Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat oleh mahasiswa, telah banyak memberikan kontribusi positif bagi warga terutama di pedesaan. Saat mengikuti program KKN, mahasiswa bisa membantu warga dalam hal peningkatan kesejahteraan. Cara yang ditempuh bisa melalui menggelar pelatihan atau ikut turun tangan langsung membantu pengembangan usaha warga setempat yang sudah berjalan selama ini.
Mahasiswa masa kini begitu dekat dengan teknologi informasi. Kemewahan anak muda yang demikian, bisa kemudian digunakan untuk membantu orang-orang yang tak memahaminya. Dan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), memanfaatkan kesempatan baik yang ia miliki itu dengan membantu pengusaha jajanan tradisional kue lapis, di lokasi KKN. Nama mahasiswa itu Hasna Huaida
Kejatahan menjalankan KKN di Desa Kalinegoro, Mertoyudan, Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Hasna yang kuliah mengambil program studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial tersebut memberdayakan UMKM setempat lewat digitalisasi. Bahasa anak mudanya, UMKM Go Digital.
"UMKM pada masa kini perlu digitalisasi. Para pelaku UMKM dapat memanfaatkan teknologi digital dengan terjun langsung alam dunia e-commerce untuk membantu pertumbuhan usahanya," ujar Hasna, dalam keterangan diterima Techverse, Kamis (8/9/2022).
Husna paham betul, bahwa pelaku UMKM juga perlu memahami strategi dan faktor pendukung keberhasilan usaha secara daring. Dan digitalisasi UMKM merupakan suatu upaya untuk mendigitalisasikan pemasaran produk. Tak terkecuali untuk UMKM perajin kue lapis.
Baca Juga: Masih Nyaman Bayar Pakai Uang Tunai Ketimbang QR/QRIS? Bisa Boros
Siapa yang tidak mengenal kue lapis?, jajanan tradisional Indonesia yang terbuat dari tepung beras, tepung kanji, santan, gula pasir, garam, dan dipercantik pewarna.
"Digitalisasi tidak membutuhkan banyak biaya dan dapat memperluas pasar sekaligus juga sebagai sarana sharing antar UMKM. Produk dapat lebih dikenal luas dan bisa mengurangi kemiskinan dan pengangguran," ungkapnya.
Bukan hanya merekam video pembuatan kue lapis, mempromosikan dan mengunggah di platform Youtube, Hasna tetap menjelaskan pentingnya digitalisasi bagi UMKM kepada masyarakat di sana. Agar mereka paham dan tahu bahwa yang dilakukan saat ini, punya efek positif untuk UMKM yang digeluti.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Hasna, Nur Kadarisman, mengapresiasi karya Hasna yang membidik UMKM desa setempat untuk dibantu digitalisasi dalam menjalani bisnisnya.
“Kue lapis tersebut dishooting video dan diunggah di laman YouTube. Video tersebut kemudian mendapat suka serta komentar cukup banyak,” kata Nur.
Baca Juga: Merangkul Remaja Yang Haus Pengakuan, Walau Sulit Lakukanlah
Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi produsen kue lapis karena kue mereka lebih dikenal luas. Tentu besar potensi dagangan semakin laris dan dapat meningkatkan omset harian. Kalau sudah begitu, bisnis kecil yang dioptimasi dapat menopang ekonomi keluarga.
Pengusaha kue lapis, Siti, mengaku mulai berjualan kue lapis karena suaminya terkena PHK, akhirnya untuk menjaga perekonomian keluarga Siti mulai membuka usaha berjualan kue lapis. Satu loyang kue lapis dijual seharga Rp16.000. Sedangkan untuk per potongnya dihargai Rp800.
Salah satu konsumen kue lapis Siti, Ayu Sekar mengatakan bahwa dia sering membeli kue lapis buatan Bu Siti karena enak dan harganya cukup murah sehingga terjangkau.
Ayu berharap, dengan digitalisasi UMKM jajan pasar yang dilakukan oleh warga Jati Kalinegoro, menggandeng mahasiswa UNY, maka jajan pasar di desa itu dapat lebih dikenal masyarakat.
"Terutama anak muda, yang lebih mengenal jajanan kekinian. Karena dengan mengenal dan membeli jajanan pasar buatan Kalinegoro, juga dapat membantu kehidupan perekonomian produsennya dan mendukung UMKM lokal," ujarnya.