65 Persen Perusahaan di Kawasan Asia Pasifik Alami Serangan Ransomware yang Makin Canggih, Ini Pesan Kaspersky

Uli Febriarni
Kamis 15 Juni 2023, 11:37 WIB
logo kaspersky (Sumber : kaspersky)

logo kaspersky (Sumber : kaspersky)

Dalam keterangan mereka, Kasperksy mengungkap bahwa berdasarkan Future Enterprise Resiliency and Spending Survey dari IDC tahun 2022, sebanyak 65% perusahaan di kawasan Asia Pasifik mengalami serangan atau insiden ransomware. Serangan ini memblokir sistem dan akses data dengan 83% bisnis yang disusupi, mengalami waktu henti dan gangguan bisnis selama beberapa hari hingga beberapa pekan. Kerugian finansial dari serangan siber tersebut menelan biaya hingga USD$109.000 atau Rp1,6 miliar, untuk segmen enterprise pada 2022. Ini termasuk kerusakan reputasi, karena data konfidensial bocor atau dijual ke pelaku ancaman siber lainnya.

Menurut survei IDC 2022 Asia Pacific Enterprise Services and Security Sourcing, 43% bisnis di kawasan ini mendapatkan tantangan terbesar untuk meningkatkan kemampuan keamanan Teknologi Informatika (TI); yakni menyelaraskan antara tujuan bisnis dan keamanan.

Hingga saat ini, Kaspersky telah mendeteksi lebih dari 1 miliar ancaman dunia maya dan tercatat ada 400.000 sampel malware baru terdeteksi setiap hari. Dalam menghadapi ancaman yang kian menyebar tiada henti, tujuan utama dari operasi keamanan siber -selain mendeteksi dan menghentikan ancaman- adalah ketahanan siber. Karena itu, organisasi perlu menyelaraskan strategi ketahanan dunia maya dengan para pemimpin bisnis dan teknologi mereka.

Baca Juga: Phising, Malware, Ransomware: 3 Sumber Kejahatan Siber yang Paling Sering Dijumpai di Indonesia

Managing Director Asia Pasifik Kaspersky, Adrian Hia, mengatakan terdapat faktor-faktor yang membuat kerangka kerja ketahanan siber menjadi tersendat. Mulai dari kekurangan tenaga profesional keamanan TI terampil, penerapan TI yang terfragmentasi dan platform keamanan, serta faktor manusia dalam staf yang tidak dilengkapi dengan pelatihan kesadaran keamanan siber memadai.

"Ini muncul di setiap organisasi, sehingga membuat penerapan kerangka kerja ketahanan siber menjadi tugas yang melelahkan," kata Hia, dikutip dari Warta Ekonomi, Kamis (15/6/2023).

Meningkatnya kecanggihan malware dan seringkali keterbatasan anggaran TI, juga menyebabkan tim keamanan siber kewalahan dengan banyaknya vektor ancaman.

Menurut survei Future Enterprise Resiliency and Spending IDC 2022, profesional keamanan TI (37%) adalah peran teknologi yang paling banyak diminta di kawasan ini, diikuti oleh profesional Operasi TI (33%). Sayangnya, kekurangan profesional keamanan TI yang berkualitas ini, mengakibatkan 76% bisnis di Asia Pasifik harus mengurangi, membatalkan, atau menunda inisiatif perencanaan teknologi, sementara 34% lainnya menyatakan, kekurangan keterampilan membuat mereka berisiko lebih tinggi terhadap serangan siber.

"Lebih dari setengah (54%) mengungkap, mereka memerlukan waktu tambahan 3-4 bulan untuk mengisi peran keamanan TI dibandingkan 12 bulan yang lalu," lanjut Hia. 

Tim keamanan TI internal juga harus bersaing dengan TI yang terfragmentasi dan platform keamanan dengan kerumitan yang tidak perlu, justru menghasilkan kesalahan positif yang memengaruhi waktu respons terhadap insiden dunia maya.

