Pertimbangkan Sanksi Bagi Pelaku Kekerasan di Ranah Online, Pemerintah China Terbitkan RUU

Uli Febriarni
Senin 12 Juni 2023, 15:00 WIB
online abuse (Sumber : freepik)

online abuse (Sumber : freepik)

Sejumlah media internasional mengutip berita Reuters, perihal pemerintah China yang telah menerbitkan draf pedoman untuk menghukum pelaku kekerasan di ranah online. Pemerintah setempat kini sedang menjaring opini publik mengenai rancangan Undang-undang tersebut. Mereka telah melihat kekhawatiran tumbuh atas intimidasi dan serangan dunia maya, yang secara khusus menargetkan perempuan dan anak-anak.

Baca Juga: Yogyakarta Diperkirakan Tak Diguyur Hujan Selama 21 Hari ke Depan, Cukup 4 Langkah untuk Kelola Air Bersih di Musim Kering

Pedoman tersebut disusun bersama oleh badan-badan termasuk Kementerian Keamanan Publik dan Mahkamah Agung Rakyat, sebagai tanggapan atas bahaya penyalahgunaan online terhadap ketertiban sosial dan hak-hak individu.

Kekerasan dunia maya melibatkan perilaku seperti penyebaran desas-desus online, penghinaan dan doxxing (doxing) dan dalam beberapa kasus, tergantung pada tingkat keparahannya, pihak berwenang akan menganggap tindakan tersebut dapat dihukum oleh hukum pidana, menurut rancangan pedoman tersebut. Polisi China harus segera membantu korban kekerasan dunia maya jika mereka mengajukan kasus. 

Seperti kami lansir dari CNBC, baru-baru ini China diwarnai perdebatan publik atas insiden doxing yang menimpa seseorang.

"Kejahatan berupa mendeskripsikan publikasi informasi pribadi seseorang di internet tanpa persetujuan mereka itu, menimbulkan polemik tentang bagaimana insiden itu harus ditangani," dikutip dari media itu, Senin (12/6/2023).

Dalam satu contoh baru-baru ini, media mengabarkan tindakan bunuh diri yang dilakukan seorang ibu muda di pusat kota Wuhan. Diawali kritik media sosial atas sikapnya, setelah kematian putranya yang berusia enam tahun yang ditabrak mobil guru di kompleks sekolah. Sang ibu melompat dari gedung tinggi sekitar 10 hari kemudian pada 2 Juni 2023, kata media setempat. 

BBC mengungkap, budaya kolektivis China dan kurangnya tekanan pada perusahaan media sosial untuk memberantas penyalahgunaan, memberikan momentum khusus pada fenomena kekerasan online.

Jajak pendapat terhadap lebih dari 2.000 pengguna media sosial di China menemukan bahwa, sekitar empat dari 10 responden pernah mengalami beberapa bentuk pelecehan online. Juga ditemukan bahwa 16% dari korban memiliki pikiran untuk bunuh diri. Hampir setengahnya mengalami kecemasan, 42% insomnia, dan 32% depresi.

"Dalam budaya kolektivis seperti China, mereka yang dianggap melanggar norma cenderung dihukum berat, kata para ahli. Apa yang membuatnya lebih buruk, tambah mereka, adalah budaya malu yang merajalela," tulis laporan dalam BBC.

Wakil rektor di Universitas Nottingham Ningbo, China, K Cohen Tan, mengungkapkan tentang rasa kolektivisme yang kuat di China dapat berarti adalah cyberbullying.

"Ketika dilakukan sebagai tindakan kekerasan atau agresi simbolis terhadap orang lain di tempat umum, dapat menyebabkan tindakan drastis, seperti bunuh diri, untuk menghindari rasa terhina itu," kata Tan. 

Baca Juga: Model Virtual Pertama di Filipina Dikecam, Dianggap 'Tidak Seperti Orang Filipina'

Dr Tan mengatakan, pengganggu online biasanya menstigmatisasi individu atas tindakan atau pilihan pribadi mereka dan itu kemudian diperparah oleh insting kawanan. Efek gabungannya yakni, membuat korban merasa tidak berdaya.

