Techverse.asia – X, jejaring sosial yang secara resmi dikenal sebagai Twitter, tampaknya akhirnya menepati janjinya untuk menjadikan TweetDeck sebagai layanan berbayar. Beberapa pengguna mencatat di platform bahwa ketika mencoba mengakses TweetDeck mereka diperlihatkan pop-up yang mendorong mereka untuk membeli langganan Blue, kini berubah menjadi X Premium.
Baca Juga: Instagram Bantah Menyalin Fitur X Premium ke Meta Verified
Baca Juga: Alami Kerugian Besar, X Minta Pengiklan untuk Membelanjakan Rp15 Juta per Bulan
Sayangnya, langkah tersebut tidak sepenuhnya mengejutkan, karena pada 3 Juli 2023 lalu, perusahaan mengatakan bahwa dalam 30 hari TweetDeck hanya dapat diakses oleh pengguna yang terverifikasi. Seperti banyak garis waktu (timeline) yang dijanjikan oleh Elon Musk, aturan baru yang diterapkan oleh media sosial berlogo tanda silang ini kerap meleset dari hari yang ditargetkan.
Pada awal Juli tahun ini, hanya pelanggan X Premium, organisasi terverifikasi, dan beberapa orang yang telah diberikan verifikasi oleh Twitter yang dapat menggunakan TweetDeck. Peluncuran XPro versi terbaru akan membuat semua pencarian dan alur kerja tersimpan dari TweetDeck yang versi lama akan dipindahkan ke XPro versi baru. Tercatat bahwa pengguna yang bermigrasi ke versi baru akan memiliki opsi untuk mengimpor kolom mereka juga.
Baca Juga: CEO X Linda Yaccarino Mengonfirmasi Fitur Panggilan Video Akan Hadir di Platform
Di bawah manajemen Elon Musk, X telah mencoba menjadikan X Premium langganan yang lebih menarik dengan tambahan seperti posting yang lebih panjang, pemformatan, pembagian pendapatan iklan, dan peringkat yang lebih tinggi dalam percakapan dan pencarian. Sekarang, perusahaan berharap akses ke XPro layak untuk dibayar tanda centang biru.
TweetDeck sendiri juga sudah berganti nama menjadi XPro belum lama ini. TweetDeck adalah salah satu aplikasi pihak ketiga paling populer untuk mengakses Twitter hingga perusahaan mengakuisisinya pada tahun 2011 dengan nominal mencapai US$40 juta saat itu.
Kemampuannya untuk mendukung banyak akun dan beberapa umpan yang mudah disesuaikan menjadikannya alat yang ampuh bagi jurnalis, pemasar, dan lainnya yang sering menggunakan Twitter untuk pekerjaan harian mereka. Tetapi mereka sekarang harus membayar untuk tetap dapat menggunakan alat tersebut.
Baca Juga: Elon Musk Tantang Duel Bos Meta di Colosseum Roma, Zuckerberg: Dia Tidak Serius
Baca Juga: Dapat Perlakuan Khusus, Kini Apple Izinkan Twitter Menjadi X di App Store
Mengingat hal itu, mengubah nama TweetDeck dan menempatkan XPro pada namanya memang masuk akal. Namun demikian, tetap saja menyebalkan harus membayar alat berguna yang sebelumnya bisa diakses gratis oleh siapa saja.
Selama beberapa tahun terakhir, TweetDeck terasa seperti produk yang diabaikan. Manajemen media sosial itu sebelumnya mulai menguji versi baru alat tersebut pada 2021 silam, tetapi tidak diluncurkan ke khalayak yang lebih luas. Lalu pada Juni 2022, perusahaan menutup klien Mac TweetDeck.
Di sisi lain, media sosial ini juga memperkenalkan fungsionalitas komponis lengkap mencakup Spaces, video docking, dan jajak pendapat di TweetDeck. Namun, disebutkan bahwa fungsionalitas Teams sementara ini tidak tersedia. Pada dasarnya, Twitter memberikan uji coba selama 30 hari kepada pengguna untuk menguji TweetDeck baru sebelum membeli X Premium jika mereka mau.
Twitter sebelumnya telah mempertimbangkan layanan berlangganan TweetDeck, menanyakan kepada pengguna pada 2017 apakah mereka bersedia membayar hingga US$20 per bulan untuk pengalaman TweetDeck yang lebih canggih. Tindakan baru ini merupakan bagian dari upaya Elon Musk untuk memonetisasi aplikasi dengan langganan XPremium, tetapi layanan tersebut hanya memiliki sekitar 700 ribu pelanggan pada Juni lalu.
Baca Juga: X/Twitter Memulihkan Akun Kanye West Setelah Diblokir, Janji Enggak Posting Ujaran Kebencian Lagi?