Lima orang mahasiswa Telkom University berhasil menggagas platform yang membantu penyandang tuli untuk berkomunikasi, Katakan AI.
Platform itu sebelumnya telah memenangkan kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) yang diselenggarakan oleh Microsoft dan Telkom University, pekan lalu. Lomba ini meminta seluruh pesertanya berpartisipasi, untuk memecahkan tantangan dunia nyata yang dihadapi penyandang disabilitas –mulai dari kehidupan sehari-hari, pekerjaan, hingga komunikasi– dengan bantuan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
'Katakan AI' bekerja dengan cara membantu teman tuli berkomunikasi secara seamless, bersama teman dengar di ruang pertemuan virtual. Ide tersebut didesain dalam dua bentuk arsitektur. Pertama, sebagai platform desktop dan mobile 'Katakan AI' yang berdiri sendiri. Kedua, sebagai extension di platform penyedia layanan konferensi.
Dilansir dari laman Microsoft, Selasa (27/6/2023), terdapat empat fitur utama yang hendak dikembangkan dalam Katakan AI:
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Dapat Memprediksi Risiko Kanker Pankreas, Hanya Lewat Data Rekam Medis
1. Voice to text (Bahasa Indonesia). Di sini, AI akan digunakan untuk mengembangkan sistem penerjemah speech-to-text, sehingga teman tuli dapat memahami perkataan peserta teman dengar dengan membaca teks hasil terjemahan kata-kata mereka.
2. Penerjemah bahasa isyarat (gerakan tangan). Menggunakan kamera atau sensor gerakan yang dihubungkan dengan platform pertemuan virtual, AI akan dapat mengenali gerakan tangan teman tuli, untuk kemudian mengubahnya menjadi teks dan atau speech yang dipahami peserta teman dengar.
3. Chatbot untuk menemukan kosakata yang tidak dikenal. Menyediakan kemampuan memberikan definisi, sinonim, atau contoh dari kata-kata teman dengar yang sulit dipahami, chatbot ini dapat membantu teman tuli untuk menemukan dan memahami kosakata yang tidak mereka pahami ketika membaca teks hasil terjemahan voice to text, secara mudah dan cepat.
4. Caption dan subtitle media otomatis. AI dapat digunakan untuk memberikan caption dan subtitle otomatis dari media yang digunakan di pertemuan virtual, seperti slide presentasi, video, maupun media-media pendukung lainnya.
Selain 'Katakan AI', sejumlah ide lain juga mendapatkan penghargaan khusus. Misalnya, ide tongkat bantu jalan pintar bagi penyandang buta. Ada pula aplikasi tata rias berbasis AI, yang dapat membantu penyandang disabilitas penglihatan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian mereka saat merias diri.
Chief Financial Officer dan Diversity & Inclusion Lead Microsoft Indonesia, Krishna Worotikan, mengungkap bahwa ada lebih dari satu miliar penyandang disabilitas di dunia, dengan sekitar 650 juta di antaranya berada di Asia. Banyak dari mereka membutuhkan teknologi bantu, tetapi hanya satu dari 10 memiliki akses terhadap produk yang mereka butuhkan. Itulah sebabnya, mereka sangat bersemangat mengadakan acara Hackathon AI for Accessibility, bekerja sama dengan Telkom University.
"Ada begitu banyak ide fresh yang muncul untuk dimatangkan dan ditindaklanjuti, sehingga kita akan selangkah lebih dekat dalam mewujudkan dunia yang lebih inklusif, khususnya bagi teman disabilitas," ujarnya.
Dekan Fakultas Informatika Telkom University, Abdurahman Baizal, mengaku sangat bangga dengan kreativitas mahasiswa yang begitu mengagumkan. Mereka mampu come up dengan sudut pandang baru untuk membantu penyandang disabilitas.
Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menunjukkan, terdapat 22,5 juta penyandang disabilitas. Angka ini setara dengan kurang lebih 5% dari total penduduk.
"Kami percaya, adanya inovasi yang lahir dari acara seperti hackathon AI4A, dapat menjadi pendorong yang baik untuk mewujudkan dunia yang inklusif bagi semua," kata dia, dikutip lewat laman universitas.
Baca Juga: Twitter Berikan Waktu 1 Jam untuk Edit Cuitan, Hanya Berlaku bagi Pelanggan Twitter Blue