AirAsia memperluas kemitraan mereka dengan Airbus. Kemitraan ini dibangun dalam program pemberdayaan perempuan yang kurang terwakili di bidang digital dan meningkatkan partisipasi mereka dalam tenaga kerja teknologi, melalui kampanye akademi #RatuTech.
Program #RatuTech bertujuan untuk membantu perempuan untuk mengeksplorasi karir di bidang teknologi dengan melatih kembali dan mengembangkan keterampilan yang relevan serta dapat dipasarkan dan diminati. Seperti Pemasaran Digital, Rekayasa Perangkat Lunak, Analisis Data, Keamanan Siber, Infrastruktur Cloud, dan lainnya.
Kampanye #RatuTech akademi airasia memberdayakan perempuan untuk memperoleh keterampilan teknologi dan menginspirasi mereka untuk mewujudkan pengejaran mereka terhadap pekerjaan Science, Technology, Engineering and Math (STEM). Kursus yang ditawarkan terdiri dari penuh waktu atau paruh waktu. Masing-masing akan memakan waktu antara tiga atau enam bulan. Lulusan akan menerima sertifikasi profesional terakreditasi, yang akan membantu mereka mendapatkan peluang kerja di industri teknologi, bahkan mungkin di salah satu perusahaan sponsor.
Baca Juga: 'La Campanella' Sampling Musik Klasik Dalam Shut Down, Bukan Karya Terbaik Paganini
President Ventures Capital AirAsia, Aireen Omar mengatakan, mereka berharap kolaborasi dengan entitas korporat besar seperti Airbus, akan memberikan kesempatan kepada lebih banyak perempuan kurang mampu, untuk memperoleh keahlian yang tepat. Sehingga mereka juga dapat bersaing dan berkontribusi dalam ekonomi digital.
“Kami ingin terus mengubah masa depan saluran talenta teknologi kami dan #RatuTech adalah program penjangkauan unik, yang mengeksplorasi talenta yang belum dimanfaatkan dari dalam komunitas yang terpinggirkan," ungkap Aireen, yang juga Chief Executive Officer dari airasia academy, dilansir dari laman AirAsia.
Menurutnya, dengan cara ini, mereka dapat menutup kesenjangan gender dan merevolusi mesin pencari bakat teknologi di kawasan ini untuk Revolusi Indusri 4.0.
Kepala Perwakilan Airbus untuk Malaysia, Raymond Lim mengatakan, dukungan Airbus terhadap program #RatuTech menggarisbawahi komitmen mereka terhadap keragaman sosial, peluang yang setara, dan kemajuan perempuan dalam masyarakat di seluruh dunia.
"Kami percaya bahwa program ini adalah langkah ke arah yang tepat, menuju pemberdayaan perempuan dalam ekonomi berbasis teknologi dan akan berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial mereka dalam jangka panjang.”
Kelompok peserta terbaru yang disponsori oleh Airbus dalam program ini, yakni 200 wanita dari berbagai latar belakang, tak terkecuali lulusan yang mencari karir di bidang teknologi dan perempuan pekerja yang mencari peningkatan keterampilan atau perubahan karir. Mereka akan mengambil kursus fundamental digital termasuk Analisis Data, Pemasaran Digital, Keamanan siber, Infrastruktur Cloud, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Harapannya, usai mengikuti program tersebut, peserta program bisa menjadi analis data, pemasar digital, pakar cloud, dan spesialis keamanan siber.
Beberapa sponsor lain yang terlibat mendukung #RatuTech antara lain Sarawak Digital Economy Corporation (SDEC), Center of Technical Excellence Sarawak (CENTEXS), Sabah Creative Economy and Innovation Center (SCENIC), Ministry of Science and Technology Innovation Sabah (KSTI), Google Cloud, Carsome dan lainnya.
Seperti kita ketahui, teknologi informasi dan dunia digital kebanyakan lekat dengan aktivitas maskulin dan digeluti oleh laki-laki. Namun, perempuan tidak boleh ketinggalan dalam mengikuti perkembangan digitalisasi. Karena sebetulnya, bila kita mau menelusur, ada banyak perempuan di dunia yang terkenal mumpuni di bidang teknologi.
Misalnya saja ada Grace Hopper, ia dikenal sebagai seseorang yang berpengaruh besar terhadap dunia komputer melalui penciptaan bahasa pemrograman Common Business-Oriented Language (COBOL). Pada 1947, lewat kecerdasannya, Hopper mencatat bug pada komputer untuk kali pertama, di dunia.
Selanjutnya ada Radia Perlman yang telah banyak berkontribusi dalam bidang internet dan teknologi. Radia mampu menciptakan Spanning Tree Protocol (STP) yang dijadikan sebagai dasar dalam pengoperasian jaringan internet dan punya 100 buah paten selama perjalanan karirnya.
Tidak lupa juga ada Si Paling Jago Algoritma, 'The Enchantress of Numbers' Lovelace.