Google memperkenalkan sejumlah pembaruan, dan ada dua fitur terbaru yang kami rasa akan sangat membantu kita dalam aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Patung Ini Dibuat dengan Bantuan AI, Terinspirasi Karya 5 Seniman Dunia
Virtual Try-On, Simulasi 'Mencoba Baju' Saat Belanja Online
Google meningkatkan opsi pencariannya, untuk memudahkan kita memecahkan masalah utama berbelanja pakaian secara online. Tidak lain adalah ketidakpastian tentang bagaimana penampilan kita sebenarnya, saat mengenakan pakaian yang akan kita beli secara online.
Fitur yang dinamakan Virtual Try On (VTO) ini, menggunakan teknik Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif untuk menunjukkan kesesuaian dan tampilan kain. Google telah mengujicoba fitur ini pada 14 Juni 2023.
Senior Staff Research Scientist, Shopping di Google, Ira Kemelmacher-Shlizerman, mengatakan bahwa untuk memahami cara kerja model ini, pengguna akan terlebih dahulu perlu memahami apa itu difusi. Sebuah proses menambahkan piksel ekstra (atau 'noise') secara bertahap ke gambar hingga tidak dapat dikenali. Kemudian menghilangkan noise sepenuhnya hingga gambar asli direkonstruksi dengan kualitas sempurna.
Model teks-ke-gambar ini terasa seperti Imagen, yang menggunakan difusi plus teks dari model bahasa besar (LLM), untuk menghasilkan gambar realistis hanya berdasarkan teks yang kita masukkan.
"Tetapi alih-alih menggunakan teks sebagai input selama difusi, kami menggunakan sepasang gambar: satu pakaian dan satu lagi orang. Selanjutnya melalui proses U-net, menghasilkan keluaran: gambar fotorealistik dari orang yang mengenakan pakaian. Kombinasi difusi berbasis gambar dan perhatian silang ini membentuk model AI baru kami," jelas dia, dilansir pada Kamis (15/6/2023).
Untuk membuat fitur VTO kami membantu dan serealistis mungkin, Google menempatkan model AI baru melalui pelatihan yang ketat. Google memperkaya data menggunakan Grafik Belanja Google, kumpulan data terlengkap di dunia dari produk, penjual, merek, ulasan, dan inventaris terbaru.
"Kami melatih model menggunakan banyak pasang gambar, masing-masing termasuk orang yang mengenakan pakaian dalam dua pose berbeda. Dalam skenario ini, model AI belajar mencocokkan bentuk baju dalam pose menyamping dengan orang dalam pose maju, dan sebaliknya. Sampai nantinya dapat menghasilkan gambar baju yang realistis pada orang tersebut dari semua sudut," kata dia.
Untuk meningkatkannya, Google mengulangi proses ini menggunakan jutaan pasang gambar acak dari pakaian dan orang yang berbeda. Hasilnya memungkinkan pengguna fitur ini menemukan seperti apa tampilannya bila pakaian itu mereka kenakan.
Google Lens Bisa Membantu Temukan Permasalahan Kulit
Pembaruan berikutnya disematkan oleh Google lewat Google Lens. Lens bukan hanya membantu mencari nama tanaman, benda bersejarah, arti marka dan rambu jalanan. Melainkan juga membantu mengidentifikasi hal-hal tentang kulit kita.
Dikabarkan oleh Engadget, untuk menggunakan fitur ini, kita cukup mengunggah gambar ke Lens, dan itu akan menampilkan gambar serupa.
"Pembaruan ini mungkin bagus untuk menentukan apakah Anda memiliki gigitan kutu. Tetapi, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter jika ada bintik-bintik yang Anda ragukan di kulit Anda," pesan Engadget.
Menjelaskan fitur terbaru dari Lens ini, Google mengungkap bahwa fitur ini juga berfungsi jika kita tidak yakin dengan 'cara menggambarkan sesuatu yang lain di tubuh kita, seperti benjolan di bibir, garis di kuku, atau rambut rontok di kepala'.
Alat tersebut ternyata telah dikembangkan oleh perusahaan lewat penelitian sekitar tiga tahun. Ini memiliki kumpulan data yang tidak teridentifikasi dari sekitar 65.000 gambar kondisi kulit yang telah didiagnosis, beberapa gambar masalah kulit yang dikurasi, dan contoh kulit sehat dari orang-orang di berbagai demografi.
Google mencatat bahwa, mereka mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, ras, dan jenis kulit saat mengembangkan alat tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine, sistem AI Google menunjukkan ketepatan yang cocok dengan ahli kulit bersertifikat Amerika Serikat, catat perusahaan itu.
Setelah menganalisis perincian ini, alat tersebut mencantumkan kemungkinan kecocokan dari databasenya dari 288 kondisi, memungkinkan pengguna untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Demikian dilaporkan lewat tulisan di Medical Device Network.
Sama seperti Engadget, media ini menegaskan kalau alat terbaru ini tidak menawarkan diagnosis dan bukan merupakan alternatif saran medis.
"Karena beberapa kondisi perlu dinilai secara klinis, secara langsung atau melalui tes seperti biopsi," sebut penulis.