Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan khas dari masing-masing daerah. Meski demikian yang tidak lagi mengejutkan, di tiap wilayah di Indonesia menyimpan potensi bencana alam.
Untuk itu, maka diperlukan edukasi mitigasi bencana alam kepada masyarakat di suatu daerah, menyesuaikan dengan potensi bencana yang bisa muncul di kawasan mereka. Kemudian, dibutuhkan juga rancangan infrastruktur bangunan yang kokoh dan memadai, terutama lagi memenuhi asas mitigasi bencana.
Beranjak dari hal tersebut, tim mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi dalam merancang desain jembatan, yang memiliki ketahanan tinggi terhadap bencana alam. Mereka adalah Moch Choirul Akbar Majid, Vincent Hans Siputta, dan Gregorius Alexander yang tergabung dalam tim Ergo.
Inovasi pengembangan desain jembatan yang tahan bencana alam itu diberi nama dengan sebutan Jembatan Molihuto.
Akbar, sebagai salah satu anggota tim, mengungkapkan bahwa mereka menggunakan studi kasus Jembatan Molintogupo dari Desa Lombongo, Kecamatan Sumawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Baca Juga: Jangan Lakukan Ini Saat Terjadi Gempa Bumi
Baca Juga: Mengamati Gerhana Bulan: Membuat Kita Mengenali Kondisi Atmosfer
Baca Juga: Terinspirasi Dari Rumah Panggung Dan Gatot Kaca, Mahasiswa UI Desain Gedung 19 Lantai Tahan Gempa
Baca Juga: 5 Langkah Simpel Tapi Penting Dilakukan, Karena Kita Tinggal Di Negara Rawan Bencana
Baca Juga: Hidup Di Negeri Cincin Api, Ini Cara Mahasiswa UNY Beri Mitigasi Bencana Untuk Anak-anak
Pada inovasinya, jembatan Molihuto didesain dengan prinsip mitigasi bencana sehingga mampu bertahan apabila terjadi bencana alam.
"Di kawasan Jembatan Molintogupo seringkali terjadi bencana alam banjir bandang dan gempa bumi, itu mengakibatkan jembatan tersebut rawan roboh," kata dia, dikutip dari laman universitas, dikutip Sabtu (20/5/2023).
"Oleh sebab itu, perlu dilakukan perencanaan pembangunan jembatan dengan mengantisipasi bencana alam tersebut," lanjutnya.
Dalam perancangannya, jembatan ini menggunakan tipe jembatan pelengkung. Akbar menyebutkan, jembatan tipe pelengkung memiliki beberapa keunggulan seperti memiliki tingkat ketahanan yang tinggi serta mampu menahan beban yang besar. Selain itu, jembatan pelengkung memiliki struktur yang lebih kuat sehingga dapat meminimalkan penggunaan baja.
"Kelebihan dari jembatan ini juga memiliki nilai estetika tersendiri," ujarnya.
Pondasi jembatan ini juga dilengkapi dengan lapisan biotextile. Biotextile merupakan teknologi lapisan pelindung tanah, dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2022.
"Lapisan ini, berfungsi sebagai metode stabilisasi tanah untuk mencegah laju erosi pada permukaan tanah. Cara kerja teknologi ini yaitu dengan menurunkan debit air mengalir pada permukaan, sehingga tidak akan terjadi longsor," ungkapnya.
Jembatan Molihuto menggunakan struktur beton yang terbuat dari campuran fly ash dan abu sekam padi untuk meningkatkan kualitas serta ketahanan beton.
Akbar menjelaskan, penggunaan fly ash pada komponen pembangun jembatan, berfungsi sebagai bahan pengikat dalam beton serta membantu beton agar tahan korosi. Sementara itu, abu sekam padi berperan sebagai bahan penguat beton sehingga memiliki ketahanan yang lebih tinggi.
Perencanaan desain jembatan ini juga menerapkan pembangunan yang berkelanjutan, tegasnya.
Dijelaskan lebih detail oleh Akbar, penggunaan beton campuran juga bertujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh beton sehingga proses pembuatan jembatan ini lebih ramah lingkungan. Selain itu, Jembatan Molihuto juga dilengkapi dengan fitur sensor, bertujuan untuk memudahkan proses pemeliharaan jembatan dan mengantisipasi kerusakan dini.
Berkat inovasi tersebut, tim bimbingan Ahmad Basshofi Habieb ST MT PhD ini berhasil menyabet juara pertama dalam ajang International Bridge Design Competition, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Diponegoro.