangat jelas.
"Yang bisa saya katakan adalah jumlah pengiriman spam yang mengakibatkan larangan telah mencapai 38 persen bulan ini," katanya.
"Meskipun menolak dan melarang pengiriman ini adalah langkah sederhana, itu berkembang pada tingkat yang memerlukan perubahan. Lebih buruk lagi, teknologinya hanya akan menjadi lebih baik, jadi deteksi akan menjadi lebih menantang," tuturnya.
Clarkesworld saat ini melarang cerita yang ditulis, ditulis bersama, atau dibantu oleh AI. Perusahaan publikasi tersebut telah melarang lebih dari 500 pengguna bulan ini, karena mengirimkan konten yang diduga dibantu oleh AI.
Clarkesworld membayar 12 sen per kata, menjadikannya target utama.
"Dari apa yang saya tahu, ini bukan tentang kredibilitas. Ini tentang kemungkinan menghasilkan uang dengan cepat. Hanya itu yang mereka pedulikan," tweet Clarke dalam akun Twitternya @clarkesworld.
Selain masalah etika tentang transparansi, ada juga pertanyaan tentang misinformasi dan plagiarisme.
Misalnya, bot AI, termasuk ChatGPT, Microsoft Bing AI, dan Google Bard, cenderung berhalusinasi, istilah untuk menyebarkan informasi palsu dengan percaya diri.
Selain itu, mereka dilatih tentang konten buatan manusia -hampir selalu tanpa sepengetahuan atau izin penulis asli-, dan terkadang menggunakan sintaks yang identik dengan materi sumber.
Mulai tahun lalu, publikasi teknologi dari media CNET menggunakan model AI internal, untuk menulis sedikitnya 73 penjelasan ekonomi. Sayangnya, terlepas dari pendekatan awal yang cerdik -yang hanya mengungkapkan bahwa itu ditulis oleh AI jika kalian mengklik byline-, itu juga menyertakan banyak kesalahan faktual. Bahkan frasa yang hampir sama dari artikel situs web lain.
Akibatnya, CNET terpaksa melakukan koreksi ekstensif dan menjeda penggunaan alat tersebut. Namun, salah satu 'situs saudaranya', setidaknya telah bereksperimen untuk menggunakannya lagi.