Mini Survei: Ini Alasan Milenial dan Gen Z Beli Ponsel

Uli Febriarni
Jumat 16 September 2022, 20:52 WIB
smartphone user / iStock Photo

smartphone user / iStock Photo

Ponsel telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan kita sehari-hari, produsen ponsel terus menawarkan beragam fitur dan spesifikasi ke tengah pasar. Mulai dari spesifikasi yang standar sampai yang mengklaim produk mereka paling gahar.

Tapi tahukah kamu? Bahwa di luar riuhnya tawaran ponsel, tiap konsumen tentu punya alasan masing-masing untuk membeli ponsel. Hal itu terungkap dari survei kecil-kecilan yang dilakukan oleh Techverse, kepada 12 orang responden pengguna ponsel pintar, baik iPhone maupun android.

Karakteristik responden enam orang berjenis kelamin perempuan dan enam orang laki-laki. Mereka memiliki rentang usia 21-35 tahun, berlatar belakang mahasiswa, pekerja lepas, karyawan tetap di perusahaan swasta, aparatur sipil negara (ASN). Lokasi bekerja terbagi atas pekerja kantoran, pekerja lapangan dan gabungan keduanya (bekerja di lapangan dan di kantor). Menggunakan metodologi acak dalam pengambilan sampel, responden berasal dari sejumlah daerah di Indonesia namun ada yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Barat.

Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012, sekarang berusia 8-23 tahun. Sedangkan Milenial adalah generasi yang lahir pada 1981-1996, kira-kira mereka saat ini berusia rentang 24-39 tahun. Nah, jadi, alasan apa yang membuat dua generasi membeli ponsel? Dan ponsel seperti apa yang mereka inginkan ya?

Beli Karena Ponsel Rusak Atau Hilang

Dari mini survey, terlihat bahwa generasi Milenial dan gen Z masih menjadikan awet dan tahan banting sebagai syarat utama memilih ponsel. Dari 12 responden yang ditanyai, mayoritas belum pernah membeli ponsel baru dalam satu hingga dua tahun ke belakang. Bahkan ada responden yang kali terakhir membeli ponsel pada 2017! Sementara untuk ponsel terbaru milik responden lainnya, dibeli mereka pada satu dan lima bulan lalu. 

Seawet-awetnya ponsel, tentu akan ada masanya produk tersebut rusak ya. Atau spesifikasi yang ditawarkan di awal, tak mampu lagi berfungsi optimal. Spesifikasi yang dimaksud adalah sejauh apa performa ponsel mendukung kinerja mereka. Mulai dari RAM yang besar, memori, prosesor, baterai yang tahan lama, resolusi serta teknologi kamera yang mumpuni (ada stabilizer, efek, pengatur cahaya). Ketika sederetan kualitas tadi menurun pada ponsel, barulah mereka memutuskan untuk berburu ponsel baru. Atau justru karena faktor lain, hilang atau jatuh misalnya.

"(Beli ponsel) karena yang lama jatuh dan mati total," kata Ilham (23 tahun), kala ditanyai pada Jumat (16/9/2022)

Merk Adalah Poin 'Penting Tak Penting'

Sebagian orang gengsi untuk membeli ponsel dengan merk tertentu, karena menurut mereka merk ponsel bisa menaikkan prestise. Baik dalam pergaulan, maupun ego pribadi.

Sementara responden Techverse, memilih spesifikasi ketimbang merk. Walaupun diakui, ada beberapa di antara mereka terlanjur fanatik terhadap merk tertentu. Dan lagi-lagi, fanatisme itupun muncul karena spesifikasi, keawetan, tahan banting, perawatan berbiaya rendah dan kemudahan menemukan service center terdekat. Bukan semata-mata karena jenama.

"Merk kalah sama harga sih, dan hampir semua ponsel sekarang fiturnya bersaing semua. Spesifik deh yang mainstream iPhone sama Samsung.  Kelas iPhone terbaru yang digadang lebih canggih tetap bisa diimbangi oleh Samsung kelas flagship, tapi pastinya harga jauh di atas rata-rata," kata Rizal Abdul Aziz (28 tahun)

Sementara itu, Hesti (28 tahun) lebih memilih ponsel merk iPhone karena ponsel tersebut dinilai lebih awet bertahun-tahun dipakai ketimbang android. Menurut dia, iPhone punya tampilan yang 'enggak ribet' dan memori banyak. Ia bahkan mengaku puas menjadi pengguna iPhone. 

