Enam tim peneliti pada hari demo AI & Local News Initiative NYU Media Lab, pada akhir Juni 2023 mengungkap, teknologi artificial intelligence (AI) dapat menjadi kunci mendasar yang mengubah cara pengumpulan dan produksi berita lokal.
Dan sekarang di tahun keduanya, inisiatif tersebut ditugaskan membantu organisasi berita lokal untuk memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan untuk mendorong kesuksesan. Itu didukung sebagai bagian dari hibah $3 juta dari Knight Foundation dalam kemitraan dengan Associated Press, Lab Berita Lokal Brown Institute, Lab Media NYC, dan Kemitraan untuk AI.
Kelompok yang bergerak tahun ini, mencakup campuran tim dari akademisi dan industri swasta. Dalam laporan layanan berita NYU Tandon, disebutkan kalau mereka berkumpul bersama selama kursus pengembangan 12 pekan. Goal yang dituju, membangun aplikasi AI untuk berita lokal guna memberdayakan jurnalis, mendukung keberlanjutan organisasi berita, serta menyediakan informasi berkualitas untuk berita lokal dan pemirsa berita.
Community and Project Lead untuk inisiatif tersebut, Matt Macvey, mengatakan bahwa ada nilai untuk dapat menyatukan orang-orang yang menangani masalah ini dari banyak sudut yang berbeda. Dan itulah yang mereka coba fasilitasi.
Baca Juga: Samsung Galaxy A04s Kini Hadir dengan Memori 128GB
"Ini juga menciptakan peluang, karena jika organisasi berita yang ada di luar sana bekerja dengan baik, maka mereka dapat terus mengomunikasikan nilai dan menjaga kepercayaan dengan pembaca," katanya, kepada Engadget, dilansir Selasa (11/7/2023).
"Menurut saya, kita bisa mendapatkan ekosistem informasi di mana sumber berita tepercaya menjadi lebih bernilai; yakni ketika menjadi lebih mudah [bagi siapapun] untuk membuat konten [yang dihasilkan AI] berkualitas rendah," lanjut dia.
Keenam tim yang dimaksud tersebut termasuk Bangla AI. Mereka ini mengembangkan platform web, menampilkan dan menerjemahkan berita yang relevan ke dalam bahasa Bengali, untuk jurnalis dan komunitas imigran Bangladesh yang cukup besar di New York City.
Anggota tim Bangla AI, MD Ashraful Goni, menyebut ada lebih dari 200.000 imigran resmi Bangladesh tinggal di Amerika Serikat, setengahnya di New York City. Namun hanya setengah dari populasi yang fasih berbahasa Inggris.
"Bangla AI akan mencari informasi yang relevan dengan masyarakat Bengali, yang telah dipublikasikan di media arus utama. Kemudian berita itu akan diterjemahkan untuk mereka. Jadi ketika jurnalis menggunakan AI Bangla, mereka akan melihat informasi dalam bahasa Bengali, bukan dalam bahasa Inggris," tuturnya.
Sistem ini juga akan menghasilkan ringkasan unggahan media arus utama, baik dalam bahasa Inggris dan Bengali.
Demikian pula, tim dari Chequeado, sebuah organisasi nirlaba yang melawan disinformasi dalam wacana publik memamerkan perkembangan terbaru dari platform Chequeabot, Monitorio.
Ini memanfaatkan AI dan kemampuan pemrosesan bahasa alami, untuk merampingkan upaya pemeriksaan fakta di media berbahasa Spanyol. Dasbornya terus memantau media sosial, untuk mencari tren informasi yang salah dan memberi tahu pemeriksa fakta, sehingga mereka dapat menumpulkan viralitas karya tersebut.
Anggota tim Chequeado, Marcos Barroso, menyatakan bahwa diperlukan kemampuan teknologi semacam ini untuk masuk ke ruang redaksi yang kekurangan sumber daya dan meningkatkan kapasitasnya. Selanjutnya memungkinkan kerja mereka menjadi lebih efisien.
Baca Juga: Ingin Meningkatkan Jumlah Penggunanya, Tumblr Hadirkan Feed yang Terinspirasi dari TikTok
Apakah revolusi AI tetap bersahabat dengan para jurnalis, mungkin masih harus dikaji betul. Meskipun demikian, Macvey tidak menampik kalau sebagian besar organisasi berita, terutama organisasi berita lokal, sangat kekurangan sumber daya dan staf.
"Sehingga ada lebih banyak hal yang terjadi di luar sana daripada yang dapat mereka liput. Jadi menurut saya, alat seperti AI memungkinkan jurnalis dan staf redaksi mendapatkan lebih banyak bandwidth," terangnya.
Seperti diketahui, akurasi dan menjaga kredibilitas sebagai sumber berita tepercaya merupakan isu utama bagi jurnalis. Kalangan jurnalis juga memprediksi, fenomena ChatGPT dan aplikasi berbasiskan kecerdasan buatan (AI) akan menghadirkan tantangan yang semakin besar untuk jurnalisme autentik.
Cision, platform analisis konsumen dan media, serta komunikasi yang komprehensif, membantu praktisi hubungan masyarakat, pemasaran, dan komunikasi di seluruh dunia untuk mempelajari, memengaruhi, dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan, merilis publikasi tahunan State of the Media Report ke-14.
Publikasi ini memuat respons lebih dari 13.000 jurnalis di 17 pasar global. Lebih lagi, publikasi ini mengulas isu yang dihadapi jurnalis seputar pemberitaan dan akurasi konten, serta tantangan untuk menangkal disinformasi.
Dari publikasi itu diketahui, lebih dari seperempat jurnalis (27%) menilai, tantangan terbesarnya adalah menjaga kredibilitas sebagai sumber berita tepercaya. Lebih lagi, terkait dengan jurnalis masa depan, banyak responden ingin mengurangi 'bias' dan memisahkan 'fakta dari opini'.
Chief Marketing Officer (CMO) Cision, Putney Cloos, menjelaskan temuan ini. Jurnalis dan praktisi komunikasi lebih berpeluang menjalin kemitraan autentik, yang berbasiskan sikap saling percaya serta mencapai tujuan bersama, untuk menyampaikan berita secara jujur dan akurat di tengah perubahan lanskap media.
"Jurnalis kini semakin mengutamakan data yang kredibel dan tepercaya, serta narasumber yang tidak berpihak. Maka, praktisi komunikasi dapat dan harus membantu mereka. Dengan bekerja sama, di tengah disrupsi besar ini, jurnalis dan komunikator mampu menjaga dan bahkan meningkatkan mutu jurnalisme," tandasnya.