Google meluncurkan bot pengkodean (coding) bertenaga kecerdasan buatan (AI) untuk pengembang Android. Selama acara I/O, Google mengumumkan alat ini disebut Studio Bot. Studio Bot akan membantu pengembang membangun aplikasi dengan membuat kode, memperbaiki kesalahan, dan menjawab pertanyaan tentang Android.
Dari Arstechnica dilaporkan, Studio Bot, sang asisten AI ini dapat digunakan pengembang Android untuk membantu menulis dan men-debug kode.
Dibangun di atas Codey dan model bahasa besar PaLM 2 yang telah direvisi, Studio Bot sementara waktu hanya tersedia untuk pengembang di Amerika Serikat.
Baca Juga: Anthropic Susun Kebijakan Penggunaan AI yang Aman dan Beretika, bagi Pengguna Claude
Baca Juga: Google Ingin Rombak Desain Mesin Pencari, Ditambahkan Chatbot AI dan Klip Video
Studio Bot berbeda dari proyek berbasis Codey lainnya, yang dimaksudkan untuk bersaing langsung dengan Copilot GitHub dalam menyelesaikan dan menghasilkan kode in-line.
Sementara Copilot berfokus pada analisis langsung kode pengguna dan membuat saran in-line, Studio Bot berperilaku serupa dengan Bard atau ChatGPT.
"Karena ini adalah 'pengalaman percakapan' yang berinteraksi dengan Anda sebagai semacam penasihat," terang penulis laporan Arstechnica, dikutip pada Kamis (11/5/2023).
Sebuah video promosi Studio Bot, menggambarkan seorang pengembang menanyakan 'Apa itu tema gelap?'. Kueri Studio Bot menindaklanjuti dengan memberikan potongan kode untuk menerapkan tema gelap di aplikasi pengembang.
"Anda tidak perlu memberikan Studio Bot kode apapun untuk menanyakan sesuatu. Faktanya, pemosisian Google menunjukkan bahwa, setidaknya untuk saat ini, ini lebih cocok untuk menjawab pertanyaan API umum dan sejenisnya, daripada menggali dan membantu Anda membuat barang secara langsung," lanjut media itu.
Sementara itu, Google memeringatkan dalam dokumentasi yang berhadapan dengan pengembang. Kata Google: Studio Bot masih merupakan eksperimen awal, dan terkadang memberikan informasi yang tidak akurat, menyesatkan, atau salah saat mempresentasikannya dengan percaya diri. Studio Bot mungkin memberi Anda kode kerja yang tidak menghasilkan keluaran yang diharapkan, atau memberi Anda kode yang tidak optimal atau tidak lengkap.
Google juga mengumumkan rencana untuk meluncurkan alat pembuat kode berbasis Codey yang lebih mirip dengan Copilot. Alat berbasis kode seperti ini berfungsi dengan JavaScript, Java, Python, SQL, dan Go. Ini adalah bagian dari inisiatif yang lebih besar untuk AI-ify hampir semua Google Cloud dan alat dan layanan pengembangan Google lainnya dari waktu ke waktu.
Google juga meluncurkan ML Hub, gudang panduan bagi pengembang yang ingin melatih dan menggunakan model pembelajaran mesin dalam pekerjaan mereka. Dan fitur AI eksperimental baru di Play Store, akan memungkinkan pengembang membuat salinan untuk daftar aplikasi, menganalisis, dan meringkas ulasan pengguna tentang aplikasi, dan banyak lagi.
Studio Bot mendukung bahasa pemrograman Kotlin dan Java, dan akan langsung berada di bilah alat di Android Studio. Lewat melansir The Verge, diketahui kalau dari sana, pengembang bisa mendapatkan jawaban cepat atas pertanyaan mereka atau bahkan membuat bot men-debug sebagian dari kode mereka.
Meskipun Google menyatakan pengembang tidak perlu membagikan kode sumber mereka dengan Google untuk menggunakan Studio Bot, perusahaan akan menerima data tentang percakapan yang mereka lakukan dengan alat tersebut.
Meski demikian perlu dipahami, Studio Bot memiliki jangkauan yang jauh lebih terbatas daripada asisten pengkodean integratif Amazon dan GitHub. Karena ini hanya berguna untuk pengembang Android. Alat pengkodean AI Duet Google yang baru akan membantu mengisi celah itu, tetapi hanya tersedia untuk pengguna Google Cloud.
Terkait seperti apa model bahasa PaLM 2, CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai memberikan penjelasannya.
PaLM 2 dibangun berdasarkan riset fundamental dan infrastruktur terbaru perusahaan. Ini sangat mampu di berbagai tugas dan mudah digunakan. Di Google, total ada lebih dari 25 produk dan fitur yang didukung oleh PaLM 2 hari ini.
"Model PaLM 2 memberikan kemampuan dasar yang sangat baik di berbagai ukuran. Kami menamai mereka Gecko, Otter, Bison, dan Unicorn," tutur Pichai.
Gecko sangat ringan, sehingga dapat bekerja di perangkat seluler; cukup cepat untuk aplikasi interaktif hebat di perangkat, bahkan saat offline.
Model PaLM 2 lebih kuat dalam logika dan penalaran, berkat pelatihan luas tentang topik ilmiah dan matematika. Itu juga dilatih tentang teks multibahasa -mencakup lebih dari 100 bahasa-, sehingga memahami dan menghasilkan hasil yang bernuansa.
Dikombinasikan dengan kemampuan pengkodean yang kuat, PaLM 2 juga dapat membantu pengembang berkolaborasi di seluruh dunia.
"Kami juga baru-baru ini merilis Sec-PaLM, yang disesuaikan untuk kasus penggunaan keamanan. Ini menggunakan AI untuk mendeteksi skrip berbahaya dengan lebih baik, dapat membantu pakar keamanan memahami dan menyelesaikan ancaman," tandasnya.