Organisasi penelitian nirlaba Center for AI and Digital Policy (CAIDP) telah mengajukan keluhan kepada Federal Trade Commission (FTC). Organisasi itu menyatakan bahwa OpenAI melanggar Undang-Undang FTC, melalui rilis model AI bahasa besar seperti GPT-4.
Mengutip Engadget, model itu dinilai CAIDP bias, menipu, dan mengancam privasi dan keamanan publik. Mereka juga gagal memenuhi pedoman Komisi yang meminta AI untuk transparan, adil, dan mudah dijelaskan.
Regulator menginginkan FTC untuk menyelidiki OpenAI dan menangguhkan rilis model bahasa besar di masa mendatang, sampai mereka memenuhi pedoman agensi.
Para peneliti ingin OpenAI mewajibkan tinjauan independen terhadap produk dan layanan GPT sebelum diluncurkan. CAIDP juga berharap FTC akan membuat sistem pelaporan insiden dan standar formal untuk generator AI.
Baca Juga: Empat Langkah Optimasi Iklan dan Promosi, Supaya Bisnismu Moncer Saat Ramadan
Presiden CAIDP Marc Rotenberg, termasuk di antara mereka yang menandatangani surat terbuka, yang menuntut agar OpenAI dan peneliti AI lainnya berhenti bekerja selama enam bulan; untuk memberikan waktu diskusi etika. Pendiri OpenAI Elon Musk juga menandatangani surat itu.
Kritik terhadap ChatGPT, Google Bard, dan model serupa telah memperingatkan adanya keluaran yang bermasalah, termasuk pernyataan yang tidak akurat, ujaran kebencian, dan bias. Pengguna juga tidak dapat mengulangi hasil, kata CAIDP.
"Meskipun pemutakhiran seperti GPT-4 lebih andal, ada kekhawatiran orang akan mengandalkan AI tanpa memeriksa ulang kontennya," tulis media itu, kami kutip pada Jumat (31/3023).
Baca Juga: 5 Tips Jualan Hampers Ramadan dan Idulfitri yang Lebih Ramah Lingkungan
Tidak ada jaminan FTC akan menindaklanjuti keluhan tersebut. Namun, jika memang menetapkan persyaratan, langkah tersebut akan memengaruhi pengembangan di seluruh industri AI. Perusahaan harus menunggu penilaian, dan mungkin menghadapi lebih banyak dampak jika model mereka gagal memenuhi standar Komisi. Meskipun hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas, hal ini juga dapat memperlambat perkembangan AI yang pesat saat ini.
Sementara itu, soal laporan yang sama, The Verge mengungkap bahwa pengaduan tersebut menyerukan untuk memperlambat pengembangan model AI generatif, dan menerapkan pengawasan pemerintah yang lebih ketat.
Keluhan CAIDP menunjukkan potensi ancaman dari model teks generatif GPT-4 OpenAI, yang diumumkan pada pertengahan Maret. Ini termasuk cara GPT-4 dapat menghasilkan kode berbahaya dan propaganda, yang sangat disesuaikan. Serta cara data pelatihan yang bias, dapat menghasilkan stereotip yang tertanam atau preferensi ras dan gender yang tidak adil dalam hal-hal seperti perekrutan.
OpenAI telah secara terbuka mencatat potensi ancaman dari pembuatan teks AI, tetapi CAIDP berpendapat bahwa GPT-4 melewati batas kerugian konsumen yang harus diambil tindakan regulasi.
Baca Juga: FK Universitas Indonesia Luncurkan Alat Fiksasi yang Bantu Pasien Patah Tulang Panggul
"OpenAI merilis GPT-4 ke publik untuk penggunaan komersial dengan pengetahuan penuh tentang risiko ini. Termasuk potensi bias dan perilaku berbahaya," klaim pengaduan tersebut. Ini juga mendefinisikan halusinasi AI, atau fenomena model generatif yang dengan percaya diri mengarang fakta yang tidak ada, sebagai bentuk penipuan.
"ChatGPT akan mempromosikan pernyataan dan iklan komersial yang menipu," demikian lanjut pihak CAIDP.
Dalam keluhannya, CAIDP meminta FTC untuk menghentikan penerapan model GPT secara komersial lebih lanjut, dan mewajibkan penilaian independen terhadap model tersebut sebelum peluncuran di masa mendatang. Selain itu juga meminta alat pelaporan yang dapat diakses publik.