Buah strawberry (stroberi) merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki banyak manfaat. Stroberi memiliki bagian yang nyaris dapat dimakan keseluruhannya.
Bukan hanya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar, stroberi juga bisa diolah menjadi berbagai jenis kudapan dan minuman segar.
Baca Juga: Suzuki Panen Penghargaan di IIMS 2023, Borong Empat Kategori
Baca Juga: Smart City dan Transportasi Berkelanjutan di Indonesia
Tanaman yang identik dengan warna merah berbintik ini, bukan tanaman asli Indonesia. Biasanya tumbuh pada ketinggian minimal 600 mdpl, dengan suhu udara sekitar 17-20℃, dan kelembaban udara 80-90%. Stroberi membutuhkan 8-10 jam penyinaran matahari.
Berbagai sumber menyebut, permintaan pasar yang semakin meningkat atas stroberi, mendorong banyak daerah mulai membudidayakan stroberi. Sekalipun, daerah itu memiliki iklim yang kurang cocok.
Namun, kecerdasan manusia akhirnya membawa penemuan greenhouse. Menanam di dalam greenhouse adalah satu cara untuk menyiasati kondisi iklim.
Apa itu greenhouse? greenhouse merupakan sebuah bangunan konstruksi, berfungsi untuk menghindari atau memanipulasi kondisi lingkungan. Tujuannya, supaya tercipta kondisi lingkungan yang dikehendaki dalam pemeliharaan tanaman, demikian kami jumpai dari sebuah publikasi ilmiah.
Penggunaan greenhouse untuk menanam stroberi, juga dilakukan oleh petani stroberi di Desa Wisata Stroberi Pandanrejo, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Baca Juga: Ada yang Baru Dalam Pameran Design Shenzhen Tahun Ini
Namun, terbatasnya suplai listrik dan cuaca tak menentu di musim hujan, membuat petani stroberi di sana kesulitan dalam menjaga kualitas dan kuantitas hasil budidaya stroberi; sebelum didistribusikan ke konsumen.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim KKN ITS memberikan bantuan berupa perancangan smart greenhouse. Hal ini memungkinkan buah stroberi tumbuh di kondisi apapun.
Diketuai oleh mahasiswa Departemen Fisika, Qatrunada Riauwindu, timnya turut merancang sistem smart greenhouse yang dilengkapi dengan sensor suhu serta kelembaban dari udara dan tanah.
Sensor tersebut akan berusaha untuk mengkondisikan lingkungan di dalam greenhouse, agar mencapai keadaan ideal untuk pertumbuhan stroberi.
"Bila sensor mendeteksi suhu melebih kondisi ideal, maka secara otomatis suhu akan diturunkan hingga suhu berada di titik ideal," kata dia, kami kutip dari laman ITS, Senin (27/2/2023).
Seluruh sisi smart greenhouse dilapisi dengan plastik UV, untuk melindungi tanaman dari paparan radiasi matahari secara langsung.
Tak hanya itu, dipasang pula humidifier yang menunjang pengkondisian suhu dan kelembaban greenhouse.
Inovasi ini memungkinkan penyinaran sepanjang hari untuk keperluan fotosintesis tumbuhan dengan sensor cahaya serta penyiraman otomatis.
Tim mereka juga memasang sensor yang akan menilai kematangan tanaman yang ada di dalamnya. Indikator yang diukur, berdasarkan warna dan ketinggian tanaman untuk menganalisa pertumbuhan tanaman.
Mahasiswa tahun angkatan 2019 itu menjelaskan, untuk mendukung alat-alat elektronik tersebut berjalan setiap waktu, tim KKN ITS ini memasang enam buah panel surya dengan total kapasitas 600 watt.
Qatrunada mengungkap, material yang dipilih untuk panel surya tersebut adalah tipe monocrystalline dengan efisiensi hingga 15-20%.
Menurutnya, aliran listrik ini utamanya digunakan untuk cold storage bagi stroberi yang sudah matang, agar tidak cepat membusuk.
Tim KKN ITS yang dibimbing oleh Arief Bustomi ini, mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Pasalnya, bantuan ni dapat memperbaiki kualitas buah hingga sampai ke tangan konsumen. Sistem greenhouse juga memungkinkan buah tetap tumbuh tanpa dipengaruhi kondisi alam.
Tim berharap, bantuan yang mereka berikan itu mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Khususnya untuk perkembangan budidaya dan produksi stroberi.