Pada Selasa (15/8/2023), YouTube mengumumkan, mereka akan mulai menghapus konten yang berisikan informasi klaim palsu tentang perawatan kanker. Ini sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam menerapkan kebijakan atas informasi medis yang salah (misinformasi).
Di bawah kebijakan yang diperbarui, YouTube akan melarang konten yang mempromosikan perawatan kanker yang terbukti berbahaya atau tidak efektif, atau konten yang membuat pemirsa enggan mencari perawatan medis profesional. YouTube juga melarang klaim palsu tentang vaksin dan aborsi, serta konten yang mendukung atau mengagungkan gangguan makan.
Laman CNN memberitakan, sebelumnya perusahaan mengatakan, mereka menggunakan moderasi manusia dan otomatis untuk meninjau video dan konteksnya.
"YouTube juga berencana untuk mempromosikan konten terkait kanker dari Mayo Clinic dan sumber resmi lainnya," tulis laman yang dikutip pada Rabu (16/8/2023) itu.
Pembaruan ini hanya salah satu dari beberapa langkah yang telah dilakukan YouTube dalam beberapa tahun terakhir, terkait kebijakan penindakan atas misinformasi medisnya.
Kepala Kesehatan YouTube, Dr. Garth Graham, menyatakan kerangka kerja kebijakan misinformasi medis yang terbaru ini, akan mempertimbangkan konten dalam tiga kategori: pencegahan, pengobatan, dan penyangkalan.
"Termasuk konten yang mempromosikan perawatan, yang belum terbukti sebagai pengganti perawatan yang disetujui atau sebagai jaminan penyembuhan. Serta perawatan yang secara khusus dianggap berbahaya oleh otoritas kesehatan," kata dia seperti diunggah dalam blog YouTube.
"Seperti klaim menyesatkan bahwa pasien harus mengonsumsi vitamin C daripada terapi radiasi," terangnya lagi.
Graham menjelaskan, untuk menentukan apakah suatu kondisi, perawatan, atau zat termasuk dalam cakupan kebijakan misinformasi medis YouTube, mereka akan mengevaluasinya.
"Apakah terkait dengan risiko kesehatan masyarakat yang tinggi, bukan merupakan pedoman yang tersedia untuk umum dari otoritas kesehatan di seluruh dunia, dan apakah rentan terhadap misinformasi," ungkapnya.
Ia melanjutkan, YouTube akan mengambil tindakan terhadap konten yang termasuk dalam kerangka itu, dan konten-konten yang bertentangan dengan otoritas kesehatan setempat atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kebijakan tersebut dirancang untuk menjaga keseimbangan penting dalam menghapus konten yang sangat berbahaya, sambil memastikan ruang untuk debat dan diskusi," imbuh dia.
Sementara itu dilaporkan The Irish Times, platform tersebut sudah memiliki lusinan pedoman tentang misinformasi medis, yang mencakup vaksin, kesehatan reproduksi, dan Covid.
Masalah kesalahan informasi medis disorot selama pandemi Covid-19.
"Gambaran yang lebih besar adalah, bagaimana Anda bersikap atas kesalahan informasi medis di luar Covid dan penyakit lain yang memengaruhi populasi?" ujar Graham.
"Karena Covid telah mencapai kondisi mapan yang lebih kronis, kami ingin mengembangkan pendekatan misinformasi medis kami lebih dari itu. Kami sedang melihat konsep kerangka kerja umum, tentang bagaimana kami melihat dan mengidentifikasi area utama yang matang untuk informasi medis yang salah, tetapi juga berdampak secara global," ujar Graham selanjutnya.
Platform ini akan bekerjasama dengan ahli medis baik di WHO dan maupun lokal, mengkaji kerangka kerja lebih luas, yang akan mengatur berbagai jenis informasi medis di situs web.
"Konten yang melanggar pedoman akan dihapus, kecuali dianggap untuk kepentingan publik, seperti audiensi publik atau komentar yang dibuat oleh kandidat politik nasional yang menentang pedoman otoritas kesehatan," tuturnya.
Graham juga mengatakan, bagaimanapun, konten tersebut mungkin dibatasi usia atau memiliki informasi tambahan yang diberikan untuk memberikan konteks penting pada video.
Kebijakan juga akan diadaptasi sejalan dengan pedoman kesehatan masyarakat, kata YouTube.
"Tujuan kami adalah untuk membuat aturan jalan lebih jelas dan memiliki kerangka kerja yang lebih transparan, untuk mengevaluasi apakah penyakit atau kondisi tertentu akan muncul di masa mendatang," sebut perusahaan.