Sementara itu spesialis China dan ilmuwan politik di Universitas Nottingham, Jonathan Sullivan, menyebut kalau China memiliki alat teknologi yang kuat untuk memantau konten online. Lebih banyak sumber daya tersebut harus diarahkan untuk mengekang cyberbullying.

"[Pemerintah] seharusnya tidak membiarkan budaya mendorong 'kampanye kebencian' online," tegasnya. 

Baca Juga: G-Shock Kolaborasi dengan Merek Streetwear Mewah BBC, Hadirkan Koleksi BBC Ice Cream

China saat ini memiliki komunitas Internet terbesar di dunia dengan lebih dari satu seperempat miliar pengguna. Laman sebuah LSM pemerhati cyberbullying khususnya pada anak, The Cyber Smile, menilai penting langkah-langkah perlindungan dari cyberbullying dan lainnya dikembangkan oleh pemerintah China untuk mengatasi masalah ini. 

"Kami telah melihat cyberbullying dan penyalahgunaan online memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk di seluruh dunia dan China tidak berbeda. Salah satu bentuk trolling yang terkenal di China dikenal sebagai 'Mesin Pencari Daging Manusia'," tulis laman mereka. 

Istilah itu muncul lebih dari satu dekade lalu. Menggambarkan para pengguna internet yang bekerja sama untuk menargetkan individu, yang dianggap melakukan kesalahan. Puluhan ribu orang dapat terlibat dengan korban yang dipermalukan dan dilecehkan di depan umum.

Sebuah studi yang dilakukan akademisi Central China Normal University, mencakup penelitian terhadap lebih dari 1.400 siswa sekolah menengah. Studi tersebut mengungkapkan bahwa 34% siswa telah menindas seseorang secara online dan 58% melaporkan telah diintimidasi secara online. 

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 22:43 WIB

Instagram Hadirkan 2 Pembaruan untuk Reels dan Postingan Berubah Jadi Persegi Panjang

Reels kini bisa menggungah konten dengan durasi sampai tiga menit, padahal sebelumnya cuma 90 detik.
Instagram Reels sekarang bisa unggah video selama tiga menit. (Sumber: Instagram)
Automotive22 Januari 2025, 22:11 WIB

Toyota Hilux Rangga SUV Concept Hasil Karoseri New Armada, Bisa Muat 8 Penumpang

Kendaraan ini menawarkan Pilihan Basis dari 3 Tipe Hilux Rangga.
Toyota Hilux Rangga SUV Concept. (Sumber: Toyota)
Startup22 Januari 2025, 18:56 WIB

Openspace Ventures Beri Pendanaan Lanjutan untuk MAKA Motors

Pendanaan ini datang setelah startup tersebut melansir motor listrik pertamanya, MAKA Cavalry.
MAKA Cavalry.
Techno22 Januari 2025, 18:34 WIB

Huawei FreeBuds SE 3: TWS Entry-level Seharga Rp400 Ribuan

Gawai ini akan menghadirkan keseimbangan sempurna antara performa dan kenyamanan.
Huawei FreeBuds SE 3. (Sumber: Huawei)
Techno22 Januari 2025, 16:28 WIB

Apa yang Diharapkan pada Samsung Galaxy Unpacked 2025, Bakal Ada S25 Slim?

Galaxy Unpacked Januari 2025: Lompatan Besar Berikutnya dalam Pengalaman AI Seluler.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada Rabu (22/1/2025). (Sumber: Samsung)
Startup22 Januari 2025, 16:02 WIB

Antler Salurkan Pendanaan Senilai Rp49 Miliar kepada 25 Startup Tahap Awal di Indonesia

Antler Pertahankan Momentum Kuat di Indonesia, Mencatatkan 50 Investasi Selama Dua Tahun Terakhir Di Tengah Tantangan Pasar.
Antler. (Sumber: antler)
Automotive22 Januari 2025, 15:33 WIB

Harga dan Spesifikasi New Yamaha R25, Bawa Kapasitas Mesin 250CC

Tampil Sebagai Urban Super Sport, New Yamaha R25 Siap Geber Maksimal.
Yamaha R25 2025. (Sumber: Yamaha)
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)