'Bapak Artificial Intelligence (AI) dunia', Geoffrey Hinton, mengungkap sejumlah sisi gelap kecerdasan buatan kepada khalayak luas.
Dalam wawancaranya bersama media New York Times, sang 'Godfather of AI' yang belum lama keluar dari Google itu mendorong kita untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kecerdasan buatan.
Lebih mendesak diantisipasi ketimbang perubahan iklim
Menurut Hinton, ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan buatan terhadap dunia bisa lebih mendesak daripada perubahan iklim.
"Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, 'Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim.' Itu juga risiko yang sangat besar," kata Hinton kepada Reuters.
Ia berpikir, dengan perubahan iklim, sangat mudah untuk merekomendasikan apa yang harus orang-orang lakukan, dimulai dari berhenti 'membakar karbon'. Jika kita melakukan itu, pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja.
"Untuk ini [kecerdasan buatan] sama sekali tidak jelas apa yang harus Anda lakukan," ungkapnya, mengutip Insider.
Komentar Hinton itu muncul saat raksasa teknologi terlibat dalam perlombaan senjata untuk kemampuan AI, dipicu oleh kesuksesan ChatGPT.
Google sendiri telah meluncurkan chatbot Bard, Maret 2023. Aplikasi itu telah dikritik oleh karyawan Google, yang memperingatkan teknologi itu bisa berbahaya.
AI dikhawatirkan dipakai untuk kejahatan, menyebarkan informasi palsu, menghilangkan pekerjaan
Dan Hinton khawatir AI akan membantu menyebarkan informasi palsu dan menghilangkan pekerjaan.
Hinton bertanya-tanya, apakah sudah terlambat untuk melakukan pemeriksaan yang diperlukan pada momentum cepat AI. Ia bahkan berusaha untuk menghibur dirinya sendiri, bahwa jika dia tidak melakukannya, maka orang lain yang akan melakukannya.
"Sulit untuk melihat bagaimana Anda dapat mencegah aktor jahat menggunakannya untuk hal-hal buruk," kata Hinton.
Hinton juga mengaku menyesal atas peran dasar yang ia mainkan dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan ini. Ia berpikir: apakah bisa perusahaan teknologi untuk mengerem pengembangan AI?, sebelum akhirnya berjalan terlalu jauh.
"Selama 50 tahun terakhir, saya telah mencoba membuat model komputer yang dapat mempelajari hal-hal seperti cara otak mempelajarinya, untuk lebih memahami bagaimana otak mempelajari berbagai hal," ungkapnya, saat ditemui The Guardian di rumah saudara perempuannya di London utara.
Beberapa bahaya AI chatbots cukup menakutkan. Hinton memeringatkan mereka bisa menjadi lebih cerdas daripada manusia, dan dapat dieksploitasi oleh aktor jahat.
"Ini dapat menghasilkan banyak teks secara otomatis, sehingga Anda bisa mendapatkan banyak robot spam yang sangat efektif. Ini akan memungkinkan para pemimpin otoriter untuk memanipulasi pemilih mereka, hal-hal seperti itu," terangnya.
AI berbahaya bila digunakan untuk memanipulasi pemilihan [umum]
Ia melanjutkan, sistem AI yang lebih pintar dari manusia adalah ketika dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tertentu yang buruk.
"Saya juga sangat prihatin jika sistem AI dapat dilatih untuk memengaruhi pemilihan dan bahkan berperang," terangnya.
Meski demikian ia sampai pada kesimpulan bahwa, jenis kecerdasan yang ia kembangkan sangat berbeda dengan kecerdasan yang kita miliki.
"Jadi seolah-olah Anda memiliki 10.000 orang, dan setiap kali satu orang mempelajari sesuatu, semua orang secara otomatis mengetahuinya. Dan begitulah chatbot ini dapat mengetahui lebih banyak daripada satu orang," urainya.
Geoffrey Hinton juga membahas soal GPT-4, yang dapat mempelajari hal baru dengan sangat cepat setelah dilatih dengan benar oleh para peneliti.
Sistem AI tidak hanya dapat mempelajari berbagai hal lebih cepat, tapi juga berbagi salinan pengetahuan mereka satu sama lain hampir secara instan, lanjutnya.