Tentang Kebijakan Keamanan Penggunaan AI di Inggris, Realita atau Sekadar Citra?

Uli Febriarni
Selasa 18 Juli 2023, 17:42 WIB
perdana menteri Inggris, Rishi Sunak (Sumber : Getty Images)

perdana menteri Inggris, Rishi Sunak (Sumber : Getty Images)

Pemerintah Inggris telah mencoba untuk menumbuhkan citra dirinya sebagai pendorong dan penggerak internasional; khususnya dalam bidang keamanan Artificial Intelligence (AI) yang baru lahir dalam beberapa pekan terakhir. 

Pemerintah Inggris mengumumkan tentang pertemuan yang akan datang tentang topik tersebut bulan lalu. Itu bersamaan dengan janji akan menghabiskan £ 100 juta untuk satuan tugas percontohan, yang akan melakukan penelitian keamanan AI yang canggih.

Namun, pemerintah yang sama, yang dipimpin oleh perdana menteri Inggris dan penggemar berat Silicon Valley, Rishi Sunak, telah menghindari kebutuhan atas pengesahan undang-undang domestik baru untuk mengatur aplikasi AI.

Baca Juga: 3 Kondisi Kesehatan yang Harus Diwaspadai Saat Cuaca Panas, Termasuk Potensi Diabetes

Inggris juga tengah meloloskan reformasi deregulasi kerangka kerja perlindungan data nasional yang berisiko merugikan keamanan AI.

Yang terakhir disebut adalah rekomendasi salah satu dari beberapa kesimpulan yang dibuat oleh Ada Lovelace Institute, yang berfokus pada penelitian independen, bagian dari yayasan amal Nuffield Foundation. Diketahui lewat sebuah laporan baru yang membahas pendekatan Inggris dalam mengatur AI; yang terdengar diplomatis, tetapi terkadang cukup membingungkan bagi para menteri.

Laporan ini berisi 18 rekomendasi lengkap untuk meningkatkan kebijakan/kredibilitas pemerintah di bidang ini,yaitu jika Inggris ingin dianggap serius dalam topik ini.

Ada Lovelace Institute mengadvokasi definisi keamanan AI yang mahal, mencerminkan berbagai macam bahaya yang muncul ketika sistem AI 'menjadi lebih mampu dan tertanam dalam masyarakat', kata mereka.

"Jadi, laporan ini membahas tentang bagaimana mengatur 'bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sistem AI saat ini." Sebut saja bahaya AI di dunia nyata," tulis TechCrunch, dilansir Selasa (18/7/2023).

Media ini seraya menyatakan, yang dimaksud dalam definisi nyata adalah benar-benar riil. Bukan dengan teori yang terinspirasi dari fiksi ilmiah tentang kemungkinan risiko di masa depan, yang telah digembar-gemborkan oleh tokoh-tokoh terkenal di industri teknologi akhir-akhir ini, yang tampaknya bertujuan untuk menarik perhatian para pembuat kebijakan.

Baca Juga: Oppo Reno10 Seri Lengkap Dipastikan Masuk ke Indonesia, Ini Situs Pendaftaran Minatnya

Baca Juga: Cari Smartphone yang Cocok untuk Tim Pengawas Gudang dan Surveyor? Tengok Samsung Galaxy Enterprise Edition

Untuk saat ini, dapat dikatakan bahwa pendekatan pemerintah Sunak dalam mengatur keamanan AI (di dunia nyata) sangat kontradiktif. Ia banyak menggunakan pernyataan yang mencolok dan dipimpin oleh pelaku industri.

"Mereka-mereka ini kerap mengatakan ingin memperjuangkan keamanan. Namun tidak ada kebijakan yang jelas dalam menetapkan aturan substantif, untuk melindungi diri dari berbagai risiko dan bahaya, yang kita tahu dapat mengalir dari penggunaan dunia virtual yang tidak tepat," lapor laman itu.

Awal tahun ini, pemerintah Britania Raya menerbitkan pendekatan yang lebih disukai untuk mengatur AI di dalam negeri. Yakni, dengan mengatakan bahwa mereka tidak melihat perlunya undang-undang baru atau badan pengawas pada tahap ini.

