Kecerdasan buatan atau teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin hari semakin mendapat tempat berkembang. Namun demikian, kemampuan canggih ini disertai pula dengan ancaman. Mulai seperti memanipulasi tanpa izin, kloning, sampai pencurian langsung karya seni, foto dan gambar.
Bila sebelumnya kita melindungi karya atau foto dengan teknik tanda air (watermark), di era AI seperti sekarang kita butuh teknologi 'PhotoGuard', yang dikembangkan oleh Laboratorium Komputer dan AI Massachusetts Institute of Technology (MIT CSAIL).
Seperti kita tahu, kini ada banyak bot maupun teknologi AI yang bisa mengubah gambar foto, video sampai suara kita menjadi persis seperti orang lain. Kondisi inilah yang mendorong keberadaan PhotoGuard tambah krusial.
PetaPixel yang mempublikasikan teknologi ini sejak 2022, menyebut bahwa PhotoGuard bekerja dengan mengubah piksel tertentu dalam gambar, sedemikian rupa sehingga akan mengganggu kemampuan AI untuk memahami gambar tersebut (noise).
Gangguan yang dimaksud itu, seperti yang dirujuk oleh tim peneliti, tidak terlihat oleh mata manusia tetapi mudah dibaca oleh mesin.
Tim peneliti di MIT CSAIL yang meneliti ini dipimpin oleh profesor komputer Aleksander Madry.
Baca Juga: Honda Mulai Track Testing Civic Type R-GT, Tunggu Laga Debut Seri Super GT 2024
"Dalam makalah tersebut, tim peneliti menggunakan perangkat lunak Photoguard untuk mengujinya di foto Instagram komedian Trevor Noah dan Michael Kosta, yang sedang menghadiri pertandingan tenis," tulis PetaPixel dilansir Selasa (25//2023).
Setelah PhotoGuard diakifkan ke dalam foto asli Noah dan Kosta, AI tidak dapat mengedit foto tersebut. Kalaupun penjahat berusaha untuk tetap mengeditnya, maka hasil akhirnya terlihat jauh lebih buruk.
Baca Juga: Jepang Kembangkan Superkomputer, Kejar Ketertinggalan dalam Infrastruktur AI
Dalam sebuah wawancara dengan Gizmodo, November 2022, peneliti MIT Haiti Salman mengatakan, Photoguard hanya membutuhkan beberapa detik untuk memasukkan noise ke dalam foto.
Salman menjelaskan, gambar beresolusi lebih tinggi bekerja lebih baik karena menyertakan lebih banyak piksel yang dapat diganggu dengan sangat teliti.
Dia berharap teknologi Photoguard dapat diadaptasi oleh perusahaan media sosial, sehingga mereka dapat memastikan bahwa gambar yang diunggah individu terlindungi dari model AI.
Metode serangan 'difusi' yang lebih maju dan intensif dalam komputasi PhotoGuard, menyamarkan gambar sebagai gambar yang berbeda di mata AI. Ini akan menentukan gambar target dan mengoptimalkan gangguan pada gambarnya agar menyerupai targetnya.
"Pengeditan apapun yang coba dilakukan oleh AI pada gambar yang 'diimunisasi' PhotoGuard, akan diterapkan pada gambar 'target' palsu. Nantinya hanya akan menghasilkan gambar tampak tidak realistis," tuturnya.
Selain itu juga, difusi yang terjadi memaksa model untuk mengedit beberapa gambar target (yang juga bisa berupa gambar abu-abu atau acak).
Menurut Salman, hadirnya teknologi PhotoGuard ini adalah sebuah pendekatan kolaboratif; melibatkan pengembang model, platform media sosial, dan pembuat kebijakan dalam menghadirkan pertahanan yang kuat terhadap manipulasi gambar yang tidak sah.
"Mengerjakan masalah mendesak ini sangat penting hari ini," kata Salman dalam laporan yang lebih baru, diakses lewat Engadget.
"Dan meskipun saya senang berkontribusi untuk solusi ini, banyak pekerjaan yang diperlukan untuk membuat perlindungan ini praktis. Perusahaan yang mengembangkan model ini perlu berinvestasi dalam rekayasa imunisasi yang kuat terhadap kemungkinan ancaman yang ditimbulkan oleh alat AI ini," tandasnya.
Baca Juga: Nonton Konser di Luar Negeri? Airasia Superapp Hadirkan Kampanye Superapp Super Sale