Baca Juga: Kereta Di Jepang Juga Pernah Telat Kok, Salah Satunya Karena Si Masinis Lupa Password Tablet
Universitas Harvard berencana untuk menggunakan chatbot kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang mirip dengan ChatGPT, sebagai instruktur pada kursus coding. Kabar ini ditulis oleh laman The Independent, yang kami lansir pada Kamis (29/6/2023).
Dalam rencana universitas, nantinya mahasiswa yang terdaftar di program Ilmu Komputer 50: Pengantar Ilmu Komputer (CS50) akan didorong untuk menggunakan alat kecerdasan buatan, saat kelas dimulai pada September 2023. Dosen AI ini kemungkinan akan bekerja pada model bahasa OpenAI GPT 3.5 atau GPT 4, menurut instruktur kursus.
Profesor CS50, David Malan, mengungkap bahwa pada akhirnya, mereka berharap dapat memperkirakan rasio guru:siswa 1:1 untuk setiap siswa di CS50. Karena dengan memberi mereka alat berbasis perangkat lunak itu selama 24 jam dalam tujuh hari, itu dapat mendukung pembelajaran mereka dengan cepat.
"Memberikan dukungan yang disesuaikan dengan pertanyaan khusus mahasiswa, telah lama menjadi tantangan dalam skala besar melalui edX dan OpenCourseWare secara lebih umum. Dengan begitu banyak mahasiswa online, sehingga fitur ini akan bermanfaat bagi mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus," kata dia, kepada The Harvard Crimson.
Baca Juga: Efek Kelebihan dan Kekurangan Makan Daging untuk Tubuh
Mahasiswa Diminta Berhati-hati dengan Jebakan Masukan dari Chatbot
Bot AI akan menawarkan umpan balik kepada siswa, membantu menemukan bug dalam kode mereka atau memberikan umpan balik pada pekerjaan mereka, kata Profesor Malan.
Malan menambahkan, para siswa akan diperingatkan tentang jebakan AI, dengan mengatakan mereka harus selalu berpikir kritis ketika disajikan dengan informasi.
"Tetapi alat-alat itu hanya akan menjadi lebih baik melalui umpan balik dari siswa dan guru. Jadi, mereka juga akan menjadi bagian dari proses," ujarnya.
Seperti kita pahami saat ini, ChatGPT OpenAI menjadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat sepanjang masa sejak diluncurkan pada November 2022.
Chatbot mencapai 100 juta pengguna aktif dalam waktu dua bulan setelah diluncurkan, dengan pengguna tertarik dengan kemampuannya untuk melakukan berbagai tugas; mulai dari menulis puisi dan esai, hingga membuat kode komputer.
Baca Juga: The Dog and The Boy: Anime Netflix Jepang yang Dibuat Menggunakan AI
Alat AI lain yang diluncurkan untuk bersaing dengan ChatGPT termasuk Bard Google, yang memiliki kemampuan serupa dengan saingannya.
Pembaruan terbaru untuk Bard, memungkinkannya untuk tidak hanya menulis kode tetapi juga mengeksekusinya sendiri; yang diklaim Google, memungkinkannya untuk memecahkan masalah pada tingkat yang jauh lebih dalam daripada sistem AI generatif saat ini.
Meski demikian, pihak Harvard mengakui bahwa keakuratan dan 'halusinasi' AI tetap menjadi masalah signifikan dengan teknologi semacam itu. Bahkan Google telah memperingatkan, Bard tidak akan selalu benar, meskipun ada peningkatan.
Sederetan Chatbot yang 'Gantikan' Peran Manusia
1. Chatbot Menggantikan Hakim
Kali pertama, seorang hakim di Kolombia, yakni Hakim Juan Manuel Padilla Garcia, yang memimpin Pengadilan Sirkuit Pertama di kota Cartagen, menggunakan ChatGPT untuk membuat keputusan pengadilan.
Ia mengatakan, menggunakan alat AI untuk mengajukan pertanyaan hukum tentang kasus tersebut dan menyertakan tanggapannya dalam keputusannya, menurut dokumen pengadilan tertanggal 30 Januari 2023.
Kasus tersebut melibatkan perselisihan dengan perusahaan asuransi kesehatan, tentang apakah seorang anak autis harus menerima pertanggungan untuk perawatan medis.
Menurut dokumen pengadilan, pertanyaan hukum yang dimasukkan ke dalam alat AI termasuk "Apakah anak di bawah umur autis dibebaskan dari pembayaran biaya terapi mereka?" dan "Apakah yurisprudensi mahkamah konstitusi membuat keputusan yang menguntungkan dalam kasus serupa?"
2. Chatbot Jadi Alternatif Pegawai Pemerintahan
Sejumlah kota di Jepang dikabarkan akan memakai ChatGPT, untuk menggantikan pekerja manusia. Hal itu dilakukan oleh pemerintah distrik di negara setempat, untuk menyiasati kekurangan sumber daya manusia.
Kabar penggunaan tenaga kecerdasan buatan dan ChatGPT itu dilaporkan oleh The Japan Times, yang kami akses pada Minggu (30/4/2023).
Mereka menuliskan, di antara lembaga keuangan besar di negara itu, Broker Daiwa Securities telah memimpin dalam mengadopsi chatbot ChatGPT, untuk membantu karyawannya bekerja lebih efisien.
Daiwa Securities mulai menggunakan ChatGPT dan teknologi itu dan menggambarkan keputusan itu memiliki 'potensi yang sangat besar'. Daiwa Securities menggunakannya dengan tujuan untuk merampingkan tugas sehari-hari, termasuk pengumpulan informasi dalam bahasa Inggris.
3. Chatbot Menjadi Pemimpin Ibadat di Gereja
Di gereja sekitar kita, seorang pendeta atau pastor mungkin masih dipercaya menjadi pemimpin ibadat bersama jemaat. Tetapi pada Juni 2023, chatbot ChatGPT karya OpenAI memimpin ibadat bagi jemaat Kristen Protestan di gereja St. Paul, wilayah Kota Fuerth, Bavaria, Jerman.
Arstechnica mengabarkan, ini merupakan gagasan dari Jonas Simmerlein, seorang teolog dan filsuf dari Universitas Wina. Isi khotbah berfokus pada topik meninggalkan masa lalu, mengatasi rasa takut akan kematian, dan tidak pernah kehilangan keyakinan kepada Yesus Kristus.
Dalam laman berita Associated Press, dituliskan kalau sosok buatan ChatGPT itu dihadirkan berbentuk empat avatar dengan persona berbeda-beda; dua lelaki dan dua perempuan. Sosok yang diciptakan chatbot berkhotbah kepada lebih dari 300 orang yang hadir sekitar 40 menit lamanya.