Dokumen pemerintah tersebut menawarkan lima prinsip-prinsip fleksibel yang disarankan oleh pemerintah. Tujuannya agar regulator yang sudah ada -yang spesifik untuk sektor tertentu (dan/atau lintas sektor)- harus 'menafsirkan dan menerapkannya pada AI sesuai dengan kewenangannya', tulis pernyataan tersebut.

Hanya saja, tanpa kekuatan hukum baru atau pendanaan tambahan untuk mengawasi penggunaan AI yang baru.

Untuk diketabui, lima prinsip yang ditetapkan dalam dokumen kebijakan tersebut adalah: Keselamatan, keamanan, dan ketahanan; Transparansi dan penjelasan yang tepat; Keadilan; Akuntabilitas dan tata kelola; Kontestabilitas dan ganti rugi.

"Semuanya terdengar bagus di atas kertas, tetapi kertas saja jelas tidak akan cukup untuk mengatur keamanan AI," demikian kritik TechCrunch.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Hobby22 Februari 2025, 16:51 WIB

Mau Beli Akun atau Joki Gim? BangJohn Bisa Jadi Opsi

Platform ini Tawarkan Solusi Transaksi yang Aman dan Nyaman bagi Gamers.
BangJohn memungkinkan konsumen untuk jual, beli, dan joki gim. (Sumber: istimewa)
Techno21 Februari 2025, 23:29 WIB

Instagram Tambahkan Sejumlah Fitur DM Baru dalam Pembaruannya

Pembaruan DM meliputi berbagi musik, penjadwalan pesan, penerjemahan, dan banyak lagi.
Sejumlah pembaruan di pesan langsung (DM) Instagram. (Sumber: Meta)
Culture21 Februari 2025, 18:19 WIB

Sarkem Fest 2025 Digelar 2 Hari, Ini Daftar Acaranya

Sarkem Fest menampilkan tradisi ruwahan apeman.
Sarkem Fest 2025.
Techno21 Februari 2025, 18:08 WIB

Wacom Intuos Pro Dirombak Total, Tersedia dalam 3 Ukuran

Jajaran Intuos Pro 2025 telah dirampingkan dan dilengkapi kontrol dial mekanis baru yang dapat disesuaikan..
Wacom Intuos Pro. (Sumber: Wacom)
Lifestyle21 Februari 2025, 17:51 WIB

NJZ Menjadi Bintang dalam Kampanye Denim Musim Semi 2025 Calvin Klein

Pengumuman ini merupakan yang pertama setelah perubahan nama mereka menjadi NJZ.
Member NJZ jadi model untuk koleksi pakaian musim semi 2025 dari Calvin Klein. (Sumber: Calvin Klein)
Techno21 Februari 2025, 17:08 WIB

Apple Tak Lagi Produksi iPhone 14 dan Setop Pakai Port Lightning

Apple telah beralih ke USB-C yang dimulai dari iPhone 15.
iPhone 14 (Sumber: Apple.com)
Automotive21 Februari 2025, 16:15 WIB

IIMS 2025: KIA Pajang New Sonet dan New Seltos, Begini Spek dan Harganya

Kedua SUV ini siap menemani perjalanan perkotaan hingga petualangan luar kota.
KIA New Sonet dipajang di IIMS 2025. (Sumber: KIA)
Techno21 Februari 2025, 15:23 WIB

Oppo Find N5 Rilis Global, Ponsel Lipat Tertipis di Dunia Saat Ditutup

Ini adalah perangkat lipat yang sangat tipis dengan baterai jumbo.
Oppo Find N5 dalam warna Cosmic Black dan Misty White. (Sumber: Oppo)
Automotive20 Februari 2025, 19:40 WIB

VinFast VF 3 Diniagakan di Indonesia, Ada Promo untuk Pembelian di IIMS 2025

Mobil ini bisa menjadi kompetitor untuk Wuling Air ev.
VinFast VF 3. (Sumber: vinfast)
Techno20 Februari 2025, 19:05 WIB

Huawei Rilis 3 Perangkat Baru, Ada Tablet hingga Gelang Kebugaran

Ketiga gadget ini dihadirkan bersamaan dengan ponsel lipat tiga pertama di dunia milik perusahaan.
Huawei memberi pembaruan untuk tablet pintar MatePad Pro 13.2 inci. (Sumber: Huawei)