Dan dalam survei Trust and Security Asia Pasifik IDC 2022, 45% organisasi menyatakan bahwa tim keamanan mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memelihara dan mengelola alat keamanan, sementara 36% menyebutkan kurangnya integrasi dalam portofolio keamanan.

Baca Juga: Berikut Daftar Aplikasi yang Disisipi Malware, Hapus Segera Dari Androidmu

"Bahkan jika pemangku kepentingan sejalan dengan ketahanan dunia maya, faktor manusia adalah mata rantai terlemah dari pertahanan keamanan dunia maya organisasi," imbuh dia. 

Ini ditandai dengan banyak insiden yang diakibatkan oleh karyawan yang ceroboh, dengan membuka email ber-malware yang tampak meyakinkan, atau membocorkan informasi kritikal perusahaan dalam serangan phishing yang ditargetkan.

Untuk tetap berada di depan ancaman dunia maya, organisasi berusaha untuk berkolaborasi dengan vendor keamanan dunia maya terpercaya, terutama yang memiliki kemampuan deteksi dan respons yang diperluas (XDR).

XDR menawarkan layanan dan keahlian mereka di bidang teknologi, organisasi, dan sumber daya manusia untuk memastikan inisiatif ketahanan dunia maya tetap terpenuhi.

Implementasi XDR memungkinkan aset keamanan siber untuk menyatukan data dari berbagai titik akhir. Memanfaatkan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin (AI/ML), analitik dan otomatisasi tingkat lanjut untuk secara proaktif mendeteksi dan merespons serangan siber dengan lebih cepat. Sekaligus mengurangi kompleksitas alat keamanan siber yang tidak memiliki integrasi dan interoperabilitas.

"Dengan mengalihdayakan XDR ke mitra terpercaya, organisasi dapat memperoleh akses ke keahlian dan teknologi yang tepat untuk mempercepat inisiatif ketahanan dunia maya. Sembari mengurangi beban kerja tim keamanan dunia maya internal, untuk mengelola tugas yang berada di luar lingkup layanan terkelola MxDR," Hia menjelaskan lebih jauh.

Kolaborasi dengan penyedia layanan MxDR terpercaya akan mempermudah organisasi, serta mampu mengatasi faktor manusia dalam ketahanan dunia maya dengan melatih karyawan agar lebih menyadari pentingnya keamanan.

"Organisasi akan dapat mengonsolidasikan intelijen ancaman, sambil memungkinkan pandangan holistik dan komprehensif dari seluruh tumpukan solusi mereka. Dan memungkinkan melakukan perburuan ancaman berbasis data secara lebih proaktif," ujar Hia.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 16:28 WIB

Apa yang Diharapkan pada Samsung Galaxy Unpacked 2025, Bakal Ada S25 Slim?

Galaxy Unpacked Januari 2025: Lompatan Besar Berikutnya dalam Pengalaman AI Seluler.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada Rabu (22/1/2025). (Sumber: Samsung)
Startup22 Januari 2025, 16:02 WIB

Antler Salurkan Pendanaan Senilai Rp49 Miliar kepada 25 Startup Tahap Awal di Indonesia

Antler Pertahankan Momentum Kuat di Indonesia, Mencatatkan 50 Investasi Selama Dua Tahun Terakhir Di Tengah Tantangan Pasar.
Antler. (Sumber: antler)
Automotive22 Januari 2025, 15:33 WIB

Harga dan Spesifikasi New Yamaha R25, Bawa Kapasitas Mesin 250CC

Tampil Sebagai Urban Super Sport, New Yamaha R25 Siap Geber Maksimal.
Yamaha R25 2025. (Sumber: Yamaha)
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)
Techno21 Januari 2025, 16:39 WIB

Upaya Donald Trump Mempertahankan TikTok di AS, Beri Perpanjangan Waktu 75 Hari

Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk menyelamatkan TikTok selama kampanye kemenangannya.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno21 Januari 2025, 15:50 WIB

Edits: Aplikasi Edit Video yang Fiturnya Banyak Mirip CapCut

Instagram meluncurkan aplikasi pengeditan video baru yang sangat mirip dengan CapCut.
Logo aplikasi Edits milik Instagram. (Sumber: istimewa)