Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tak melulu menjadi ancaman bagi manusia, melainkan bisa juga membantu manusia, utamanya dalam mengoptimalkan pengembangan teknologi keamanan siber. Hal itu seperti dikemukakan oleh Vice President Asia Tenggara dan India di Trend Micro, Nilesh Jain, di tengah wawancaranya bersama tim Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Trend Micro adalah perusahaan penyedia solusi keamanan siber, yang tempo lalu mengamankan Media Center KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 10-11 Mei 2023, dari berbagai risiko serangan siber.
Kepada media itu, Jain berbagi wawasan tentang lanskap ancaman yang terus berkembang, menyoroti serangan keamanan siber yang signifikan dan inisiatif strategis perusahaan, termasuk di Indonesia.
Ancaman Siber Terus Meningkat, Ini 3 Sumber Serangan Siber Terbanyak Terjadi di Indonesia
Ancaman siber yang dihadapi oleh organisasi saat ini diketahui meningkat, karena digitalisasi yang cepat yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Menurut Jain, di antara serangan yang paling umum terjadi secara global, dia menyoroti peningkatan yang mengkhawatirkan dalam serangan phising.
Pelaku menggunakan email yang menipu atau tautan berbahaya, dirancang untuk menyerupai komunikasi yang sah dari entitas terpercaya; kemudian lewat itu membuat korban yang tidak menaruh curiga tanpa disadari mengunduh muatan berbahaya atau malware.
Selain itu, Jain juga menjelaskan tentang lonjakan serangan ransomware, dengan Indonesia berada di antara tiga negara teratas yang mengalami insiden semacam itu di kawasan Asia.
"Meskipun hanya sebagian kecil dari serangan-serangan ini yang terekspos ke publik, sebagian besar tidak dilaporkan, karena khawatir akan merusak reputasi dan kepercayaan pemangku kepentingan. Organisasi sering kali memilih untuk tidak mengungkapkan pelanggaran semacam itu, sehingga skala ancaman siber yang sebenarnya tetap tersembunyi," ungkapnya, dikutip pada Minggu (4/6/2023).
Ancaman signifikan lainnya adalah kompromi email bisnis (Business Email Compromise-BEC), di mana penyerang menyelinap ke jaringan yang disusupi untuk mencuri informasi rahasia dari pelanggan.
Baca Juga: Mengatasi Rasa Cemas yang Berlebihan Butuh Tiga Tahap, Siapapun Bisa Mencobanya Termasuk Dirimu
Baca Juga: Pemerintah Uni Eropa Susun UU Pengembangan Kecerdasan Buatan
Ia menekankan prevalensi serangan ransomware di sektor perbankan, pemerintah, dan manufaktur di Indonesia. Dan menyebutkan sedikitnya ada tiga aspek inti yang disoroti oleh Trend Micro, dalam mengatasi solusi terkait masalah tersebut.
Pertama, perusahaan memiliki teknologi keamanan siber yang memungkinkan pelanggan untuk mengintegrasikan solusi mereka yang sudah ada secara mulus, memberikan visibilitas pusat dan kemampuan respons otomatis.
Jain menyebut, suatu kementerian disebut mengalami penurunan kejadian keamanan siber sebesar 97% setelah menggunakan produk Trend Micro.
Kedua, Trend Micro memiliki jajaran produk keamanan cloud, keamanan jaringan, dan keamanan endpoint yang kuat. Namun, perusahaan berfokus untuk investasi besar-besaran di XDR, menyadari potensi pertumbuhan dan keampuhannya dalam mengatasi ancaman yang muncul.
Di kesempatan wawancara itu, Jain juga menjelaskan soal solusi Cross Detection and Response (XDR) yang menurutnya telah matang, telah mendapatkan adopsi substansial, terutama di kalangan bank-bank terkemuka, lembaga pemerintah, perusahaan manufaktur, dan perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
"Trend Micro baru-baru ini mengakuisisi sebuah perusahaan SOAR (Security Orchestration, Automation, and Response) di India, yang meningkatkan kemampuan beradaptasi dan fungsionalitas produk XDR," imbuhnya.
Integrasi AI dalam Keamanan Siber dan Masa Depan Profesional Keamanan Siber
Mengenai peran AI dalam keamanan siber, Jain memberikan wawasan tentang dua aspek yang berbeda.
Pertama, dia menekankan adopsi AI yang cepat dalam solusi keamanan siber, dengan menyatakan bahwa AI telah dimasukkan ke dalam berbagai produk, termasuk yang ditawarkan oleh Trend Micro. AI memungkinkan otomatisasi kemampuan respons dan deteksi, memberikan langkah-langkah keamanan yang lebih baik bagi organisasi.
"Trend Micro bahkan telah meluncurkan produknya sendiri, untuk melindungi karyawan perusahaan dari potensi risiko yang terkait dengan model bahasa yang didukung AI, seperti ChatGPT," kata Jain.
Sementara itu kala ditanya apakah AI akan menggantikan profesional keamanan siber, Jain mengungkapkan keyakinannya bahwa AI tidak akan membuat keahlian manusia menjadi usang.
"Dengan setiap kemajuan teknologi, maka tantangan baru muncul. Ini mendorong individu untuk mengembangkan keterampilan baru dan mengatasi masalah yang lebih signifikan," lanjut dia.
Meskipun keahlian tertentu mungkin sudah ketinggalan zaman, manusia akan beradaptasi dan terus memanfaatkan AI, Machine Learning, dan kemampuan otomatisasi lainnya untuk mengatasi tantangan keamanan siber secara efektif, tandasnya.