Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan, dalam penerapan transformasi digital.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) menilai, langkah strategis ini diyakini menjadikan industri mamin nasional berdaya saing global. Karena mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan dipacu untuk meningkatkan ekspor.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin RI, Putu Juli Ardika, mengungkap bahwa peta jalan Making Indonesia 4.0 tidak hanya fokus pada aplikasi teknologi, tetapi juga berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan R&D di sektor industri.
Baca Juga: Kominfo Sesumbar, Janji Bisa Tangani Konten Judi Online Hanya Dalam Waktu 2-3 Jam
Baca Juga: CEO OpenAI Khawatir Produk Kecerdasan Buatan Bisa Kacaukan Integritas Pemilu 2024
Dalam keterangannya, Putu mengemukakan, selama ini industri mamin berperan peran penting menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Hal ini dibuktikan dari kontribusi sektor mamin pada triwulan I tahun 2023 sebesar 38,61 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, dan 6,47% terhadap PDB nasional," kata dia, dilansir pada Sabtu (22/7/2023).
Ia menjelaskan, industri makanan dan minuman mulai kembali bangkit setelah mengalami pukulan akibat pandemi Covid-19. Pada triwulan I-2023 (y-o-y), industri makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 5,33%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 sebesar 3,75%.
Terlebih lagi, mengacu pada Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kemenperin, industri mamin termasuk subsektor yang konsisten berada di level ekspansi.
"Ini mencerminkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dari para pelaku industri mamin dalam menjalankan usahanya di Indonesia," urainya.
Menurut Putu, digitalisasi membawa efek positif bagi sektor industri dalam upaya meningkatkan nilai ekspornya. Sebagai contoh, saat ini terdapat penerapan regulasi EU Regulation on Deforestation di kawasan Uni Eropa. Regulasi ini menuntut para pelaku industri di Indonesia, seperti sektor mamin, untuk menunjukkan bukti sertifikasi dan verifikasi bahwa produknya tidak berdampak pada deforestasi.
"Melalui digitalisasi, kita bisa melakukan traceability terhadap produk-produk kita untuk bisa menembus pasar ekspor. Kami meyakini, industri makanan dan minuman bisa melakukannya dengan baik," tutur Putu lebih lanjut.
Upaya digitalisasi ini telah dijalankan oleh pelaku industri pengolahan susu di dalam negeri, mulai dari peternakan, tempat pengumpulan susu, hingga pada proses pengolahan.
Oleh karena itu, Kemenperin terus menyelenggarakan kegiatan pendampingan industri 4.0, guna semakin mendongkrak kinerja industri mamin nasional. Kegiatan pendampingan bisa diawali dengan penyiapan SDM industri yang kompeten untuk melakukan percepatan transformasi digital.
"Tahapannya meliputi sesi yang berisi penyampaian pengetahuan tentang industri 4.0 dan pembelajaran pembuatan pilot project melalui pelatihan berbasis kompetensi (PBK)," terang Putu.
Baca Juga: 'Telegram Stories' Rilis Untuk Pengguna Premium
Jenjang selanjutnya adalah sesi pendalaman yang didampingi oleh tenaga ahli dan instruktur, tentang pengetahuan dan penggalian ide implementasi industri 4.0 di perusahaan. Tingkat berikutnya, proses internalisasi dan presentasi pilot project di depan Board of Director (BOD), didampingi oleh tenaga ahli dan asesor.
Apabila pilot project ini dapat diimplementasikan, maka SDM tersebut akan diberikan fasilitas sertifikasi kompetensi. Ia selanjutnya diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam bidang transformasi industri 4.0 di sektor industri makanan dan minuman.
Putu optimistis, kegiatan pendampingan mampu mengakselerasi industri mamin dalam menerapkan transformasi digital 4.0 secara tepat, akurat, aman dan terukur.
Merujuk data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, hingga saat ini sebanyak 114 perusahaan makanan dan minuman telah mengisi self assessment INDI 4.0; merupakan indeks acuan untuk mengukur tingkat kesiapan industri untuk bertransformasi menuju industri 4.0.
Nilai INDI 4.0 diperoleh dari hasil self assessment perusahaan industri, yang telah diberikan pembekalan pengetahuan terkait dengan industri 4.0; antara lain mengenai strategi serta langkah-langkah perusahaan industri dalam bertransformasi menuju industri 4.0.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, menerangkan bahwa kegiatan pendampingan industri 4.0 ini menjadi dasar dalam pengembangan SDM kompeten, untuk dapat menerapkan industri 4.0.