Hoaks Lama-lama Bisa Dipercaya, Ini Penyebabnya

Uli Febriarni
Kamis 15 September 2022, 22:00 WIB
social media users / we are social in CfDS

social media users / we are social in CfDS

Sejumlah pakar dan pemerhati mewaspadai sejumlah fenomena yang kerap muncul di platform digital, saat tahapan Pemilu berjalan. Bahkan menurut mereka, hal itu perlu diwaspadai sejak sekarang. Menjelang terselenggaranya Pemilu 2024 di Indonesia, salah satu fenomena yang hingga kini masih belum dapat terselesaikan secara tuntas adalah penyebaran kabar bohong (hoaks) lewat media sosial (medsos).

Misalnya seperti dikemukakan oleh Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Faiz Rahman, Kamis (15/9/2022). Dalam penelitian yang dilakukan CfDS pada kurun 2019-2020 diketahui Indonesia punya potensi digital yang sangat besar. Ia mengutip laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif medsos di Indonesia ada sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Angka itu terus meningkat setiap tahunnya. Walau demikian, pertumbuhannya mengalami fluktuasi sejak 2014-2022. Kenaikan jumlah pengguna medsos tertinggi mencapai 34,2% pada 2017. Whatsapp menjadi kanal yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, dengan persentase pengguna mencapai 88,7%. Disusul Instagram dan Facebook dengan persentase masing-masing sebesar 84,8% dan 81,3%. Sementara itu untuk pengguna TikTok ada sebanyak 63,1% dan Telegram mencapai 62,8%.

"Mungkin saat ini jumlahnya sudah bertambah lebih banyak lagi," kata dia. 

Menurut Faiz, ranah digital merupakan sasaran empuk bagi peserta Pemilu untuk berlomba meraih suara. Apalagi saat ini rentang pengguna medsos di masa kini lebih luas dan banyak. Bukan hanya generasi muda, melainkan generasi yang lebih tua dan generasi yang jauh lebih muda di bawahnya. 

"Ini potensi besar untuk memperkenalkan diri, meraih suara dan memenangkan pemilihan. Termasuk lewat penyebaran hate speech (ujaran kebencian), disinformasi. Dan semakin dekat Pemilu, jumlahnya semakin meningkat," terangnya.

"Diseminasi berita bohong itu 92,4% di medsos. Dan di medsos privat, ada potensi share (berbagi) berita bohong bisa dianggap kabar yang bisa dipercaya," terangnya.

Pasalnya, beberapa orang yang membaca berita bohong, mereka kemudian membagikannya kepada pengguna lain lewat sejumlah platform. Selain itu, informasi tersebut diunggah berulang dan dibagikan oleh lebih banyak pengguna.

Padahal, mirip seperti media massa, medsos nyatanya bisa memengaruhi perilaku dan opini penggunanya, secara tidak secara langsung. Hal itu dilakukan lewat berita maupun unggahan lain. 

"Selama masa kampanye selalu ada isi medsos yang mengandung informasi bohong. Ada celah.Si calon ini dia melakukan aktivitas biasa, tapi sebetulnya itu sebuah iklan," tambahnya. 

Faiz mengungkap, ada sejumlah permasalahan dan isu kampanye politik di medsos yang perlu jadi perhatian. Misalnya, disinformasi/misinformasi yang apabila diberikan secara terus-menerus kepada pengguna medsos, bisa lama-kelamaan membuat pengguna percaya bahwa itu berita benar.

"Karena sering diunggah, lalu pembaca berpikir 'Ini benar tidak ya? benar tidak ya?'," kata dia.

Selain itu, terkait algoritma media sosial, -yang membuat bagaimana konten tertentu bisa lewat di beranda berbeda antar pengguna medsos satu dengan lainnya- , perlu ada transparansi dan keterbukaan dari platform.

"Diperlukan pula transparansi dana kampanye, apalagi terkait pembayaran buzzer dan influencer. Platform mau tidak mau kita seret (ikutkan). Tidak bisa membiarkan mereka semaunya sendiri," terangnya.

Pemerhati Pemilu Indonesia dari Civil Society Organization (CSO), Muhammad Iqbal Khatami menerangkan, provokasi terjadi lewat Facebook yang pernah muncul telah mereka petakan. Dan tantangan kali ini adalah algoritma medsos yang berganti setiap bulannya, bahkan kurang dari jangka waktu itu. Sehingga, ini tantangan baru bagi penyelenggara dan pengawas Pemilu, ketika ada kandidat kampanye iklan di medsos.

"Penyelenggara Pemilu bisa kerjasama dengan Google, Meta. Karena mereka mindsetnya bisnis, mereka tak peduli itu iklan komersial atau kampanye," ucapnya. 

Hoaks itu merupakan ancaman yang berbahaya dalam ekosistem bermedia sosial di sebuah negara, termasuk Indonesia. Yuk terus lawan hoaks!

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)