Tim peneliti dari Departemen Desain Interior Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), memanfaatkan teknologi Virtual Reality (VR) untuk konservasi bangunan bersejarah.
Inovasi tersebut mereka lakukan bekerja sama dengan Program Studi Arsitektur Universitas Ciputra dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya, penelitian ini dicanangkan menjadi media pelestarian cagar budaya di masa mendatang.
Dosen Departemen Desain Interior ITS, Okta Putra Setio Ardianto, menuturkan bahwa timnya memilih teknologi VR untuk proyek ini, karena sifatnya yang merupakan teknologi imersif atau dapat menerapkan realitas tingkat tinggi hingga mencapai 360 derajat.
"Dengan hal tersebut, hasil konservasi digital bangunan bersejarah dapat dinikmati secara lebih nyata di masa depan. Bisa juga menjadi media promosi pariwisata sejarah dan budaya Kota Surabaya," tutur Okta, dilansir dari keterangan resminya, Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga: 500 Global Umumkan Pendanaan Mereka Lewat 500 SEA III, Ditutup di US$143Juta
Okta menjelaskan, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengembangan VR dengan menggunakan pemindaian tiga dimensi (3D). Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui tingkat identifikasi spasial objek pengguna di dalamnya.
Menerangkan lebih jauh, proses dalam penelitian ini meliputi survei lokasi, pemindaian Light Imaging Detection and Ranging (LiDAR ruangan), pemindaian fotogrametri material dan konten, perapian geometri 3D, pengembangan VR, hingga uji coba di laboratorium.
Baca Juga: Mau Bangun Startup? Simak Motivasi dari C-Level Populix dan SerMorpheus
Okta mengungkap, dalam tahap penelitian ini dilakukan pula pengujian secara langsung dengan naracoba. Ia menyampaikan, masyarakat yang berminat dapat berkunjung ke museum HOS Tjokroaminoto saat sesi pengujian.
Adapun sesi pengujian pertama telah dilaksanakan pada 16 Agustus 2023, sedangkan pengujian kedua dan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 dan akhir September 2023.
"Informasi yang didapatkan akan dipublikasikan dan dipaparkan di seminar internasional juga," kata Okta.
Di keterangannya itu, Okta juga menyatakan, studi kasus yang telah berhasil dibuat pengembangan kembaran digital adalah kamar kos Bung Karno dan kamar pribadi HOS Tjokroaminoto di daerah Peneleh, Surabaya. Menurut Okta, melalui hasil analisis sementara diketahui, naracoba merasa kembaran digital terasa sangat nyata.
Baca Juga: Makin Sadar Identitas Pribadi: Makin Sedikit Perempuan Gunakan Nama Suami di Belakang Nama Mereka
Baca Juga: Sejarah Kolaborasi Samsung x Thom Browne dari Masa ke Masa
Kemiripan tersebut meliputi segi nuansa pencahayaan hingga skala ruang.
"Hanya sedikit perlu perbaikan di visual detail material ruang saja," klaim dia.
Hingga saat ini bangunan bersejarah yang dapat dipindai masih terbatas, imbuh Okta. Bangunan yang dimaksud adalah bangunan skala menengah dan berada dalam pengelolaan Dinas Pariwisata Kota Surabaya.
Okta berharap, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode konservasi digital ruang bangunan bersejarah secara lebih masif. Tidak hanya di Surabaya, tetapi juga bisa menjangkau seluruh cagar budaya di Indonesia.
Penelitian yang berlangsung dalam kurun waktu lima bulan ini melibatkan tim peneliti dari elemen dosen dan lima orang mahasiswa. Selain Okta, dosen Departemen Desain Interior ITS lain yang ikut ambil peran adalah Mahendra Wardhana, Thomas Ari Kristianto, Caesario Ari Budianto, dan Anggra Ayu Rucitra. Sedangkan dosen Universitas Ciputra yang terlibat adalah Dyah Kusumawardhani, Yusuf Ariyanto, dan Melania Rahadiyanti.
Baca Juga: Tak Perlu Lagi Takut Kehabisan Daya di Jalan, Hyundai Punya SPKLU di 52 Mall di Indonesia