"Pernah pakai android mentok pol dipakai dua tahun. Pakai iPhone bisa lima tahun," ungkapnya.

Jawaban berbeda ditemukan dari responden Roro (32 tahun) yang kali terakhir membeli ponsel pada 2021. Bukan merk yang akan jadi alasan mereka memilih ponsel, tetapi fitur dan ketahanan yang ditawarkan.

"Yang pertama bisa dipakai WhatsApp, muat aplikasi banyak karena mendukung sekali dengan kerjaan. Jadi ibaratnya tuh sekarang kerja bisa pakai ponsel sudah cukup, bisa mengunggah di mana saja, kapan saja. Selain itu, kameranya kalau dipakai foto jajanan bisa bagus hasilnya," terangnya.

ROG, POCO, Samsung Jajaran Ponsel Impian

Memilih ponsel impian bagi dua generasi ini, berarti harus melihat kondisi kantong. Ketika mereka ditanya ingin ponsel apa, -bila memiliki lebih banyak uang- , ada dua responden perempuan menjawab iPhone (spesifikasi iPhone 14 ke atas) dan Samsung (spesifikasi Ultra dan Flip). Sedangkan dua responden laki-laki memilih POCO dan ROG Phone. 

"Minimalnya POCO android lah, maksimal ROG," tutur Iqbal (21 tahun)

Sementara itu, Maya (27) memilih Samsung ketimbang iPhone. 

"Kalau iPhone sih enggak, Samsung Flip," terangnya. 

Responden lain sisanya, mereka memilih ponsel tanpa menentukan merk, sistem operasi dan jenis yang mutlak. Asalkan punya kapabilitas jauh dari ponsel yang mereka miliki saat ini. Misalnya, punya stabilizer terbaik pada kamera, memori lebih besar dan memiliki fitur 5G.

"Belum puas dengan ponsel yang sekarang dipakai, karena kualitas kamera cukup bagus tapi tidak ada stabilizer untuk mengambil video yang stabil. [Kalau punya uang lebih] mau beli yang spesifikasinya jauh lebih baik dan mendukung untuk keperluan di bagian kamera dan penyimpanan," jawab responden Suci (21 tahun).

Soal poin ponsel impian ini, satu responden menjawab akan membeli satu ponsel lagi, apapun ponselnya, -tanpa menyingkirkan ponsel lama-, yang penting bisa mendukung pekerjaan lebih maksimal lagi.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 16:28 WIB

Apa yang Diharapkan pada Samsung Galaxy Unpacked 2025, Bakal Ada S25 Slim?

Galaxy Unpacked Januari 2025: Lompatan Besar Berikutnya dalam Pengalaman AI Seluler.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada Rabu (22/1/2025). (Sumber: Samsung)
Startup22 Januari 2025, 16:02 WIB

Antler Salurkan Pendanaan Senilai Rp49 Miliar kepada 25 Startup Tahap Awal di Indonesia

Antler Pertahankan Momentum Kuat di Indonesia, Mencatatkan 50 Investasi Selama Dua Tahun Terakhir Di Tengah Tantangan Pasar.
Antler. (Sumber: antler)
Automotive22 Januari 2025, 15:33 WIB

Harga dan Spesifikasi New Yamaha R25, Bawa Kapasitas Mesin 250CC

Tampil Sebagai Urban Super Sport, New Yamaha R25 Siap Geber Maksimal.
Yamaha R25 2025. (Sumber: Yamaha)
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)
Techno21 Januari 2025, 16:39 WIB

Upaya Donald Trump Mempertahankan TikTok di AS, Beri Perpanjangan Waktu 75 Hari

Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk menyelamatkan TikTok selama kampanye kemenangannya.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno21 Januari 2025, 15:50 WIB

Edits: Aplikasi Edit Video yang Fiturnya Banyak Mirip CapCut

Instagram meluncurkan aplikasi pengeditan video baru yang sangat mirip dengan CapCut.
Logo aplikasi Edits milik Instagram. (Sumber: istimewa)