Penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin marak di masa sekarang. Ada begitu banyak aplikasi yang disematkan dengan AI, dan beberapa dampak mengikuti di antaranya.
Misalnya saja layanan tanya jawab tentang banyak hal; membantu mengerjakan ujian; membantu menyusun kode untuk membuat malware; bahkan meniru suara seseorang, artis, tokoh terkenal. Belum lagi, adanya aplikasi generator gambar dapat menghasilkan foto buatan AI yang semakin sulit dibedakan dari kenyataan, dan kloner ucapan dapat meniru suara artis dan tokoh masyarakat terkenal. Segera, generator video akan berkembang, membuat deepfake menjadi lebih memprihatinkan.
Baca Juga: Duh, Belum Genap Tiga Bulan Dirilis, ChatGPT Sudah Disalahgunakan Untuk Membuat Malware
Melihat potensi gangguan besar-besaran yang bisa disebabkan AI generatif seperti demikian, komisi Eropa dan Google selanjutnya seakan mengikuti jejak internal perusahaan Anthropic, pertengahan bulan ini.
Dilaporkan oleh Reuters, Kepala industri Komisi Eropa (EC), Thierry Breton mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Alphabet (GOOGL.O). Kerjasama itu adalah sebuah kolaborasi menyusun pakta sukarela, untuk menetapkan aturan dasar kecerdasan buatan; atau sebuah UU tentang pengembangan kecerdasan buatan.
Breton bertemu dengan CEO Google Sundar Pichai di Brussel untuk membahas pengaturan tersebut, yang akan mencakup masukan dari perusahaan yang berbasis di Eropa dan kawasan lain. Uni Eropa memiliki sejarah memberlakukan aturan teknologi yang ketat, dan aliansi tersebut memberi Google kesempatan untuk memberikan masukan sambil menghindari masalah di masa mendatang.
Kesepakatan tersebut bertujuan untuk menetapkan pedoman sebelum undang-undang resmi seperti Undang-Undang AI yang diusulkan UE, yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dikembangkan dan diberlakukan.
"Sundar dan saya setuju bahwa, kami tidak dapat menunggu sampai peraturan AI benar-benar berlaku, dan untuk bekerja sama dengan semua pengembang AI untuk mengembangkan pakta AI secara sukarela menjelang batas waktu hukum," kata Breton dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Kamis (25/5/2023).
Dia mendorong negara-negara Uni Eropa dan anggota parlemen untuk menyelesaikan secara spesifik, pedoman dan praktik terbaik untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab ini, pada akhir tahun.
Kepala teknologi Uni Eropa, Margrethe Vestager, mengungkap pula kalau federasi akan bekerja dengan Amerika Serikat dalam menetapkan standar minimum untuk AI. Dia berharap pemerintah dan anggota parlemen UE akan menyetujui draf yang disusun sebagai regulasi, akhir 2023.
Topik yang menjadi perhatian UE meliputi hak cipta, disinformasi, transparansi, dan tata kelola.
Baca Juga: Refleksi Atas Gempa Bumi 2006: Pewarta Foto Indonesia Yogyakarta Gelar Pameran Foto 'Kilas Pitulas'
Penyusunan pakta dan draf regulasi akan pemanfaatan AI itu, seakan menegaskan kembali kekhawatiran tentang potensi AI -yang mengubah cara masyarakat dan bisnis beroperasi- semakin meningkat. Pemerintah berebut untuk menemukan cara untuk mengendalikan konsekuensi negatif tanpa kehilangan manfaat, atau menghambat inovasi.
Dengan menganjurkan pakta sukarela, UE dan Google bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi AI yang berkembang pesat mematuhi prinsip etika, transparansi, dan akuntabilitas. BNN Network menuliskan, upaya kolaboratif ini berupaya untuk memanfaatkan potensi AI sekaligus melindungi dari potensi risiko dan implikasi negatif.
Diskusi antara UE dan Google mencerminkan komitmen bersama untuk mengatasi tantangan terkait AI secara proaktif dan bertanggung jawab. Tujuannya adalah untuk mendorong pengembang AI untuk mengambil peran aktif dalam membentuk aturan dan standar yang mengatur aplikasi AI, daripada hanya mengandalkan intervensi regulasi.