Alasan Masyarakat Indonesia Masih Percaya Dukun Pengganda Uang: Pikirannya Sangat Matrealistis

Rahmat Jiwandono
Selasa 11 April 2023, 16:03 WIB
Ilustrasi uang. (Sumber : freepik)

Ilustrasi uang. (Sumber : freepik)

Techverse.asia - Aksi pembunuhan yang dilakukan dukun Slamet yang dikenal sebagai dukun pengganda uang asal Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada 12 pasiennya membuat gempar masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Sebagaimana diketahui, belum lama ini kepolisian Banjarnegara menangkap Slamet Tohari alias Mbah Slamet yang mengaku bisa menggandakan uang, tapi pada faktanya pelaku sama sekali tidak dapat melakukan hal tersebut. 

Alih-alih bisa melipatgandakan uang, Slamet justru nekad menghabisi 12 korbannya karena mereka menagih jumlah uang yang dijanjikan Slamet untuk dibuat menjadi lebih banyak. Ke-12 korban itu dikubur oleh pelaku di ladang miliknya.

Baca Juga: Razer dan Evisu Bekerja Sama untuk Meluncurkan Koleksi Gamer Centric

Saat polisi menggali kuburan tempat para korban dikubur, yang mengejutkan adalah jasad hanya dikubur di kedalaman kurang lebih satu meter. Bahkan ada yang satu lubang galian yang diisi untuk menguburkan dua jenazah. 

Terungkapnya pembunuhan berantai yang dilakukan Slamet lantaran salah satu pasien Slamet yang berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat sempat mengirim pesan kepada anaknya sesaat sebelum dibunuh oleh dukun palsu ini. Anak korban pun akhirnya melaporkan kejadian itu ke pihak berwajib. 

Psikolog Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Koentjoro angkat bicara soal fenomena dukun Slamet ini. Menurutnya, di tengah era modern saat ini masih banyak orang yang memercayai dukun dengan kemampuan luar biasa dapat mengubah hidup seseorang karena cara berpikir masyarakat Indonesia masih bersifat matrealistis.

“Kalau dari perspektif korban, masyarakat kita itu konsep berpikirnya sangat matrealistis,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (11/4/2023).

Ditambah lagi saat ini di tengah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, orang bisa dengan mudahnya melihat unggahan di dunia maya maupun media sosial yang memamerkan kemewahan hidup atau flexing. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang turut memicu orang memiliki keinginan untuk tampil seperti mereka yang memperlihatkan simbol-simbol kepemilikan material.

“Untuk mewujudkannya orang akan berusaha dengan berbagai cara, termasuk dengan jalan pintas menemui dukun,” katanya.

Baca Juga: Youtube Memberikan Video Berkualitas Lebih Tinggi kepada Pelanggan Premium, Ini Benefit Lainnya

Keontjoro menjelaskan bahwa masyarakat tanah air saat ini sudah mengalami perubahan. Apabila dulu menjalin relasi di komunitas yang didorong pada motif berafiliasi, berkumpul, serta bersahabat, tetapi sekarang ini mulai berubah pada motif kekuasaan maupun simbol-simbol status sosial kian menggejala. Memamerkan simbol status sosial agar bisa diakui dan dihormati.

“Bagi orang berpengaruh, berbakat, maupun terdidik yang jadi korban itu karena serakah, ingin mendapatkan kekayaan lebih. Mereka ingin diakui dan dihormati lewat memerkan simbol-simbol status sosial,” paparnya.

Guru Besar Fakultas Psikologi UGM ini menyampaikan ada dua faktor yang menyebabkan masyarakat mudah percaya dukun. Pertama, korban terkena hipnotis gendam atau magic. Kedua, ada orang tertentu yang mampu memengaruhi, meyakinkan bahkan memikat para korban untuk memercayai iming-imingan yang disampaikan.

Keontjoro menambahkan dari sisi pelaku kriminalitas, pelaku melakukan penipuan berkedok dukun untuk mendapatkan jalan uang dengan jalan pintas. Sementara untuk menghindari agar tidak terus-terusan ditagih oleh korban, si dukun akan meminta mereka melaksanakan suatu ritual tertentu. 

“Biar enggak ditagih terus penggandaan uang yang dijanjikan, korban diajak melakukan ritual yang sebenarnya untuk menghabisi nyawa korban dan mereka percaya kalau itu bagian dari ritual,” katanya.

Lantas bagaimana cara agar masyarakat tidak terjebak penipuan termasuk berkedok dukun? Koentjoro mengatakan perlunya pendidikan keluarga yang mengajarkan ketentraman dan kesejahteraan hidup bukan dari simbol status sosial. Namun, memaknai kebahagiaan dengan selalu bersyukur kepada Tuhan.

“Sebenarnya agak susah mencegahnya, selama motif ingin diakui masih ada. Perlu belajar sufisme untuk melawan matrealisme sehingga di sini pendidikan keluarga menjadi penting dalam mengajarkan kehidupan untuk senantias bersyukur pada Tuhan,” ujarnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)