Baca Juga: Menggunakan Bantuan Kecerdasan Buatan untuk Memilih Motif Tirai di Rumah? Bisa Dicoba
Inggris akan meluncurkan uji klinis 'transplantasi kotoran' yang diyakini oleh para peneliti dapat mengobati penyakit hati stadium lanjut, dan melawan resistensi antimikroba.
Laman resmi King's College London yang kami akses menuliskan, para peneliti uji coba ini juga memberikan bukti untuk pertama kalinya bahwa, transplantasi tinja dapat meningkatkan kesehatan usus secara dramatis.
Uji coba PROMISE itu dipimpin oleh King's College London, didanai oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR) dan Medical Research Council (MRC).
Penelitian ini akan merekrut pasien sirosis dari seluruh Inggris, untuk menguji efektif tidaknya pemberian kapsul Transplantasi Mikrobiota Tinja (FMT) secara oral dari tinja yang dibekukan dan dikeringkan milik sukarelawan yang sehat dalam mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
"Penyakit hati kronis stadium akhir, yang dikenal sebagai sirosis (jaringan parut yang tidak dapat dipulihkan pada hati), merupakan penyebab kematian dan hilangnya masa kerja terbesar ketiga di Inggris," tulis laman itu, kami kutip Kamis (6/7/2023).
Peneliti PROMISE menjelaskan, tubuh manusia mengandung triliunan bakteri. Tetapi penderita sirosis memiliki peningkatan jumlah bakteri 'jahat' di dalam usus, yang membuat mereka sangat rentan terhadap sejumlah infeksi.
"Pemberian antibiotik yang berlebihan berarti antibiotik menjadi kurang efektif untuk mengobati infeksi ini, dan usus dapat terinfeksi dengan 'kuman super'. Infeksi pada penderita sirosis sering kali parah dan dapat berakibat fatal," kata mereka.
Para peneliti dari King's College London menunjukkan, bakteri usus yang buruk pada pasien-pasien ini dapat digantikan dengan bakteri yang sehat dari sukarelawan yang sehat dalam suatu proses yang dikenal sebagai FMT.
Temuan dari uji coba FMT awal kelompok penelitian ini, uji coba PROFIT yang juga didanai oleh NIHR, diumumkan minggu ini di Kongres EASL 2023 di Wina, Austria.
Uji coba PROFIT adalah uji coba keamanan dan kelayakan terhadap 32 orang yang merupakan uji coba pertama dari jenisnya pada pasien hati di Eropa. Dalam uji coba ini, FMT diberikan melalui endoskopi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, FMT tidak hanya aman dan dapat ditoleransi dengan baik pada pasien-pasien ini. Tetapi juga dapat memodifikasi mikrobiota usus, meningkatkan fungsi penghalang usus dan kekebalan mukosa antimikroba, serta meningkatkan metabolisme racun amonia.
Temuan-temuan signifikan ini membawa harapan baru bagi pasien yang bergulat dengan sirosis lanjut, selain itu menawarkan terobosan potensial dalam pengobatan mereka.
Langkah selanjutnya adalah membuka uji coba PROMISE, di mana FMT akan diberikan melalui kapsul sehingga tidak memerlukan prosedur endoskopi invasif.
Kepala Peneliti uji coba PROMISE, Profesor Debbie Shawcross dari School of Immunology & Microbial Sciences, ia mengatakan bahwa percobaan ini memberikan bukti penting. Yakni, transplantasi feses dapat meningkatkan kesehatan usus dengan memodifikasi mikrobioma usus dan mengurangi kadar amonia pada pasien sirosis.
"Temuan awal dari PROFIT merupakan berita yang menjanjikan bagi pasien dengan penyakit hati kronis, yang sangat membutuhkan pilihan pengobatan alternatif," urainya.
Ia juga menambahkan, pihaknya sekarang memperluas uji coba ini secara nasional kepada 300 pasien di seluruh Inggris dalam uji coba PROMISE.
Pasien mereka mengatakan kalau lebih suka mengkonsumsi tablet daripada menjalani endoskopi. 'Kapsul', yang tidak memiliki rasa atau bau seperti namanya, mungkin menawarkan harapan baru bagi pasien sirosis yang kehabisan pilihan pengobatan.
"Dalam banyak kasus, satu-satunya pilihan pengobatan definitif untuk pasien sirosis adalah transplantasi hati. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan dengan aman jika pasien memiliki infeksi yang kebal terhadap antimikroba," jelas dia, di laman National Institute for Health and Care Research.
Bahkan, imbuh dia, pasien dengan sirosis memiliki risiko yang sangat tinggi untuk mengalami resistensi antimikroba, karena paparan antibiotik yang tidak proporsional; 25% pasien menggunakan antibiotik jangka panjang.
Dalam mengatasi penyakit yang lain, beberapa Lembaga uji coba juga telah banyak mencoba metode feacal transplant, FMT contohnya. Tahun lalu mereka mengantongi izin dari regulator dunia untuk melakukan penelitian mengenai ‘kotoran’ yang dapat menjadi obat.
Lembaga penelitian medis yang terletak di Australia ini mengambil kotoran seseorang dengan usus yang sehat, kemudian memasukkannya ke dalam usus orang yang tidak sehat untuk mengisi kembali lingkungan mikro bakteri dalam usus penerima dengan mikroorganisme yang sehat.
Melansir dari The Guardian, seorang ahli FMT dan mikrobiota dari Hudson Institute of Medical Research di Melbourne, Sam Forster, mengatakan bahwa bagi sebagian orang yang ususnya terganggu oleh antibiotik atau perawatan medis lainnya, seolah-olah hutan hujan internal mereka (mikrobioma) telah diratakan dengan tanah. Kemudian bakteri C diff muncul seperti rumput liar dan mulai memproduksi racun.
"Kalian perlu menaruh sesuatu di sana untuk menempati ruang tersebut... untuk menghalangi pesaing yang lebih lemah. Hal itu menghasilkan kesembuhan bagi pasien, karena tidak ada lagi racun yang dihasilkan oleh C. diff. Mereka sekarang memiliki hutan hujan sehingga mereka tidak mengalami infeksi ulang," sebut dia.
Terdapat bukti, obat ini dapat bekerja untuk mengobati kolitis ulserativa dan jenis penyakit radang usus lainnya.
Ada juga penelitian yang menjanjikan tentang bagaimana obat ini dapat bekerja dalam kombinasi dengan imunoterapi kanker. Pada penelitian itu, obat ini dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar terapi lebih efektif.
Baca Juga: Mengenal Murena Fairphone 4, Smartphone dengan Sistem Operasi Android Berorientasi Privasi