Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence (AI)) semakin menjadi tren yang diminati oleh banyak orang, banyak perusahaan, banyak organisasi, dan banyak aplikasi.
Memiliki kemampuan untuk terus berkembang, menyesuaikan dengan masukan yang diterima dari para penggunanya, AI diperlihatkan menjadi teknologi yang bisa melakukan banyak hal.
Di tengah kemampuan AI yang seolah 'serba bisa', muncul keprihatinan dari banyak orang, menyoal kemampuan destruktif dari teknologi ini. Apa itu? AI menggantikan pekerjaan manusia.
Baca Juga: Sam Altman, Sang CEO OpenAI Ini Ternyata Takut dengan Teknologi Kecerdasan Buatan
Baca Juga: Sam Altman, CEO OpenAI: ChatGPT Itu Keren, Tapi Mengerikan
Baca Juga: OpenAI Koneksikan ChatGPT dengan Internet
Dalam wawancara bersama media ABC News, CEO OpenAI, Sam Altman, menjelaskan ini dengan panjang lebar.
Seperti kita ketahui, OpenAI adalah perusahaan yang semakin terkenal di masa kini, usai mengembangkan bot ChatGPT. GPT adalah singkatan dari Generative Pre-trained Transformer. ChatGPT bekerja dengan menciptakan jawaban seperti manusia untuk beragam. Kehadiran ChatGPT menimbulkan tren dan kegemaran baru masyarakat atas AI.
Altman mengatakan, AI kemungkinan akan menggantikan beberapa pekerjaan dalam waktu dekat, dan ia khawatir seberapa cepat itu bisa terjadi.
"Saya pikir selama beberapa generasi, umat manusia telah membuktikan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan luar biasa terhadap perubahan teknologi besar," kata Altman, kami lansir pada Jumat (24/3/2023).
Altman kemudian mendorong orang untuk melihat ChatGPT lebih sebagai alat, bukan sebagai pengganti.
"Kreativitas manusia tidak terbatas, dan kami menemukan pekerjaan baru. Kami menemukan hal baru untuk dilakukan," demikian Altman memberi penekanan.
Cara ChatGPT dapat digunakan sebagai alat untuk kemanusiaan lebih besar daripada risikonya, menurut Altman.
"Kita semua dapat memiliki pendidik yang luar biasa di kantong kita yang disesuaikan untuk kita, yang membantu kita belajar," lanjutnya.
Baca Juga: 5 Cara Mendampingi Sahabatmu yang Sedang Berdukacita, Hindari Membandingkan Kesedihan!
Baca Juga: Twitter Akan Hapus Centang Biru dari Akun yang Tidak Berlangganan 'Twitter Blue'
Baca Juga: Berbuka Puasa dengan Gorengan dan Manis-Manis? Ini Aturannya
Ia kemudian disinggung mengenai penggunaan ChatGPT, yang telah menjadi kontroversi di bidang pendidikan. Karena beberapa siswa menggunakannya untuk menyontek saat mengerjakan tugas.
Dan saat bersamaan, pendidik bingung apakah itu bisa jadi perpanjangan dari diri mereka sendiri (ChatGPT dianggap sebagai guru pendamping), atau apakah itu menghalangi motivasi siswa untuk belajar.
"Pendidikan harus berubah, tetapi sering terjadi dengan teknologi. [Dengan ChatGPT], siswa akan dapat memiliki semacam guru yang melampaui ruang kelas. Salah satu hal yang paling membuat saya bersemangat adalah kemampuan untuk memberikan pembelajaran individu; pembelajaran individu yang hebat untuk setiap siswa," tegas Altman.
Di bidang apa pun, Altman dan timnya ingin pengguna menganggap ChatGPT sebagai co-pilo: seseorang yang dapat membantu kita menulis kode komputer ekstensif atau memecahkan masalah.
Altman percaya teknologi kecerdasan buatan akan membentuk kembali masyarakat seperti yang kita kenal. Dia percaya AI adalah teknologi hebat yang pernah dikembangkan manusia untuk meningkatkan kehidupan. Tetapi AI juga datang dengan bahaya nyata.
"Kita harus berhati-hati di sini. Saya pikir orang seharusnya senang bahwa kami sedikit takut akan hal ini," imbuhnya.
Altman menegaskan, OpenAI membutuhkan regulator dan masyarakat untuk terlibat sebanyak mungkin dengan peluncuran ChatGPT. Ia berkeras bahwa, umpan balik akan membantu mencegah potensi konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan oleh teknologi terhadap umat manusia.