Techverse.asia - Roku pada pekan lalu resmi mengumumkan akan memberhentikan 10 persen karyawannya atau lebih dari 300 orang dalam putaran ketiga pengurangan tenaga kerja dalam waktu kurang dari satu tahun. Roku memperkirakan pengurangan tenaga kerja sebagian besar akan selesai pada akhir kuartal keempat tahun fiskal 2023.
Namun demikian, ini bukanlah PHK pertama yang dilakukan perusahaan. Sebab, Roku telah melakukan putaran PHK lainnya pada November 2022 dan Maret 2023 di mana ada 200 karyawan yang terdampak.
Pada akhir tahun 2022, Roku mengatakan pihaknya memiliki sekitar 3.600 karyawan tetap yang berlokasi di 14 negara.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini hanyalah permulaan, karena Roku juga menghapus konten streaming, mengkonsolidasikan ruang kantor, memutuskan untuk menghilangkan konten berlisensi tertentu yang sebelumnya tersedia di layanan The Roku Channel, hingga perekrutan baru juga akan dibatasi di masa mendatang.
Sasarannya di sini adalah pengurangan besar dalam tingkat pertumbuhan biaya operasional dari tahun ke tahun. Ini merupakan upaya Roku guna mengurangi biaya operasionalnya karena pertumbuhannya sangat pesat.
Baca Juga: Superstar TikTok Khaby Lame Kolaborasi dengan Epic Games, Punya Skin Eksklusif di Fortnite
Dan karena PHK, Roku memperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar US$45 juta hingga US$65 juta pada kuartal saat ini untuk biaya pesangon dan tunjangan. Selain itu, perusahaan juga memperkirakan biaya penurunan nilai sebesar US$55 juta hingga US$65 juta sebagai bagian dari perubahan portofolio konten dan biaya penurunan nilai lainnya sebesar US$160 juta hingga US$200 juta karena perusahaan berencana untuk berhenti menggunakan fasilitas kantor tertentu.
Selain streaming dan pendapatan lisensi yang terkait dengan penjualan perangkat berlisensi Roku, perusahaan memperoleh pendapatan dari platformnya. Perusahaan ini memiliki layanan streaming bernama The Roku Channel, yang menggabungkan tiga jenis konten berbeda.
Baca Juga: Discord PHK Karyawan dari Unit Bisnisnya, Antara Lain Pemasaran dan Kemitraan
Pelanggan Roku dapat melakukan streaming konten yang didukung iklan (AVOD) dari The Roku Channel. Pada 2021, The Roku Channel mulai merilis program asli untuk layanan streamingnya, Roku Originals. Kedua, pengguna Roku dapat mengakses saluran TV langsung yang didukung iklan (FAST). Dan terakhir, pengguna dapat berlangganan layanan streaming premium pihak ketiga dari The Roku Channel, seperti Paramount Plus dan AMC Plus.
Dengan kata lain, pendapatan Roku kini sebagian besar didorong oleh iklan. Pada kuartal kedua tahun 2023, pendapatan platform mewakili sebagian besar total pendapatan perusahaan turun menjadi US$744 juta dari US$847 juta.
Pendapatan platform dihasilkan dari dua aliran pendapatan yakni penjualan iklan digital, dan bagi hasil distribusi konten. Artinya Roku bersaing dengan raksasa iklan lainnya, seperti Google dan Meta. Meskipun pendapatan perusahaan meningkat, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar US$108 juta pada kuartal kedua (Q2) 2023.
Setelah putaran restrukturisasi dan biaya penurunan nilai afiliasi ini, Roku mengharapkan peningkatan pendapatan bersih pada kuartal ketiga (Q3) menjadi US$835 hingga US$875 juta, dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan dalam kisaran negatif US$20 juta, naik dari negatif US$40 juta.
Baca Juga: Bakal Pecat 7.800 Karyawan, IBM Berniat Gantikan Karyawan Mereka dengan AI
Untuk informasi, Roku adalah perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang memproduksi serta menjual berbagai pemutar media digital untuk streaming video, peralatan video, serta mengoperasikan layanan video sesuai permintaan yang didukung oleh iklan. Kantor Roku berbasis di San Jose, California.