Jaringan satelit yang menghadirkan sambungan internet kebut, Starlink akan melakukan penetrasi pasar di Indonesia.
Kehadirannya telah ditunjukkan pula dengan bertemunya Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi dengan pimpinan SpaceX, Elon Musk, beberapa waktu lalu. Keduanya membahas tentang kemungkinan penyediaan jaringan internet cepat untuk fasilitas Pusat Keseahtan Masyarakat (Puskesmas), khususnya di kawasan terpencil, terjauh dan tertinggal (3T).
Budi menyebutkan, saat ini ada sebanyak lebih dari 10.000 Puskesmas di Indonesia. Di antara jumlah tersebut, masih ada sekitar 2.200 Puskesmas dengan 11.100 Puskesmas Pembantu yang belum memiliki akses internet.
"Peningkatan konektivitas internet dapat membuka akses yang lebih baik ke layanan kesehatan," kata dia, dilansir dalam laporan Techverse.Asia, dikutip ulang Jumat (25/8/2023).
Selain itu, dengan adanya jaringan internet yang mumpuni, akses komunikasi antar daerah akan lebih mudah. Sehingga pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan bisa dilakukan realtime. Aktivitas ini juga mendukung agenda digitalisasi transformasi kesehatan Indonesia.
Baca Juga: Samsung Galaxy S24 Dikabarkan Punya Konektivitas Satelit Dua Arah
IKN dan Indonesia Timur Dibidik Layanan Internet Starlink
Sementara itu, Katadata menulis, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, berencana menyediakan akses internet di bagian timur Indonesia dengan Starlink. Luhut menekankan layanan ini akan menyasar desa terpencil dan tertinggal.
"Kami melihat banyak sekali desa-desa yang tidak bisa dicapai oleh jaringan internet. Oleh karena itu, kami sepakat dengan Elon untuk Starlink masuk di Indonesia timur," kata Luhut.
Luhut menyampaikan, salah satu pertimbangan penggunaan Starlink yakni karena biaya layanan yang relatif lebih rendah. Rendahnya biaya layanan Starlink disebabkan oleh teknologi yang digunakan, yakni satelit orbit rendah. Ia mencatat, Starlink milik Elon Musk ini memiliki sekitar 60 ribu satelit kecil yang ada di orbit rendah.
Selain itu, di laman berbeda terungkap, SpaceX milik Elon Musk berencana akan berinvestasi di ibu kota baru atau Ibu Kota Negara (IKN). Kecepatan internet anak usahanya yakni Starlink bisa mencapai 160 megabit per detik (Mbps).
Baca Juga: Startup Studio Indonesia Batch ke-7 Sudah Dimulai, Berikut 18 Startup yang Terpilih
Baca Juga: Asisten AI di Peramban Opera Kini Tersedia Untuk iOS
Perusahaan milik Elon Musk itu juga menyediakan layanan Global Roaming, yang tersedia di semua negara.
"Akan dikenakan biaya US$ 200 (Rp3 juta) per bulan, selain US$ 599 (Rp9,3 juta) yang menggunakan parabola Starlink Kit," dilansir dari GSM Arena.
Sementara itu lewat laporan VOI diketahui, Starlink juga sudah digunakan di Indonesia. Tepatnya di Kalimantan Timur.
Di Indonesia, Starlink beroperasi melalui PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) yang sudah berjalan sejak Juli 2022. Layanan internet Starlink juga sudah digunakan untuk keperluan telekomunikasi di dalam negeri pada 15 Juli hingga 31 Agustus 2022.
Tanggapan Para Pengusaha Provider
Penetrasi Starlink ke pasar Indonesia, menimbulkan kekhawatiran dari pengusaha, misalnya seperti disebutkan oleh Presiden direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini.
Ia menilai, pemain internasional seperti Elon Musk akan memunculkan pemain baru yang dapat mengakibatkan para operator seluler tidak mendapatkan playing of field yang sama.
"Playing field kurang seimbang. Barangkali menjaga sustainability sudah sangat sulit,” kata Dian, kepada Katadata.
Atas kekhawatiran itu, Dian berharap pemerintah harus menjadi katalis dan memastikan keberlanjutan bisnis industri telekomunikasi.
Baca Juga: Dicoding Indonesia Kembali Membuka Program Beasiswa Dicoding Bangun Negeri
Baca Juga: Politeknik Gistrav: Politeknik Digital Pertama di Yogyakarta
Berapa Kecepatan Internet Starlink?
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 Mbps di 15 negara berbeda.
Ookla mencatat per kuartal 1, kecepatan unduh Starlink di beberapa negara bahkan lebih dari 100 Mbps. Misalnya di Meksiko 105,91 Mbps, Lituania 160,08 Mbps, Cili 110,49 Mbps, Belgia 147,85 Mbps, Slovakia 146,25 Mbps, Kroasia 136.00 Mbps, Austria 132.61 Mbps, Australia 124,31 Mbps.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, menjelaskan kedua teknologi yang digunakan antara Starlink dan layanan internet yang sudah ada, berbeda. Namun dia mengatakan, internet kabel tidak bisa tergantikan.
"Kabel enggak akan tergantikan. Wireless dan wired enggak bisa dibandingkan apple to apple karena teknologi jelas beda. Tapi saya pikir teknologi terbaru ini mendekati sih," kata Arif kepada CNBC, akhir Februari 2023.