Salah satu pendiri dan CEO DeepMind, Demis Hassabis, mengatakan timnya akan membuat sistem AI yang dijuluki Gemini. Gemini disebutnya bakal lebih oke daripada ChatGPT, chatbot OpenAI.
Gemini DeepMind disebut Hassabis masih dalam pengembangan yang memakan waktu sekitar beberapa bulan ke depan.
Ia menjelaskan, Gemini adalah model bahasa besar yang bekerja dengan teks dan mirip dengan GPT-4. Laman Wired mengabarkan, Hassabis akan membawa timnya menggabungkan teknologi itu dengan teknik yang digunakan di AlphaGo. Itu bertujuan untuk memberi sistem kemampuan baru seperti perencanaan atau kemampuan untuk memecahkan masalah.
"Pada tingkat tinggi, Anda dapat menganggap Gemini sebagai kombinasi beberapa kekuatan sistem tipe AlphaGo, dengan kemampuan bahasa yang luar biasa dari model besar," kata Hassabis, dilansir pada Selasa (27/6/2023).
Hassabis mengatakan kalau mereka juga memiliki beberapa inovasi baru yang akan sangat menarik.
AlphaGo didasarkan pada teknik yang dipelopori oleh DeepMind yang disebut pembelajaran penguatan. Yang mana, perangkat lunak belajar untuk mengatasi masalah sulit. Lewat upaya berulang kali dan umpan balik, mengharuskan sistem untuk memilih tindakan yang akan dilakukan di Go atau video game.
Ketika Gemini selesai, maka Gemini dapat memainkan peran utama Google dalam merespon persaingan dengan ChatGPT dan teknologi AI generatif lainnya.
Mengembangkan Teknologi AI dengan Hati-Hati
Melatih model bahasa besar seperti GPT-4 milik OpenAI, harus melibatkan pengumpanan teks kurasi dalam jumlah besar dari buku, halaman web, dan sumber lain ke dalam perangkat lunak pembelajaran mesin (transformator).
Langkah itu memerlukan data terpola dalam pelatihan, agar menjadi ahli dalam memprediksi huruf dan kata yang harus mengikuti sepotong teks: sebuah mekanisme sederhana yang terbukti sangat kuat, dalam menjawab pertanyaan dan menghasilkan teks atau kode.
Hassabis telah membandingkan Gemini dengan kombinasi kekuatan sistem tipe AlphaGo yang ditambah beberapa inovasi baru yang menarik. Kunci kemenangan AlphaGo menurutnya, yakni pembelajaran penguatan, sebuah teknik yang memungkinkan perangkat lunak mengatasi masalah kompleks melalui upaya berulang dan umpan balik kinerja.
"Pengalaman mendalam DeepMind dengan pembelajaran penguatan, memungkinkan para penelitinya memberikan kemampuan baru kepada Gemini," kata dia kepada Big Tech Wire.
Google, terlepas dari peran perintisnya dalam AI, telah berhati-hati dalam menerapkan produk berbasis AI.
Sebetulnya, sejak debut ChatGPT, Google telah meluncurkan chatbotnya sendiri, Bard. Google juga memasukkan AI generatif ke dalam mesin pencari dan banyak produk lain milik mereka. Untuk meningkatkan penelitian AI, pada April 2023 perusahaan mulai menggabungkan DeepMind unit Hassabis dengan lab AI utama Google, Brain, selanjutnya membangun Google DeepMind.
Hassabis percaya, sinergi dari dua pembangkit tenaga AI ini akan berperan penting dalam mendorong inovasi AI di masa depan.
Navigasi dan Manajemen Risiko
Baca Juga: Qualcomm Perkenalkan Chipset Snapdragon® 4 Gen 2, Bakal Ada di Redmi dan Vivo
Soal AI, Hassabis menyatakan, ada potensi dan manfaat yang luar biasa dari kehadiran teknologi AI. Seperti penemuan ilmiah di bidang-bidang seperti kesehatan atau iklim, yang mengharuskan umat manusia untuk tidak berhenti mengembangkan teknologi.
"Jika dilakukan dengan benar, AI akan menjadi teknologi yang paling bermanfaat bagi umat manusia. Kita harus dengan berani dan berani mengejar hal-hal itu," ujarnya.
Tapi statement itu tidak bermakna Hassabis menganjurkan hasil pengembangan AI dengan terburu-buru.
Selain itu, seiring percepatan pengembangan AI, Hassabis mengakui risiko dan ketidakpastian yang terkait dengan itu. Termasuk kekhawatiran di antara pakar AI, perihal teknologi dapat dieksploitasi untuk tujuan jahat atau menjadi sulit untuk dikendalikan. Beberapa bahkan menyerukan penghentian pengembangan algoritma yang lebih kuat, untuk menghindari pembuatan entitas yang berpotensi berbahaya.
Baca Juga: Tips Mengendarai Motor Bagi Ibu Hamil
DeepMind telah menyadari potensi risiko AI sejak awal, dengan membuat grup internal 'Keamanan AI' yang dipimpin oleh salah satu pendiri perusahaan, Shane Legg.
Hassabis juga bergabung dengan tokoh AI terkenal lainnya, dalam mengeluarkan pernyataan peringatan tentang risiko terkait AI, yang dapat dibandingkan dengan perang nuklir atau pandemi.
Baca Juga: Para Pemimpin Industri Khawatirkan AI Bisa Sebabkan Kepunahan Manusia, Setara dengan Perang Nuklir